Teknik Kultur Jaringan, Genjot Produksi Rumput Laut Indonesia

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Sebagai salah satu produsen terbesar rumput laut dunia, Indonesia akan terus meningkatkan produksi rumput laut dengan target 12 hingga 13 juta ton tahun 2024. Untuk mewujudkannya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akan membangun sejumlah sentra budidaya rumput laut di Indonesia bagian timur dengan  menerapkan teknik kultur jaringan.

Seperti diketahui, daerah penghasil rumput laut terbesar di Indonesia terdapat di wilayah timur, dengan sepuluh daerah utama yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Timur, Jawa Timur, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, Bali, Gorontalo, Maluku, serta Jawa Barat.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Slamet Soebjakto mengatakan, Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Ambon akan mendapatkan tugas untuk membangun kampung rumput laut yang rencananya dibangun di daerah Tanimbar.

Untuk diketahui, BPBL merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) yang berperan untuk melakukan pengembangan dan pendistribusian bibit rumput laut di kawasan timur Indonesia.

Bibit rumput laut kultur jaringan merupakan teknik rekayasa perbanyakan bibit rumput laut dengan cara pengambilan jaringan dari induk rumput laut unggul untuk dilakukan pembesaran di laboratorium guna menghasilkan bibit yang berkualitas.

Menurut Kepala BPBL Ambon, Nur Muflich Juniyanto, bibit rumput laut hasil kultur jaringan memiliki beberapa keunggulan, seperti mutu bibit yang lebih terjamin karena sifat identik dengan induknya sehingga tidak memerlukan lahan yang luas dan mampu menghasilkan bibit dalam jumlah besar.

Selain itu, dengan sistem produksi kultur jaringan yang dilakukan di laboratorium, maka ketersediaan bibit dapat terjaga sepanjang tahun karena tidak dipengaruhi oleh iklim.

Mengutip laman Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAP3), beberapa keuntungan perbanyakan bibit rumput laut melalui kultur jaringan dibandingkan metode konvensional yaitu memungkinkan untuk menghasilkan tanaman yang seragam dalam jumlah yang banyak dari strain yang telah terseleksi dengan karakteristik yang diinginkan, dapat menghindari eksploitasi sumber bibit dari alam secara berlebihan, dan memungkinkan penyediaan bibit rumput laut dengan generasi baru.

Keuntungan lainnya, umur bibit rumput laut yang digunakan dalam budidaya dapat ditelusuri sehingga memudahkan untuk memperkirakan waktu untuk memperbaharui bibit. Selain itu, dengan kultur jaringan, penyediaan bibit dapat dilakukan secara berkelanjutan tidak tergantung pada kondisi alam.

KKP mengharapkan, penggunaan bibit kultur jaringan pada kawasan sentra rumput laut dapat mendongkrak produksi rumput laut nasional yang saat ini mencapai 10,5 juta ton agar dapat ditingkatkan menjadi 12 hingga 13 juta ton tahun 2024.

Sebelumnya, tahun 2020, KKP telah menyalurkan bantuan bibit rumput laut sebanyak 192 ton kepada para pembudidaya di seluruh Indonesia. Sementara untuk tahun 2021, KKP menargetkan dapat kembali mendistribusikan bantuan bibit rumput laut sebanyak 200 ton serta paket bantuan kebun bibit rumput laut sebanyak 100 paket.

Sementara itu, selain di Ambon, KKP juga akan membangun kawasan-kawasan sentra budidaya rumput laut lainnya di Maluku, Papua hingga Nusa Tenggara Timur yang nantinya, sepenuhnya akan memakai bibit rumput laut hasil kultur jaringan dari UPT DJPB.

 

Reporter: Safira Ginanisa

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Putusan MK Mengikat dan Final, Semua Pihak Harus Terima Lapang Dada

Mahkamah Konstitusi (MK) telah menyelesaikan sidang sengketa hasil pemilihan presiden dan wakil presiden 2024. Keputusan yang diambil oleh Mahkamah...
- Advertisement -

Baca berita yang ini