Warga Inggris Tak Sabar Berpelukan dan Berpesta

Baca Juga

MATA INDONESIA, LONDON – Inggris akan kembali membuka sektor ekonomi setelah pembatasan ketat akibat COVID-19 selama empat bulan. Sebagian besar warga Inggris akan kembali bebas untuk berpelukan, menikmati minuman di pub atau bar, duduk santai dan menikmati hidangan lezat di restoran, atau menonton film di bioskop.

Krisis kesehatan masyarakat terbesar dalam satu abad disertai dengan perpanjangan kekuasaan negara secara drastis; selama lockdown di Inggris, polisi membubarkan pesta dan protes, menutup layanan keagamaan, dan memberikan denda hingga 10 ribu pounds atau sekitar 200 juta Rupiah bagi mereka yang tertangkap berpesta.

Kini, warga Inggris dapat kembali merasakan kebebasan seperti sedia kala usai melalui pembatasan paling ketat dalam sejarah masa damai. Euforia ini juga dirasakan oleh aktris di Negeri Ratu Elizabeth, Joanna Lumley.

“Saya akan memeluk semua orang yang saya temui. Saya akan memeluk gadis-gadis di meja kasir, pelukis pinggir jalan, dan anak-anak yang tengah bermain di taman. Saya juga akan memeluk personel polisi,” tutur Joanna Lumley, melansir Reuters, Senin, 17 Mei 2021.

Di tengah euforia, masih ada sedikit kecemasan. Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson pun menyarankan warganya untuk tetap waspada.

“Bersama-sama kami telah mencapai tonggak lain dalam peta jalan kami keluar dari penguncian, tetapi kami harus mengambil langkah berikutnya dengan sangat hati-hati,” kata Johnson dalam sebuah pernyataan.

Ada kekhawatiran yang berkembang tentang varian B.1.617.2 yang menurut penasihat ilmiah Inggris akan menjadi varian dominan di Inggris Raya dan yang lebih dapat ditularkan daripada B.1.1.7 (varian yang pertama kali diidentifikasi di Kent, Inggris).

Secara umum, mulai Senin (17/5), pertemuan di Inggris akan diizinkan hingga 30 orang di luar ruangan, dua keluarga akan diizinkan untuk bertemu di dalam ruangan. Kafe, bar, dan restoran akan dibuka kembali untuk layanan dalam ruangan.

Adapun penghuni panti jompo akan diizinkan memiliki lima pengunjung. Sementara masker wajah tidak lagi diwajibkan di sekolah.

“Sudah sangat lama sekali,” kata Clare Smyth, chef dari restoran London Core yang memenangkan bintang Michelin ketiganya pada Januari saat lockdown.

“Saya sangat bersemangat, tidak sabar menunggu para tamu datang, ini akan menjadi sangat emosional. London sedang terbuka dan saat-saat menarik akan datang dan semua akan bangkit kembali,” sambungnya.

Korban tewas resmi Inggris sebanyak 127.679 – angka tertinggi di Eropa dan tertinggi kelima di dunia, setelah Amerika Serikat, Brasil, India, dan Meksiko, menurut laporan Universitas Johns Hopkins.

Ekonomi Inggris tahun lalu mengalami penurunan terburuk dalam tiga abad sementara pemerintah menghabiskan ratusan miliar Pounds untuk menyelamatkan pekerjaan dan perusahaan dan Bank of England menggandakan program pembelian obligasi.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Semua Pihak Perlu Bersinergi Wujudkan Pilkada Damai

Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan momen penting dalam kehidupan demokrasi di Indonesia. Pilkada tidak hanya sekadar agenda politik,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini