Myanmar Masih Bergejolak, Jumlah Korban Terus Meningkat

Baca Juga

MATA INDONESIA, NAYPYIDAW – Warga Myanmar terus menentang pemerintahan junta militer, meskipun jumlah korban tewas meningkat. Setidaknya dua demonstran dilaporkan meninggal dunia, ketika junta militer mencoba membubarkan aksi demonstrasi.

Baik warga Myanmar maupun junta militer sama-sama berkeras menolak dialog damai yang diusulkan negara-negara tetangga di wilayah Asia Tenggara (ASEAN). Warga bersikukuh akan melakukan demonstrasi sampai revolusi di Myanmar menang, sedangkan junta militer bersikeras mempertahankan supremasi.

Myanmar berada dalam kekacauan sejak junta militer menggulingkan pemerintah terpilih yang dipimpin oleh peraih Nobel Perdamaian, Aung San Suu Kyi pada awal Februari –mengakhiri 10 tahun reformasi demokrasi tentatif.

Pada demonstrasi yang berlangsung pada Minggu (21/3), seorang pria ditembak mati dan beberapa lainnya mengalami luka ketika polisi menembaki kelompok yang mendirikan barikade di pusat kota Monywa, dikatakan seorang dokter.

Kemudian, satu orang tewas dan beberapa lainnya luka-luka ketika pasukan keamanan menembaki kerumunan di kota kedua Mandalay, portal berita Myanmar Now melaporkan.

Setidaknya 249 orang kini telah meninggal dunia sejak kudeta tersebut, menurut angka dari Asosiasi Bantuan untuk Politik atau Assistance Association for Political Prisoners (AAPP).

Kekerasan dan kebiadaban telah memaksa banyak warga di Myanmar memikirkan cara-cara baru untuk mengekspresikan penolakan mereka ke pemerintahan junta militer. Warga yang melakukan demonstrasi di 20 titik di seluruh negeri, melakukan protes baik pagi maupun malam hari.

Ratusan orang di kota kedua Mandalay, termasuk banyak staf medis berpakaian putih, berbaris dalam protes Fajar sebelum matahari terbit pada Minggu (21/3), berdasarkan video yang diposting oleh portal berita Mizzima.

“Kegagalan rezim militer adalah tujuan kami … demokrasi federal adalah tujuan kami,” teriak kerumunan saat langit mulai cerah, melansir Reuters.

Para pengunjuk rasa di beberapa tempat diikuti oleh biksu Buddha yang memegang lilin, sementara beberapa orang menggunakan lilin untuk membuat bentuk salam protes tiga jari.

“Penembak jitu, penembak jitu,” orang-orang terdengar berteriak dalam klip video tak lama setelah pria itu ditembak di kepala dan lebih banyak tembakan terdengar.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini