Penting Nih! Ini Saran Psikolog bagi Korban Pelecehan Seksual

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTAPelecehan seksual masih marak terjadi di mana-mana. Hal ini pun dapat terjadi pada siapa saja, di mana saja dan kapan saja.

Beberapa waktu lalu, artis Cinta Laura bercerita pernah mengalami pelecehan seksual ketika sedang berjalan di daerah Sudirman setelah beberapa pria melakukan catcaling.

Ini bukan kali pertama kasus pelecehan seksual di ruang publik menghebohkan media sosial. Tak bisa dipungkiri, kasus pelecehan seksual berpotensi meninggalkan sederet trauma yang membekas pada korban. Namun, tidak hanya perempuan yang bisa mengalami pelecehan seksual, pria pun demikian.

Sebelumnya, ada juga wanita dengan akun Twitter @quweenjojo mengklaim dilecehkan oleh Gofar Hilman. Lalu, giliran vokalis D’Masiv, Rian, yang diduga melakukan pelecehan seksual juga.

Menurut Psikolog Intan Erlita, pelecehan seksual adalah segala bentuk perilaku yang berkonotasi seksual, dilakukan secara sepihak dan tidak dikehendaki oleh korban. Bisa berupa fisik dan lisan, namun yang lebih sering berupa fisik.

Pelecehan seksual secara fisik seperti sentuhan yang tidak diinginkan, atau sentuhan fisik lainnya. Kemudian pelecehan seksual secara lisan, seperti komentar tentang bagian tubuh yang bermuatan seksual. Misalnya “Wow Sexy”.

“Lalu apa yang harus dilakukan jika mengalami korban pelecehan seksual? Tindakan yang bisa dilakukan seseorang jika mengalami pelecehan seksual,” kata Intan, kepada Minews.id.

“Pelecehahan seksual berpotensi besar membekaskan luka psikis pada korban. Agar tak terjebak pada sikap menyalahkan diri sendiri, Intan menyarankan penyintas untuk berbicara pada orang terpercaya seperti orang tua dan pihak yang berwajib. Dikarenakan pelecehan seksual ini bukan hal yang sepele,” ujarnya.

Lebih lanjut, Intan mengatakan, ketika berhadapan dengan situasi demikian, bertindak tegaslah terhadap pelaku. Cari tempat aman dan cari pertolongan secepatnya. Terutama kepada orang tua, teman, saudara atau kerabat yang memahami dan anda percayai.

“Namun jika korban mengalami stres atau trauma, segera cari bantuan. Jangan pernah memendamnya sendirian, cari teman yang bisa membantu, lapor ke keluarga atau orang terdekat dan segera ke psikolog atau psikiater,” ungkapnya.

Reporter: Mala Komala

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

A2RTU Gelar Expo Sistem Refrigerasi dan Tata Udara Pendukung Ketahanan Pangan dan Net Zero Emission

Mata Indonesia, Yogyakarta - Ketahanan pangan menjadi isu yang masif didengungkan oleh pemerintah. Terlebih, saat ini Indonesia bersiap menyongsong Indonesia Emas 2045. Di sisi lain, dalam Rencana Strategis (Renstra) Badan Ketahanan Pangan (BKP) yang kini diubah menjadi Badan Pangan Nasional (Bapanas) Kementerian Pertanian Republik Indonesia (Kementan RI) Tahun 2020-2024 menyebut bahwa pembangunan pangan di Indonesia masih menghadapi masalah. Utamanya, terkait dengan penyediaan (supply) pangan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini