Singkirkan Netanyahu, Bennett Resmi Menjabat PM Israel

Baca Juga

MATA INDONESIA, YERUSALEM – Benjamin Netanyahu resmi mengakhiri masa kejayaannya setelah 12 tahun menjabat posisi Perdana Menteri Israel. Hal ini lantaran Parlemen Israel menyetujui “pemerintahan perubahan” yang dipimpin oleh nasionalis Naftali Bennett.

Di Tel Aviv, ribuan orang menyambut hasilnya, setelah empat pemilihan yang tidak meyakinkan dalam dua tahun. Seorang warga bernama Erez Biezuner merayakan kemenangan Bennett- sosok yang masyhur karena mengadopsi sikap religious dan nasionalis yang juga dikenal karena pandangannya yang anti-Palestina.

“Saya di sini merayakan akhir sebuah era di Israel. Kami ingin mereka berhasil dan menyatukan kami lagi,” kata Erez Biezuner di Rabin Square, saat para pendukung pemerintah baru mengibarkan bendera bernyanyi dan menari di sekelilingnya, melansir Reuters, Senin, 14 Juni 2021.

Tetapi Netanyahu, mengatakan dia akan kembali lebih cepat dari yang diharapkan. Pemimpin Partai Likud itu juga mengatakan bahwa pemerintahan koalisi yang baru dibentuk dan siap menggulingkannya adalah hasil dari kecurangan pemilu terbesar dalam sejarah demokrasi Israel.

“Jika kami ditakdirkan untuk menjadi oposisi, kami akan melakukannya dengan kepala tegak sampai kami dapat menggulingkannya,” kata Netanyahu kepada parlemen sebelum Bennett dilantik.

Pemerintah baru sebagian besar berencana untuk menghindari langkah besar pada isu-isu internasional yang panas seperti kebijakan terhadap Palestina dan fokus pada reformasi domestik.

Warga Palestina tidak tergerak oleh perubahan pemerintahan Israel. Mereka bahkan memprediksi bahwa Bennett akan mengejar agenda sayap kanan yang sama seperti  pendahulunya, Benjamin Netanyahu.

Di bawah kesepakatan koalisi, Bennett yang merupakan seorang Yahudi Ortodoks berusia 49 tahun dan jutawan teknologi tinggi, akan menempati posisi Perdana Menteri hingga tahun 2023. Pada periode selanjutnya, posisi tersebut akan ditempati oleh Yair Lapid, mantan pembawa acara televisi popular di Israel.

Di tengah teriakan “pembohong” dan “malu” tanpa henti dari para loyalis Netanyahu di parlemen, Bennett berterima kasih kepada mantan Perdana Menteri atas “layanannya yang panjang dan penuh prestasi.”

Tetapi sedikit cinta telah hilang di antara kedua pria tersebut. Padahal, Bennett pernah menjabat sebagai kepala staf Netanyahu dan Menteri Pertahanan. Meskipun mereka berdua sayap kanan, Bennett menolak seruan Netanyahu setelah pemilihan 23 Maret untuk bergabung dengannya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pilkada Damai Membutuhkan Keterlibatan Semua Pihak

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) adalah salah satu momen krusial dalam agenda demokrasi Indonesia yang membutuhkan keterlibatan aktif dari semua...
- Advertisement -

Baca berita yang ini