MATA INDONESIA, JAKARTA – Beberapa jam sebelum meninggal dunia Sabtu 13 Juni 2020, adik ipar SBY, Jenderal (Purn) Pramono Edhie Wibowo mengungkapkan rencananya memanen perdana bunga krisan yang ditanamnya seluas 4 hektar di Cianjur. Ternyata bunga krisan Indonesia sangat digemari sejumlah negara di dunia.
Jepang adalah pengimpor krisan terbesar di Asia. Maka bisnis krisan yang nama Indonesianya seruni itu menjadi menggiurkan apalagi setelah 12 minggu tanam bisa panen seminggu sekali.
Namun, tahap awalnya membutuhkan dana lumayan besar terutama dengan patokan selama 5 tahun.
Untuk lahan 1 hektar berikut analisis biaya berbisnis bunga krisan;
– Biaya Investasi (selama 5 tahun)
1. Pembuatan green house dari bambu (atap, plastik UV, dinding inseknet) dengan harga Rp 40.000 per meter persegi, maka untuk 1 hektar butuh biaya Rp 400.000.000
2. Pembuatan instalasi listrik untuk 1 hektar lahan harga per meter perseginya Rp 10.000 sehingga biaya seluruhnya Rp 100.000.000
3. Pembuatan instalasi irigasi sistem jet spray yang harga per meter perseginya Rp 10.000 sehingga total pembuatan instalasi ini Rp 100.000.000
Jadi biaya investasi pertama adalah Rp 600 juta.
– Biaya perawatan bulanan
Mulai dari bibit, pupuk kandang, pupuk kimia, pestisida, hormon, kertas pembungkus, karet dan isolasi hingga biaya listrik, tenaga kerja harian maupun tenaga kerja tetap serta transportasi panen dari puncak ke Jakarta sekitar membutuhkan biaya Rp 47,5 juta.
Penyusutan Investasi selama 5 tahun
Rp 60 juta : 60 bulan menjadi Rp 10 juta.
Jadi total biaya tetap yaitu biaya perawatan bulanan di tambah penyusutan investasi yaitu Rp 47,5 juta + Rp 10 juta menjadi Rp 57,5 juta.
Biaya Tidak Tetap
1. Lain-lain Rp 1.000.000
Maka, total biaya produksi setiap bulan yaitu;
Biaya tetap + biaya tidak tetap
Rp 57.300.000 + Rp 1.000.000 Rp 58.300.000
Hasil Usaha Setiap Bulan
Rp 80.000.000 – Rp 58.300.000 = Rp 21.700.000
Periode Balik Modal
(Biaya investasi + biaya produksi) : (keuntungan x periode)
(Rp 60.000.000 + Rp 57.300.000) : (Rp 21.700.000 x 3)
= 10,97 atau 11 periode tanam.
Dengan menggunakan teknik rotasi dan tanam seminggu sekali, kita bisa memperoleh sekitar Rp 80 juta setelah tiga bulan tanam. Berikutnya panen bisa dilakukan seminggu sekali.