Sosok Sid Vicious, Sang Ikon Punk 70-an yang Tak Pandai Bermusik

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Kalau orang diminta menyebutkan siapa orang yang paling kontoversial di jagat musik punk, nama Sid Vicious pasti nggak akan terlewatkan. Pembetot bass, Sex Pistols ini tak terlalu pandai bermain bass.

Namun, karisma di balik aksi panggungnya yang liar mampu menghipnotis kerumunan penonton untuk ikut berjoget tak terkendali.

Tak banyak kontribusi yang bisa ia berikan saat musik punk di Inggris memasuki era kejayaannya. Akan tetapi, sosok Sid Vicious sudah kepalang jadi ikon punk yang selalu dikenang lewat pose sangarnya di poster dan sampul album Sex Pistols sampai sekarang.

Lahir dengan nama John Simon Ritchie pada 10 Mei 1957 di London, masa-masa kecil Simon tak sewajar dan sebahagia anak-anak pada umumnya. Orang tua Simon merupakan anggota pasukan pengamanan Kerajaan Inggris. Meski begitu, sang ayah yang bekerja sebagai pasukan pengamanan Buckingham Palace, juga merupakan peniup trombon London Jazz Scene.

Orang tua Simon bercerai pada 1965. Ibunya menikah lagi dan hak asuh Simon jatuh ke tangannya.

Enam bulan setelah menikah, ayah tiri Simon meninggal dunia. Simon pun harus tinggal berdua dengan ibunya.

Ibunya yang menjadi orang tua tunggal harus mencari nafkah dengan berganti-ganti pekerjaan, dan salah satunya jadi pengedar narkoba. Simon dan ibunya sempat pindah ke Spanyol sebelum akhirnya kembali lagi ke Inggris dan menetap di Hackney, London.

Selama tinggal di London, ketika Simon berusia belasan, ia sering nongkrong di toko SEX, toko busana punk milik Malcolm McLaren dan Vivienne Westwood.

Saat itu Simon juga tengah menjalani pendidikan di Hackney Technical College pada 1973. Di sanalah Simon pertama kali bertemu dengan John Lydon alias Johnny Rotten, vokalis Sex Pistols.

Lydon kemudian menjalin pertemanan dengan Simon. Menurut Lydon, Simon adalah pribadi yang agresif dan agak nyeleneh, meskipun ia mudah bergaul.

Di tengah musim dingin, Simon akan bertelanjang dada ke toko pakaian untuk membeli kaus yang bergambar band favoritnya. Ia tak mau memakai apa pun selain kaus itu.

Dari Lydon pula nama “Sid Vicious” berasal. Nama Sid diambil dari nama hamster peliharaan Lydon yang namanya terinspirasi dari Syd Barret, gitaris Pink Floyd.

Suatu hari Sid menggigit jari Ayah Lydon dan sang Ayah berkata, “Hamster ini kejam sekali (vicious)!”. Nama itu yang akhirnya dipakai oleh John Simon Ritchie sebagai nama panggung.

Gerakan musik British punk di Inggris sendiri mulai muncul setelah Rotten (vokalis), Glen Matlock (bassis), Steve Jones (gitaris), dan Paul Cook (drummer) membentuk Sex Pistols.

Penampilan mereka selalu dihadiri oleh manajer Malcolm McLaren dan seorang teman yang nyentrik. Yup, Sid Vicious. Vicious selalu berjoget “pogo” di atas panggung saat Sex Pistols tampil. Tak hanya itu, ia pun sering melompat berkali-kali ke arah penonton untuk membuat suasana konser semakin liar.

Sebelum bergabung dengan Sex Pistols, Sid Vicious sempat jadi personel sementara beberapa band punk. Ia juga pernah membentuk bandnya sendiri. Tapi sayangnya, Vicious lebih dikenal sebagai penonton yang anarkis ketimbang sebagai personel band.

Akan tetapi, selang 2 tahun dari terbentuknya Sex Pistols pada 1975. Sid kemudian menyusul Rotten bergabung dengan band tersebut dan tampil perdana di London, 3 April 1977.

Ia menggantikan Glen Matlock di posisi pencabik bass. Sid masuk atas rekomendasi McLaren dan Vivienne Westwood, yang sudah kenal Sid sejak dia masih berusia belasan.

Alasan McLaren dan Vivienne merekrut Sid ialah karena mereka menganggap Sid punya karakter sebagai seorang punk yang kuat, sekalipun pada dasarnya kemampuan Sid dalam memainkan alat musik begitu payah meski ia pernah jadi penggebuk drum ‘Siouxsie and the Banshees’.

Bagi McLaren, Sid begitu karismatik. Ia mampu menghidupkan geliat di panggung dengan aksi-aksi yang sembrono lagi menyenangkan. Ia tak ragu bermain dalam kondisi mabuk parah, ia tak ragu mengumpat penonton, dan ia tak ragu untuk menari pogo dengan penuh keliaran.

Bersama Sex Pistols, Sid mendapatkan popularitas yang tinggi. Pada 1976, di bawah bendera EMI, mereka melepas “Anarchy in the UK” yang ditanggapi dengan meriah di kalangan penikmat musik.

Setahun berselang, album debut mereka, “Never Mind the Bollocks, Here’s the Sex Pistols”, dirilis dan langsung duduk mantap di tangga lagu Inggris selama 12 minggu. Kesuksesan ini membikin Sex Pistols jadi primadona anak-anak muda Britania.

Namun, perjalanan Sex Pistols tak berlangsung lama. Pada 1978, di San Fransisco, ketika sedang berupaya menaklukkan Negeri Paman Sam lewat rangkaian tur, mereka memutuskan untuk bubar.

Alasannya karena ketergantungan parah Sid terhadap narkoba, pertengkaran antar personel, sampai kehadiran Nancy Spungen, kekasih Sid, yang membikin keretakan di antara mereka kian tak bisa ditambal.

Reporter: Indah Utami

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini