Wabah Corona di Indonesia, Rupiah Malah Menguat Terbatas! Kok Bisa?

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Nilai tukar rupiah atas dolar AS ditutup menguat terbatas di awal pekan pertama bulan Maret 2020.

Mengutip data RTI Bussines, rupiah ditutup pada posisi Rp 14.265 atau menguat 0,58 persen pada Senin 2 Maret 2020.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan laju rupiah hari ini dibayangi oleh sejumlah sentimen dari luar negeri antara lain sebagai berikut.

Pertama, soal isu penurunan suku bunga acuan Bank Sentral AS atau The Fed. Sejumlah investor kian yakin kalau The Fed mungkin melonggarkan kebijakan moneter untuk beberapa bulan ke depan.

“Pelonggaran kebijakan ini sebagai respon atas penyebaran virus corona dari Cina ke puluhan negara dan potensi pukulan yang melumpuhkan ekonomi global termasuk AS,” ujar Ibrahim.

Kedua, soal Indeks Manajer Pembelian Manufaktur Caixin atau Markit milik Cina berada di level 40,3 untuk Februari 2020. “Angka ini menjadi yang terendah sejak survei diluncurkan pada awal 2004. Sedangkan PMI manufaktur resmi Cina mengalami kontraksi, namun lebih buruk daripada selama krisis keuangan global 2008,” katanya.

Sementara dari dalam negeri, pasca diumumkannya Indonesia positif wabah Covid-19 oleh Presiden Joko Widodo pada hari ini, pelaku pasar semakin khawatir terhadap wabah virus tersebut.

Apalagi, wabah tersebut terbukti mampu memporak porandakan pondasi ketahanan ekonomi yang sudah dibangun begitu kuat.

Hasil jerih payah yang sudah dilakukan oleh Pemerintah dan Bank Indonesia untuk menstabilkan perekonomian dan mata uangnya hancur lebur akibat wabah Covid-9 yang lebih buruk dibandingkan perang dagang dan Brexit.

Akibat meluasnya wabah virus Corona, lanjutnya, menyebabkan goncangan ekonomi secara global termasuk Indonesia. Namun persentasenya masih relatif kecil dibandingkan negara-negara lainnya yaitu hanya 1,08 persen.

Bank Indonesia (BI) lantas secara tiba-tiba menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Senin ini. Dalam pertemuan tersebut Bank Sentral menurunkan GWM valas untuk bank umum dari 8 persen menjadi 4 persen dari DPK.

BI hari ini kembali melakukan intervensi di pasar valas dan obligasi di perdagangan DNDF. Perdagangan tersebut sudah aktif bertransaksi dari pembukaan pagi dan kondisi global ini sudah di antisipasi sebelumnya.

Sehingga dengan sigap dan melakukan penjagaan ketat dan ekstra waspada terhadap mata uang garuda. “Intervensi yang cukup ketat dan ekstra waspada jadi bukti BI berusaha semaksimal mungkin untuk membantu menstabilkan mata uang garuda,” ujar Ibrahim.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pilkada Damai Membutuhkan Keterlibatan Semua Pihak

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) adalah salah satu momen krusial dalam agenda demokrasi Indonesia yang membutuhkan keterlibatan aktif dari semua...
- Advertisement -

Baca berita yang ini