Pria Ini Kehilangan Tunangannya Usai Divaksin AstraZeneca

Baca Juga

MATA INDONESIA, LEICESTER – Seorang ibu dengan tiga anak meninggal dunia usai mendapatkan vaksinasi Covid-19 di Peepul Center di Belgrave. Diketahui Lucy Taberer –nama perempuan tersebut, mengalami pembekuan darah di otaknya setelah disuntik vaksin AstraZeneca.

Sang tunangan, Mark Thomlin mengatakan bahwa Lucy sempat mengalami efek samping ringan setelah ia mendapat vaksinasi. Namun, kondisi perempuan berusia 49 tahun itu berangsur memburuk dan harus dibawa ke rumah sakit. Setelah 22 hari pasca-vaksin, Lucy pun meninggal dunia.

“Dia tahu mungkin ada beberapa efek samping tetapi dia tidak khawatir. Kami pikir semuanya akan baik-baik saja, seperti yang dialami kebanyak orang. Namun, dia merasakan sakit sehingga dia pergi menemui dokter umum yang mengatakan itu adalah batu ginjal dan meresepkannya beberapa obat penghilang rasa sakit,” tutur Mark.

“Itu meyakinkannya dan dia tidak berpikir itu ada hubungannya dengan vaksin tetapi segalanya mulai memburuk dan kepanikan dimulai. Dia mengalami memar seukuran bola tenis di sekujur tubuhnya. Biasanya dia memiliki semua energi di dunia, tetapi dia menjadi lelah dan lesu,” sambungnya, seperti dilansir Wales Online, Senin, 28 Juni 2021.

Lucy kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Kerajaan Leicester setelah 13 hari pasca-vaksinasi AstraZeneca. Berdasarkan hasil pemeriksaan, ditemukan gumpalan darah yang membuat kondisinya kian memburuk dan menyebabkan stroke berat.

Ia selanjutnya dipindahkan ke unit perawatan intensif di Nottingham’s Queen’s Medical Center (QMC). Meskipun dilakukan operasi, konsultan mengatakan tidak ada lagi yang dapat dilakukan untuknya, selain merekomendasikan dukungan hidupnya ‘dihentikan’ pada 10 April.

Mark mengatakan penyakit parah yang dialami Lucy terkait dengan vaksinasi AstraZeneca yang ia terima pada 19 Maret. Sertifikat kematiannya mengatakan dia meninggal karena trombosis sinus vena serebral dan trombosis terkait vaksin dengan trombositopenia.

“Kami sangat bahagia dan menantikan masa depan dan kemudian tiba-tiba saya harus menjelaskan kepada Orson (putranya yang berusia 5 tahun) bahwa ibunya telah meninggal.

“Saya sudah memberitahunya bahwa ibunya pergi ke rumah sakit karena membutuhkan obat. Kemudian saya mengatakan kepadanya bahwa obatnya tidak bekerja dan Lucy tidak bisa pulang, beberapa hari kemudian saya mengatakan kepadanya bahwa dia telah meninggal. Dunia kita telah terbalik. Setiap hari saya bangun dan Lucy adalah hal pertama yang saya pikirkan,” tuturnya.

Meski demikian, ditinggal orang yang dicintainya, Mark tetap menyarankan orang-orang untuk mendapatkan vaksin Covid-19. Namun, ia menegaskan bahwa ada risiko yang ditimbulkan.

“Saya mendapatkan dosis pertama saya (dari Pfizer) di dokter saya di mana mereka benar-benar baik dalam berbicara melalui proses. Saya masih tidak berpikir akan mendapatkan dosis kedua setelah semua yang terjadi. Saya tidak mengatakan orang tidak boleh divaksinasi. Itu pilihan setiap individu,” sambungnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Kasus DBD di Bantul Menanjak Tajam, Dinkes Ingatkan Masyarakat Galakkan PHBS

Mata Indonesia, Bantul - Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul mengimbau masyarakat untuk aktif dalam Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sebagai langkah efektif menanggulangi penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) yang sedang meningkat.
- Advertisement -

Baca berita yang ini