Kronologi Kematian Sid Vicious dan Penyesalan Sang Vokalis

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Sex Pistols mungkin hanya menjadi band punk pada umumnya jika Sid Vicous tidak menjadi anggotanya. Bagi anak-anak punk, Sid Vicious dan juga Sex Pistols adalah inspirasi, simbol pemberontakan, pahlawan, mitos, dan suara kebebasan.

Perjalanan hidup Sid yang penuh kekacauan justru membuat namanya semakin mekar. Ia dipuja, ia didewakan.

Meski tak mahir dalam bermain alat musik. Karisma di balik aksi panggungnya yang liar mampu menghipnotis kerumunan penonton untuk ikut berjoget tak terkendali.

Tak banyak kontribusi yang bisa ia berikan saat musik punk di Inggris memasuki era kejayaannya. Akan tetapi, sosok Sid Vicious sudah kepalang jadi ikon punk yang selalu dikenang lewat pose sangarnya di poster dan sampul album Sex Pistols sampai sekarang.

Bersama Sex Pistols sejak 1975, Sid mendapatkan popularitas yang tinggi. Kesuksesan Sex Pistols saat itu membuat band-nyajadi primadona anak-anak muda Britania, termasuk dirinya.

Namun, perjalanannya bersama Sex Pistols tak berlangsung lama. Ketika Sid yang merupakan seorang pecandu narkoba memacari seorang gadis Amerika bernama Nancy Spugen pada 1977.

Nancy membuat kecanduan Sid akan heroin menjadi tak bisa dikontrol. Ujung-ujungnya, Sid kerap bertindak kacau dalam beberapa kesempatan penampilan.

Dianggap sebagai sumber masalah, anggota Sex Pistols lainnya pun melarang Nancy ikut tur pada 1978. Meski begitu, di mata Sid, Nancy adalah cinta sejatinya.

“Aku menyembah Nancy. Itu jauh lebih dari sekadar cinta. Untukku, ia adalah seorang dewi. Meski tidak ada yang pernah menyukai cara yang kami lakukan, Nancy adalah hidupku. Aku tinggal untuknya. Sekarang aku harus mati untuknya,” kata Sid.

Setelah Sex Pistols bubar, Sid memilih solo karier. Nancy menjadi manajernya. Mereka kemudian pindah ke New York dan menetap di Chelsea Hotel, tempat musisi-musisi tenar seperti Bob Dylan, Janis Joplin, Leonard Cohen, sampai Jimi Hendrix pernah tinggal.

Semasa karier solonya, Sid tampil bersama banyak musisi, mulai dari Mick Jones dari The Clash, Glen Matlock (mantan bassist Sex Pistols), Rat Scabie dari The Damned, hingga Arthur Kane dari New York Dolls.

Tak hanya berkolaborasi, Sid juga sempat mengeluarkan album bertajuk Sid Sings (1979). Akan tetapi, cinta yang meletup di antara kedua insan ini tak mampu menyelamatkan kehidupan mereka yang kadung kacau dan brutal.

Bersama Nancy, Sid makin terjerumus ke dalam heroin dan menjadi pecandu akut. Hubungan mereka pun bertambah kelam serta diliputi depresi tak berkesudahan.

Sampai akhirnya, pada suatu hari, kejadian tragis menimpa keduanya. Ketika Sid terbangun dari efek mabuknya, menurut laporan Rolling Stone, ia menemukan mayat Nancy terbujur kaku di kamar hotel tempat mereka tinggal.

Tubuh kekasihnya itu bersimbah darah akibat tikaman pisau di perutnya. Ironisnya, pisau yang menikam perut Nancy adalah kado yang diberikan Nancy untuk Sid.

Polisi menangkap dan menginterogasi Sid. Menurut pengakuan Sid, di malam sebelumnya, mereka memang terlibat pertengkaran.

Namun, Sid bersikeras bahwa ia tidak menikam Nancy. Ia tak mampu mengingat detail kejadian itu. Menurutnya, Nancy hanya terjatuh dan tewas tertusuk pisau.

The Guardian, melaporkan Sid menjalani masa tahanan dengan tuduhan pembunuhan berencana, sebelum akhirnya bebas  setelah membayar uang jaminan. Mengenai rumor yang beredar, McLaren menyebut bahwa Sid tidak mungkin melakukan tindakan keji itu.

“Sid tak membunuh Nancy. Ia adalah cinta pertama dalam hidupnya,” ungkap McLaren.

Sepuluh hari setelah kematian Nancy, depresi Sid semakin gawat. Sid sempat mencoba bunuh diri dengan mengiris pergelangan tangannya dengan pecahan lampu. Beruntung petugas medis berhasil mengagalkan upaya Sid. Ia pun segera ke Rumah Sakit Bellevue.

Namun, tak lama berselang, Sid akhirnya tewas juga menyusul Nancy. Ia overdosis heroin dalam sebuah pesta di rumah Michelle Robinson, New York. Padahal usianya yang baru menginjak 21 tahun.

Sebelum jenazahnya kremasi, ibunya, Anne, menemukan pesan di saku jaketnya.

“Kami memiliki fakta kematian dan aku harus menepatinya. Tolong kuburkan aku di samping kekasihku. Kuburkan aku dengan mengenakan jaket kulit, jins, dan sepatu bot. Selamat tinggal,” kata Sid dalam tulisan.

Permintaan Sid tak pernah terkabul. Ia tak bisa menemani kekasih sejatinya karena Sid bukanlah seorang Yahudi seperti Nancy. Kekacauan hidup Sid pada akhirnya telah berakhirdengan cara yang tak kalah kacau.

Setelah kematian Sid Vicious, dalam wawancara uncut oleh Rolling Stones, Rotten sang vokalis Sex Pistols mengungkapkan penyesalannya lantaran tidak bisa menyelamatkan sahabatnya itu.

Ia pernah berusaha untuk menjauhkan Sid dari pengaruh obat-obatan. Namun, apa daya, kecanduan tersebut justru semakin parah dan mengakhiri hidup Sid.

“Aku sudah mencoba. Tapi semua itu sangat sulit karena ibunya juga terdaftar sebagi pecandu berat. Meskipun ketika kecil ia tahu kalau ibunya melakukan hal yang salah, kurasa rasa takut telah mengambil alih semuanya,” ungkap Rotten.

Rotten juga menambahkan, “Saya merindukan Sid. Penyesalan saya begitu mendalam, karena saya bisa saja menolong dan mencegahnya terjerumus. Namun, pada akhirnya ia menginginkan jalan itu. Kami menyeretnya ke band, sayang ia tidak siap dengan kondisi yang kami hadapi.”

Sex Pistols pun bubar di tahun 1978. Kemudian, mereka kembali reuni pada 1996 dengan mengadakan tur. Kali terakhir mereka berada di atas panggung, yaitu di tahun 2008.

Reporter: Indah Utami

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pilkada Damai Membutuhkan Keterlibatan Semua Pihak

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) adalah salah satu momen krusial dalam agenda demokrasi Indonesia yang membutuhkan keterlibatan aktif dari semua...
- Advertisement -

Baca berita yang ini