Kisah Warga Sipil Myanmar yang Diintai Pasukan Keamanan

Baca Juga

MATA INDONESIA, NAYPYIDAW – Warga sipil yang terluka dalam serangan udara yang dilakukan oleh aparat keamanan Myanmar mengisahkan apa yang dialaminya. Diungkapkannya, ia harus melewati hutan demi mendapatkan perawatan medis di seberang perbatasan di Thailand.

Jet militer Myanmar menyasar negara bagian Kayin timur selama akhir pekan. Serangan tersebut menargetkan wilayah yang diketahui oleh Persatuan Nasional Karen (KNU) –salah satu kelompok etnis bersenjata terbesar di negara itu, yang sebelumnya telah merebut pangkalan militer.

Militer Myanmar menandai serangan udara pertama terhadap KNU dalam 20 tahun dan mengirim sekitar 7 ribu penduduk desa Karen melarikan diri demi keselamatan, menurut kelompok bersenjata tersebut.

Naw Eh Tah, salah satu dari segelintir orang yang berhasil menyeberangi Sungai Salween pada Selasa (30/3) untuk mencari perawatan medis lantaran kakinya mengalami luka parah.

“Kami tidak mendengar pesawat itu, jika kami mendengarnya maka kami akan lari. Pada saat saya menyadari apa yang terjadi, ledakan menghantam atap rumah saya,” kata Naw Eh Tad, melasir France24, Rabu, 31 Maret 2021.

“Ketika saya tertabrak, saya tidak bisa berjalan, saya harus memanjat untuk bersembunyi. Bom jatuh begitu cepat,” sambung Naw yang masih berusia 18 tahun dan saat ini berada di rumah sakit kecil di distrik Sop Moei di Provinsi Mae Hong Son utara Thailand.

Akibat ledakan tersebut, kaki Naw pun terkoyak oleh pecahan peluru dan harus berjalan kaki selama sehari penuh dengan melalui hutan tropis. Selain untuk melarikan diri dari intaian pasukan Myanmar, Naw pun berusaha mencari pertolongan untuk mengobati lukanya.

“Kami menyeberang karena saya tidak lagi dapat tinggal di sana, tentara Myanmar berusaha menangkap kami. Saya belum pernah melihatnya (serangan udara) sebelumnya. Saya sangat takut,” sambungnya.

Kelompok Advokasi Asosiasi Bantuan untuk Narapidana Politik atau Assistance Association for Political Prisoners (AAPP) melaporkan, lebih dari 500 warga sipil Myanmar meninggal dunia di tangan pasukan keamanan hanya dalam kurun waktu dua bulan!

Hingga saat ini, di tengah ratusan korban berjatuhan, kekerasan dari aparat keamanan Myanmar masih terus meningkat, menyebabkan kelompok etnis pemberontak ‘turun gunung’ dan bergabung dengan massa anti-kudeta.

Di negara bagian Karen tenggara, salah satu kelompok terkuat –Persatuan Nasional Karen (KNU), mengatakan akan mengirim bantuan berupa pejuang untuk melindungi para pengunjuk rasa. Ini merupakan respons KNU atas permohonan bantuan dari massa anti-kudeta di Myanmar.

Alhasil, KNU pun melakukan serangan terhadap pasukan Myanmar. Sementara di utara Myanmar, Tentara Kemerdekaan Kachin (KIA) telah melancarkan serangan serupa terhadap pos-pos militer.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Putusan MK Mengikat dan Final, Semua Pihak Harus Terima Lapang Dada

Mahkamah Konstitusi (MK) telah menyelesaikan sidang sengketa hasil pemilihan presiden dan wakil presiden 2024. Keputusan yang diambil oleh Mahkamah...
- Advertisement -

Baca berita yang ini