Ratusan Aparat Kepolisian Myanmar Kecam Junta Militer

Baca Juga

MATA INDONESIA, YANGON – Ratusan aparat kepolisian bergabung dengan Gerakan Pembangkangan Sipil (CDM). Aparat kepolisian ini bukan hanya menolak pemerintahan junta militer, melainkan juga mengecam segala bentuk tindakan kekerasan terhadap para demonstran.

Sejak kudeta yang terjadi awal Februari hingga Maret, tindakan keras kepolisian dan tentara terhadap demonstrasi anti-kudeta di seluruh Myanmar telah menewaskan sekitar 50 orang, termasuk di pusat komersial Yangon; Mandalay, Monwya dan Myinchan. Kemudian di Mawlamyine dan Dawei –kota yang terletak di bagian selatan Myanmar.

Setelah bergabung dengan CDM, penjabat Kolonel Polisi Tin Min Tun dari Departemen Kepolisian Yangon, mengatakan dalam pesan video bahwa dia harus berkorban untuk mendukung CDM yang diluncurkan oleh staf pemerintah. Tin Min Tun merupakan perwira polisi dengan pangkat tertinggi yang bergabung dengan gerakan tersebut.

“Saya tidak ingin mengabdi pada rezim militer,” kata Tin Min Tun yang telah mengabdi selama 31 tahun di kepolisian Myanmar, melansir The Irrawaddy, Jumat, 5 Maret 2021.

Polisi berusia 54 tahun itu mengungkapkan bahwa seluruh aparat polisi di Myanmar, saat ini disalah gunakan oleh junta militer. Ia pun meminta para perwira muda turut bergabung mendukung CDM.

Petugas kepolisian, Kyaw Lin Oo menulis di halaman Facebook-nya bahwa dia akan menyesal di masa depan jika dia gagal melakukan sesuatu yang dia tahu harus dilakukan. Kyaw Lin Oo tak sendiri, dua temannya pun bergabung untuk melakukan protes, menentang aturan junta militer yang memerintahkan untuk menembak para demonstran.

“Memiliki loyalitas kepada masyarakat daripada kepolisian. Orang-orang adalah dermawan utama,” tulis Kyaw Lin Oo di akun Facebook-nya.

Sayang, aksi aparat kepolisian ini mendapat intimidasi. Kyaw Lin Oo dan rekannya kini tengah bersembunyi karena sang atasan memburu dan menekan keluarga mereka.

Sebelumnya, sebanyak tujuh aparat kepolisian perempuan dari wilayah Tanintharyi di Myanmar selatan bergabung dengan gerakan tersebut. Mereka menegaskan akan kembali bekerja ketika pemerintah yang terpilih secara demokratis kembali menjabat.

Mereka juga mengatakan dalam pengumuman CDM bahwa aparat kepolisian diperintahkan oleh rezim militer untuk melakukan tindakan melanggar hukum terhadap rakyat, dan mereka tidak dapat mengikuti perintah junta militer.

Pada hari Kamis, sebanyak 17 personel polisi dari Kantor Polisi Putao di Negara Bagian Kachin, Myanmar paling utara dan Kantor Polisi Bokpyin di Wilayah Tanintharyi juga bergabung dengan gerakan CDM.

Setiap hari sejak awal Februari, aparat kepolisian, termasuk beberapa perwira berpangkat lebih tinggi di kota-kota besar di Myanmar, telah bergabung dengan CDM nasional, dengan jumlah sekarang melebihi 100 aparat.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Putusan MK Mengikat dan Final, Semua Pihak Harus Terima Lapang Dada

Mahkamah Konstitusi (MK) telah menyelesaikan sidang sengketa hasil pemilihan presiden dan wakil presiden 2024. Keputusan yang diambil oleh Mahkamah...
- Advertisement -

Baca berita yang ini