Home News Toleransi di Indonesia Meningkat, Awas Jadi Target ISIS

Toleransi di Indonesia Meningkat, Awas Jadi Target ISIS

0
186
ISIS
ISIS

MATA INDONESIA, JAKARTA – ISIS mengubah diri menjadi organisasi teroris global yang terdesentralisasi setelah kehilangan teritorialnya di Suriah dan Irak pada Maret 2019.

Peneliti Indonesia yang berbasis di Bonn, Berthold Damshauser kepada Mata Indonesia News, mengatakan bahwa telah terjadi peningkatan sikap toleran di Indonesia. Meski ada beberapa pihak atau oknum yang berusaha merusak toleransi beragama di Indonesia. ”Efeknya, karena masyarakat Indonesia sudah toleran, maka akan banyak tekanan kepentingan untuk merusaknya,” ujarnya.

Zachary Abuza, pakar Asia Tenggara dari National War College, Washington D.C dan Colin P. Clarke dari RAND Corporation, kawasan Asia Tenggara terutama Indonesia dan Malaysia menjadi tempat terbaik bagi para militan Islam.

Hal ini diperkuat, di kawasan Asia Tenggara, kelompok-kelompok teroris sudah menyatakan komitmen terhadap ISIS pada tahun 2014. Pada tahun 2016, surat kabar ISIS “al-Fatihin” (Sang Penakluk) terbit mingguan dalam bahasa Melayu dan Indonesia. Bahkan pada tahun 2018, telah terjadi bom bunuh diri dan enam insiden di Filipina.

Perlawanan kaum radikal tergolong gencar dan kuat karena mereka berhasil menguasai kota berpenduduk 200 ribu jiwa dan bertempur selama berbulan-bulan dengan pihak militer Filipina.

Dalam The Problems of Terrorism in Southeast Asia ditegaskan bahwa ketidakstabilan baik dari sisi ekonomi, politik dan keamanan ditambah dengan maraknya kelompok ekstrem menjadi penyebab Asia Tenggara masih rentan menjadi lahan subur bagi teroris.

Maka pemerintah di masing-masing negara di wilayah memiliki cara yang berbeda-beda dalam menangani hal ini. Zachari Abuza menilai bahwa pemerintah Indonesia telah mengambil langkah yang baik terutama dalam mengantisipasi gerakan teror.

Pengamat intelijen dan terorisme Stanislaus Riyanta menegaskan bahwa dalam menangkal propaganda gerakan radikalisme, semua pihak harus terlibat dan terus bergerak. ”Harus melibatkan generasi muda, ormas dan masyarakat luas agar lebih maksimal,” kata Stanislaus saat berbincang dengan Mata Indonesia News.

 

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here