Punya Kepentingan di LCS, Simak Dahsyatnya Teknologi Militer Cina

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Jika menilik agresivitas Cina di Laut China Selatan (LCS) dari segi perkembangan teknologi militernya, perkembangan teknologi dari China patut untuk dikaji secara seksama.

Cina yang memiliki kepentingan di Laut China Selatan berpotensi memiliki konflik kepentingan dengan Indonesia di perairan Natuna yang sebagian wilayahnya masuk dalam klaim Nine Dashed-Lines Cina.

Menurut Pakar Geostrategi Ian Montratama, industri pertahanan Cina telah mampu memproduksi rudal balistik DF-31A yang berdaya-jangkau 11,2 ribu km. Rudal yang diproduksi oleh Academy of Rocket Motors Technology (ARMT) ini mampu menjangkau daratan Indonesia. Cina bahkan telah mengembangkan rudal yang lebih canggih, yang dinamakan DF-41, dengan dayajangkau 12 ribu – 15 ribu km.

Cina juga telah merekayasa rudal DF-31 untuk dapat diluncurkan dari kapal selam tipe 094 (dengan nama rudal JL-2). Kapal selam tipe 094 sendiri merupakan kapal selam bertenaga nuklir yang diproduksi oleh Bohai Shipyard (di Huludao) sejak tahun 2007.

“Kapal selam ini mampu mengusung dua belas rudal JL-2 yang dapat menjangkau seluruh wilayah daratan di muka bumi ini,” ujarnya kepada Mata Indonesia, Sabtu 16 Mei 2020.

Dari segi teknologi maritim, Cina telah mampu membangun kapal induk sendiri. Kapal induk pertama merupakan modifikasi dari kapal induk bekas dari Rusia berkelas Varyag yang dinamakan Liaoning. Kapal induk Liaoning itu mampu mengangkut 24 jet tempur Shenyang J-15 Flying Shark.

Kata Ian, saat ini Cina tengah membangun kapal induk buatan sendiri oleh Dalian Shipbuilding Industry Company, dengan tonase lima puluh ribu ton. Kapal induk dan kapal selam bertenaga nuklir merupakan instrumen proyeksi kekuatan Cina di daerah sengketa, seperti di Laut China Selatan dan Laut China Timur.

Cina juga menerapkan strategi Anti Access/Aerial Denial (AA/AD) dengan tujuan untuk menangkal penetrasi serangan musuh, baik berbasis pesawat berawak, drone, kapal perang maupun rudal dari jarak jauh.

“Jika udara mampu dikendalikan, maka Cina dapat mengendalikan lautan, terutama di dua zona maya yang dinamakan First Island Chain dan Second Island Chain,” katanya.

Di bidang teknologi dirgantara, Cina telah mampu memproduksi pesawat tempur siluman (generasi kelima). Chengdu Aerospace Corporation memproduksi J-20 Mighty Dragon yang mulai beroperasional sejak tahun 2016. Pesawat ini menjadi pesaing pesawat tempur utama F-22 Raptor buatan Lockheed Martin dan Boeing dari AS.

Sedangkan Shenyang Aircraft Corporation memproduksi J-31 Gyrfalcon diproduksi oleh Shenyang Aircraft Corporation, yang menjadi rival F-35 Joint Strike Fighter buatan Lockheed Martin (AS).

Cina juga sudah mengembangkan pesawat terbang tanpa awak (PTTA) strategis Soar Dragon, pada tahun 2011. PTTA ini dirancang oleh Chengdu Aircraft Corporation dan diproduksi oleh Guizhou Aircraft Industry Corporation untuk AU PLA.

PTTA ini dibuat untuk menyaingi PTTA RQ-4 Global Hawk buatan Northrop Grumman (AS). PTTA Soar Dragon diperkirakan akan dilengkapi dengan rudal balistik anti-kapal dan rudal jelajah.

Di bidang teknologi antariksa, Cina telah mampu memproduksi roket Long March 5 buatan China Academy of Launch Vehicle Technology (CALT) pada tahun 2016 lalu, yang memiliki kapasitas 25 ribu kg. Dengan kemampuan ini, Cina dapat meluncurkan satelit (maupun stasiun bumi) secara mandiri.

“Cina juga telah mampu memproduksi satelit sendiri, baik satelit komunikasi, satelit pengintai dan satelit navigasi,” ujarnya.

Untuk satelit intai, Cina telah mampu membuat satelit Gaofen 4 yang canggih buatan Cina SpaceSat Co. Ltd. Sistem satelit itu mampu melakukan pengintaian 24 jam sehari untuk hampir seluruh lokasi di dunia (dengan interval 20 menit).

Sedangkan untuk satelit komunikasi, Cina mengklaim telah meluncurkan satelit komunikasi kuantum pertama di dunia yang anti penyadapan, bernama Quantum Science Satellite (QUESS), pada tanggal 15 Agustus 2016 lalu.

