Cina, Prioritas Ancaman Tak Tertandingi Badan Intelijen AS

Baca Juga

MATA INDONESIA, WASHINGTON – Direktur Intelijen Nasional Amerika Serikat (AS) Avril Haines mengatakan kepada Komite Intelijen Senat bahwa Cina adalah prioritas ancaman yang tak tertandingi. Sementara para pemimpin badan intelijen AS lainnya bersaksi dalam sidang publik untuk mengkaji “Ancaman Seluruh Dunia”.

“Mengingat bahwa China adalah prioritas yang tak tertandingi bagi komunitas intelijen, saya akan mulai dengan menyoroti aspek-aspek tertentu dari ancaman dari Beijing,” ucap Direktur Intelijen Nasional, Avril Haines, melansir Reuters, Kamis, 15 April 2021.

Haines menggambarkan, Negeri Tirai Bambu merupakan pesaing dekat yang menantang AS di berbagai arena. Menurutnya, Beijing telah melakukan agresi regional dan memiliki kemampuan dunia maya yang tak dapat dipandang sebelah mata.

Ia juga menyoroti Rusia yang berupaya mereduksi pengaruh Paman Sam, kontribusi Iran terhadap ketidakstabilan di kawasan Timur Tengah, terorisme global, serta potensi Korea Utara untuk membuat perpecahan antara Washington dengan sekutunya sebagai ancaman yang signifikan.

Munculnya Haines dan direktur intelijen lainnya adalah audiensi publik pertama “Ancaman Sedunia” sejak Januari 2019. Mantan Presiden AS, Donald Trump, yang sering bentrok dengan sederet badan keamanan, tahun lalu tidak mengirim pejabat untuk bersaksi di acara tahunan tersebut.

Sebagian besar audiensi berfokus pada teknologi –ancaman dari peretasan dan pengaruh buruk dari media sosial. Wakil Ketua Panel dari Partai Republik, Marco Rubio mengatakan, teknologi berpeluang menjadi musuh, sementara Ketua Komite Intelijen Mark Warner dari Demokrat mengungkapkan, Beijing telah berupaya menjadikan raksasa teknologi Huawei sebagai pemimpin sistem jaringan 5G.

“Lingkungan teknologi saat ini memungkinkan musuh untuk mendatangkan malapetaka,” kata Wakil Ketua Panel dari Partai Republik, Marco Rubio.

Direktur Badan Intelijen Pusat William Burns, Direktur Jenderal Badan Keamanan Nasional Paul Nakasone, dan Direktur Badan Intelijen Pertahanan Letnan Jenderal Scott Berrier juga bersaksi.

Burns mengungkapkan, hampir sepertiga dari tenaga kerja CIA berfokus pada masalah dunia maya. Sementara Nakasone dan Wray mengatakan badan intelijen dapat memperoleh lebih banyak informasi dari perusahaan tentang ancaman dunia maya, tetapi tidak secara langsung mendukung panggilan dari beberapa anggota Kongres untuk undang-undang yang akan menuntut lebih banyak perusahaan seperti Facebook dan Twitter.

“Media sosial telah menjadi penguat kunci untuk ekstremisme kekerasan domestik dan memfitnah pengaruh asing. Hal yang sama yang menarik orang ke sana untuk alasan yang baik juga mampu menyebabkan segala macam kerugian,” ucap Wray.

Badan intelijen AS pada Selasa (13/4) merilis laporan besar-besaran tentang ancaman global, penyakit, jurang kaya-miskin, perubahan iklim, dan konflik di dalam dan di antara negara-negara akan menjadi tantangan yang lebih besar, dengan COVID-19 telah memperburuk beberapa masalah itu, kata laporan Dewan Intelijen Nasional.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pilkada Damai Membutuhkan Keterlibatan Semua Pihak

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) adalah salah satu momen krusial dalam agenda demokrasi Indonesia yang membutuhkan keterlibatan aktif dari semua...
- Advertisement -

Baca berita yang ini