Tak Kalah Rasa, Kopi Papua akan Go Internasional

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAYAPURA – Kopi Indonesia kini sudah terkenal di seluruh dunia, apalagi kopi Jawa. Nah sekarang ini kopi papua pun mulai terkenal di beberapa negara,  baik jenis robusta maupun arabica. Salah satu varietas kopi adalah kopi lembah baliem, di Wamena. Kopi ini memiliki sejarah panjang sejak Dinas Pertanian Belanda memperkenalkannya di pasar Eropa.

Penanaman kopi ini berada di ketinggian 1.400-2.700 meter di atas permukaan laut (mdpl) di Pegunungan Tengah Papua. Sejumlah kalangan dan penggemar kopi menyebut kopi asal Papua ini merupakan varietas kopi arabica terbaik dan berkualitas tinggi.

Begitu juga dengan kopi amungme. Kopi yang berasal dari Kabupaten Timika, itu sebenarnya merupakan budidaya suku Amungme. Kopi amungme memiliki struktur yang full-body, sedikit asam rasanya, beraroma manis yang sangat khas dan kuat serta memiliki after taste (rasa yang tertinggal) berupa rasa moka.

Demikian pula bila ingin merasakan nikmatnya kopi dengan rasa zat gizi yang tinggi dan rasa kopi yang lebih asam, jenis kopi ini hanya ada di pegunungan bintang.

Namun semua jenis kopi itu kini tersedia di sejumlah coffee shop yang tumbuh subur di Sentani dan Kota Jayapura.  Benar, kopi dari sejumlah daerah di Papua, bahkan kini sudah semakin banyak peminatnya terutama konsumen mancanegara, seperti Australia, Selandia Baru dan Amerika.

Sayangnya, penanaman kopi-kopi itu di wilayah yang terpencil. Alhasil, kepastian pasokan seringkali mengalami kendala. Bilapun panen berhasil, biaya angkutan menjadi mahal.

Kendala itu menjadi masalah Andre Pahabol, Ketua DPD Asosiasi Kopi Indonesia (Aski) Papua. “Masalah kepastian pasokan kopi memang masih menjadi kendala kami. Namun, sejumlah kendala itu terus diperbaiki,” ujarnya, dalam konferensi pers ‘Mendorong UMKM Papua Bangkit’ di Media Center PON XX Papua Kominfo, Jumat 8 Oktober 2021.

Salah satunya adalah membenahi masalah brand. “Kami ingin membenahi masalah brand. Kami ingin lebih mengenalkan brand Kopi Papua. Boleh saja, kopi berasal dari Wamena, dari Pegunungan Bintang, atau lainnya. Namun brand cukup satu ‘Kopi Papua’. Ini seperti kopi Gayo. Hanya satu nama meskipun variannya banyak,” ujar Sylvia Dewi Maharani, Coach Asosiasi Kopi Indonesia.

Aski pun kini tengah memberikan pelatihan bagi kalangan milenial untuk diperkenalkan soal kopi, cara meraciknya dan menyeduhnya (barista). ”Kami ingin mengenalkan kopi sebagai tourism coffee ke kalangan milenial. Siswa yang dididik sebanyak 30 siswa. Output nantinya dari pelatihan itu, mereka bisa menjadi duta kopi asal Papua, baik dalam negeri maupun mancanegara,” kata Sylvia.

Sylvia menambahkan, pelatihan kepada anak milenial itu bertujuan agar mereka bisa menyajikan kopi dengan takaran yang benar. Satu gelas kopi yang tersaji harus betul-betul berkualitas. “Makna lainnya, satu gelas kopi membawa nama baik petani daerah, tidak boleh salah karena bisa menghancurkan nama baik Papua,” ujarnya.

Selain itu, Andre Pahabol menambahkan, Asosiasi Kopi Indonesia juga mengajarkan petani-petani di daerah untuk menanam kopi. Kerja sama dengan petani pesisir kopi robusta, petani gunung kopi arabica sehingga mereka benar-benar siap mewakili brand kopi.

Andre juga mengemukakan sebenarnya peminat pasar lokal untuk kopi sudah banyak. Begitu juga untuk kepentingan ekspor, Persoalannya, permintaan yang begitu banyak tetapi tidak diikuti dengan kesiapan petani terutama keberlanjutan pasokannya.

“Oleh karena itu, kami juga mendorong masalah keberlanjutan pasokan dan pemasarannya sehingga kopi asal Papua tetap tersedia di pasar. Mimpi kami, Papua akan menjadi lumbung kopi nasional pada 2026 dan brand kopi asal Papuago global,” ujar Andre.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pilkada Damai Membutuhkan Keterlibatan Semua Pihak

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) adalah salah satu momen krusial dalam agenda demokrasi Indonesia yang membutuhkan keterlibatan aktif dari semua...
- Advertisement -

Baca berita yang ini