Khusus, untuk satelit navigasi, Cina tidak lagi bergantung pada sistem navigasi GPS dari AS maupun Glossnas dari Rusia yang sangat vital bagi sistem pemandu rudal.

Deskripsi tentang kemajuan teknologi militer Cina menjadi tanda bahwa pertempuran modern pada abad XXI akan didominasi teknologi canggih.

“Doktrin pertempuran TNI pun harus mampu beradaptasi dengan dinamika perkembangan teknologi militer di kawasan. Alutsista TNI harus dikembangkan sedemikian rupa untuk mampu mengimbangi lingkungan strategis,” kata Ian.

12 KOMENTAR

  1. Belajar dari perang vietnam dan perang korea, cina hanya membantu pd kedua sekutunya itu, as kalah pulang kandang. Sekarang langsung berhadapan dgn as, alat pertahananya sdh dicangkokkan dgn komponen G6, dimana kapasitasnya lebih besar lebih jauh dan persisinya sekitar radius 60 m.

  2. Agar Indonesia melek ini lho lawan Indonesia kedepan… Indonesia punya apa untuk pertahanan udara dan laut nya… Kalau kalah ya nyerah di caplok laut nya depan natuna,,, tapi ya gimana lagi… Nelayan natuna aja gak mau kalau nelayan di Negara Indonesia berlayar di perairan natuna, saat kapal nelayan asing masuk protes… Makanya nelayan natuna persesar itu kapal dan tambah armada agar bisa bersaing dengan coast guard china…

  3. Indonesia jelas tertinggal masuk zaman orba mereka sibuk kenyangin perut sendiri korupsi, manipulasi lupa membangun negeri dan teknologi. Para politikus aparatur pemerintah sibuk memperkaya. Seandainya perang Indonesia China. Saya hanya bisa bertepuk tangan selama nasiolisme sosialisme tidak tegak. Mimpi menjadi negara maju seperti China

  4. Kapan ya nkri bisa seperti itu.? Mari lh mulai skrg kita jgn menutup diri, bekerjasama dan belajarlah bersama2 agar kita lbh cpat maju, karna kita sdh trlalau jauh tertnggal.

  5. Etos kerja orang-orang china sangat berbeda dengan orang-orang Indonesia asli. Orang2 China sangat rajin, tekun dan pantang menyerang. Sedangkan orang2 Indonesia kalau kerja targetnya upah tinggi agar cepat punya rumah lebih dari 1 dan mobil dari 1. Kalau begini, bagaimana bisa menggapai ilmu pengetahuan dan teknologi sejajar dengan negara2 lain yang sudah maju seperti China???

  6. Lebih baik secepatnya berperang AS, sekutu vs Cina agar cepat tau siapa yg bisa jadi penguasa LCS. Jgn terlalu jauh persiapan Cina shg dampaknya terlalu luas. Jika AS dan sekutu menang maka LCS dpt stabil, negara2 Asean nyaman membangun negara masing2.

  7. Memang uraian diatas benar dan tdk dapat dipungkiri,china dibidang teknologi militer sdh maju dan mapan tetapi tetap dibawah amrik dan Rusia.

  8. Kebanyakan mikir.beli ini itu kebanyakan perhitungan.satu lagi kebanyakan ngurusin orang lain apalagi banyak kadrun.unta gurun

  9. Jgn terlalu diagung2kan neg Komunis Cina itu, paling casing aja yg kliatan bagus persenjataanya itu, buat mobil aja kualitas rendahan. Adapun HP endroid spt Huawei toh chief-nya msh dari Amerika, namanya msh membajak teknologi, cuman ya memang mrk rajin produksi. Pengalaman berperang modern blm ada koq. Cina itu kan dijajah olh Jepang, kmudian AS membantu hingga investasi besar2an dr dunia barat di Cina eeh…skrg malah jd membesarkan anak harimau. Maka biar dilumpuhkan AS dan sekutu ajalah Cina itu, Indonesia akn lbh nyaman jika Cina tanpa militer yg kuat.

  10. Teknologi militer Komunis Tiongkok ya msh kwalitas rendahlah dibanding AS, Rusia, Eropa. Tapi casing ya blh tahanlah mulusnya. Yg nyata aja produk otomotif kan msh kwalitas rendah dibanding Japan, Korsel, Taiwan, produk Cina paling rendahan, tapi mrk genjot produksi. Krn neg diktator itu bisa paksa rakyatnya mau ngapa aja, beda dg neg demokrasi.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Aparat Keamanan Mulai Babak Baru Dalam Menumpas OPM dari NKRI

Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku, agama, dan budaya yang beragam. Keberagaman ini kadang-kadang dapat menjadi sumber...
- Advertisement -

Baca berita yang ini