Gara-gara Ada yang Buang Kotoran di Gereja, Abrahah Ngamuk Ingin Hancurkan Ka’bah

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA –  Abrahah al-Asyram punya mimpi ingin menandingi Ka’bah, sebuah bangunan yang menjadi tempat peribadatan orang-orang di jazirah Arab. Jendral dari Kerajaan Aksum yang menjadi gubernur Himyar ini iri melihat melihat orang-orang Arab melakukan ibadah ke Ka’bah. Dia pun membangun gereja amat megah di Kota Shan’a.

Dalam Sirah Nabawiyah karya Syeikh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury yang bersumber dari Kitab “Ar-Rahiqul Makhtum” diceritakan bagaimana Abrahah heran dengan kebiasaan warganya yang mengunjungi sebuah kota kecil di jazirah Arab bernama Mekah setiap tahun. Padahal, wilayah Yaman selain indah juga dikenal dengan perdagangannya berupa produk tekstil berkualitas sehingga menghasilkan turis yang datang untuk berkunjung liburan.

Ia pun kemudian membangun gereja yang megah dengan harapan orang-orang di sekitar jazirah Arab mengalihkan ibadah mereka ke sana.

Maka, dibangunlah gereja yang dinamakan Al-Qullais dengan begitu indah. Pintunya terbuat dari emas, lantainya terbuat dari perak, fondasinya terbuat dari kayu cendana. Siapa pun yang melihatnya akan takjub dengan kemegahannya.

Namun, apa yang terjadi? Bangsa Arab tak sedikit pun tertarik dengannya. Semegah apa pun bangunan itu, tak ada yang mampu menandingi Ka’bah. Keinginan Abrahah untuk menghancurkan Ka’bah pun makin menjadi-jadi ketika mendapati bangunannya dihina. Seorang pria telah membuang hajat di dalam Al Qullais dengan sengaja. Geramlah Abrahah ketika mengetahuinya.

Abrahah mengerahkan pasukan besar berkekuatan 60.000 personel untuk menghancurkan Ka’bah. Dia juga memilih gajah paling besar sebagai tunggangannya.

Tibalah pada waktunya, Abrahah berangkat menuju Mekah dari Yaman menunggangi gajah yang terbesar dari gajah lain. Rombongan Abrahah berhenti di kota Mughamas dekat dengan Mekah untuk beristirahat dan mengutus prajuritnya untuk menemui penguasa Mekah.

Mendengar berita tersebut, penguasa Mekah Abdul Muthalib yang juga kakek Nabi Muhammad SAW mengatakan “Demi Allah, kami tak ingin berperang apalagi harus melawan kekuatan kalian. Namun, bila ingin menghancurkan Ka’bah dipersilahkan, yang pasti Allah akan bertindak apabila rumahnya dihancurkan.”

Meski pasukan Abrahah belum memasuki Mekah, mereka sudah menjarah berbagai benda dan harta miliki warga di luar Mekah, salah satunya menculik 200 unta milik Abdul Muthalib. Abdul Muthalib yang melihat unta-untanya tidak ada, segera bertemu dengan Abrahah di Mughamas.

“Kembalikan 200 unta milikku,” kata Abdul Muthalib.

Abrahah heran dengan jawaban Abdul Muthalib. Menurutnya, Abdul Muthalib lebih mencemaskan nasib unta-untanya dibandingkan Ka’bah rumah Tuhan-nya.

“Unta-unta yang kau rampas adalah milikku. Sedangkan Ka’bah milik Allah. Maka, Allah akan melindungi rumahnya,” ujar Abdul Muthalib yang membuat Abrahah mengembalikan unta-unta miliknya dibarengi dengan perasaan geram.

Saat kembali ke Mekah bersama dengan para untanya, Abdul Muthalib segera memperingatkan warga-warga di kota Mekah untuk berlindung ke bukit. Abrahah yang sudah geram, mulai melaksanakan rencananya menuju Mekah.

Hal yang tak disangka dihadapi rombongan Abrahah terjadi.

Baru saja mereka sampai di Wadi Mahsar (Lembah Mahsar) yang terletak antara Muzdalifah dan Mina, tiba-tiba gajah-gajah itu berhenti dan duduk. Gajah ini tidak mau lagi berjalan menuju Ka’bah dan ogah dikendalikan. Setiap mereka perintahkan ke arah-arah tersebut, gajah berdiri dan berlari dan apabila mereka arahkan ke Ka’bah, gajah tersebut duduk.

Saat kondisi seperti itu, terjadi peristiwa dahsyat yang diabadikan dalam Al Qur’an. Allah Ta’ala mengirimkan burung-burung yang berbondong-bondong melempari mereka dengan batu. Batu tersebut berasal dari tanah yang terbakar. Lalu Allah Ta’ala menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).

Setiap burung melempar tiga buah batu. Sebuah di paruhnya, dan dua buah di kedua kakinya berbentuk seperti kerikil.

Bila lemparan batu itu mengenai seseorang, maka anggota-anggota badan orang itu akan berkeping-keping dan hancur. Tidak semua pasukan bergajah terkena lemparan. Ada yang keluar melarikan diri, tetapi mereka saling berdesakan satu sama lainnya sehingga banyak yang jatuh di jalan-jalan, dan binasa terkapar di berbagai tempat.

Sedangkan Abrahah sendiri, Allah mengirimkan kepadanya satu penyakit yang membuat sendi jari-jemari tangannya tanggal dan berjatuhan satu per-satu. Sebelum dia mencapai Shan’a, dia tak ubahnya seperti seekor anak burung yang dadanya terbelah dari hatinya, untuk kemudian dia roboh tak bernyawa.

Tahun terjadinya peristiwa itu disebut Tahun Gajah dan pada tahun itulah Nabi Muhammad SAW dilahirkan.

Reporter : Rama Kresna Pryawan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pilkada Damai Membutuhkan Keterlibatan Semua Pihak

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) adalah salah satu momen krusial dalam agenda demokrasi Indonesia yang membutuhkan keterlibatan aktif dari semua...
- Advertisement -

Baca berita yang ini