Warna Warni Kabinet Biden, Bukti Kesetaraan Rasial

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden telah memajukan kesetaraan rasial dengan membentuk kabinet yang disebut-sebut paling beragam dalam sejarah Amerika. Ini juga menjadi bukti, bila mantan Senator Delaware itu menjunjung tinggi kesetaraan rasial.

Kabinet Biden akan memegang posisi kunci dalam membentuk kebijakan selama masa pemerintahan empat tahun ke depan, terutama saat ini di mana Negeri Paman Sam tengah terpuruk menghadapi perpecahan politik di atas pandemi Covid-19 yang kini telah menewaskan lebih dari 400 ribu warga AS dan meninggalkan jutaan orang tanpa pekerjaan.

Representasi dan keragaman menjadi hal utama yang mendasari pilihan Biden untuk mengisi pemerintahannya. Tujuannya, untuk memajukan kesetaraan rasial di seluruh dewan, menegakkan hak-hak sipil, dan menciptakan anggota yang beragam, baik di dalam kabinet maupun Gedung Putih. Biden berulang kali menekankan bahwa dia menginginkan anggota pemerintahannya mewakili rakyat Amerika Serikat dan mencerminkan keragaman negara.

Dalam beberapa tahun terakhir, kabinet kepresidenan AS sebagian besar didominasi oleh laki-laki dan orang kulit putih. Menurut analisis Brookings Institutions, berdasarkan tiga data administrasi presiden AS terakhir, di antara pengangkatan anggota kabinet yang dikonfirmasi dalam 100 hari kerja, hampir 72% didominasi oleh orang kulit putih dan 73% adalah laki-laki. Jumlah anggota perempuan tidak pernah lebih dari 41% dan orang kulit hitam tidak pernah menempati bahkan sepertiga dari kabinet.

Namun, jika semua anggota pilihan Biden dikonfirmasi oleh Senat, kabinetnya akan berisi lebih banyak perempuan dan orang kulit berwarna. Mengutip PBS NewsHour, di antara 100 lebih anggota pilihan Biden, sekitar 60% adalah perempuan dan lebih dari 50% adalah orang kulit berwarna.

Sebagai kabinet multirasial, Biden telah memilih sejumlah anggota minoritas untuk membantu pemerintahannya, seperti orang kulit hitam dan Muslim. Sebagian besar anggota pilihan Biden itu masih menunggu sidang kelayakan dan verifikasi Senat.

Kamala Harris, Wakil Presiden AS yang merupakan wanita setengah kulit hitam dan setengah Asia Selatan, menjadi gebrakan awal Biden dalam membangun kabinet beragam.

Biden telah mengumumkan pensiunan Jenderal Angkatan Darat, Lloyd J. Austin sebagai Menteri Pertahanan. Jika dikonfirmasi oleh Senat, Austin yang berusia 67 tahun akan menjadi orang Afrika-Amerika pertama yang memimpin Pentagon.

Di bidang ekonomi, Biden telah memilih kandidatnya, termasuk Janet Yellen yang merupakan mantan Direktur Bank Sentral AS, Federal Reserve sebagai Menteri Keuangan. Sementara Neera Tanden yang berdarah campuran India-Amerika sebagai Direktur Kantor Manajemen dan Anggaran Gedung Putih (OMB).

Adapun Wally Adeyemo sebagai Wakil Menteri Keuangan, Cecilia Rouse sebagai Ketua Dewan Penasihat Ekonomi Gedung Putih, serta Jared Bernstein dan Heather Boushey sebagai anggota Dewan Penasihat Ekonomi Gedung Putih.

Sementara itu, untuk pertama kalinya kabinet pemerintahan AS diisi oleh dua orang keturunan India-Amerika yang memiliki asal-usul Kashmir, yaitu Aisha Shah dan Sameera Fazili.

Aisha Shah ditunjuk sebagai Manajer Kemitraan di Kantor Strategi Digital Gedung Putih. Sedangkan Sameera Fazili ditetapkan untuk menduduki posisi Wakil Direktur di Dewan Ekonomi Nasional AS (NEC).

Kabinet Biden juga akan mengukir sejarah dengan menjadi yang pertama kali memasukkan orang Asia Selatan non-India ke dalam pemerintahan, antara lain Ali Zaidi keturunan Pakistan-Amerika yang ditetapkan menjadi Deputi Penasihat Iklim Nasional, Rohini Kosoglu keturunan Sri Lanka-Amerika sebagai Penasihat Kebijakan Domestik untuk Wakil Presiden, dan Zayn Siddique keturunan Bangladesh-Amerika yang ditunjuk menjadi Wakil Kepala Staf Gedung Putih.

Reporter: Safira Ginanisa

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Tindakan OPM Semakin Keji, Negara Tegaskan Tidak Akan Kalah Lawan Pemberontak

Organisasi Papua Merdeka (OPM) banyak melancarkan aksi kekejaman yang semakin keji. Maka dari itu, negara harus tegas untuk tidak...
- Advertisement -

Baca berita yang ini