Ini Sejumlah Manfaat Presidensi G20 yang Disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Berawal dari berbagai forum multilateral lainnya, G20 tidak memiliki sekretariat tetap, agenda dan kegiatannya ditetapkan Kepresidenan yang bergilir dan bekerja sama dengan para anggotanya.

Sebagaimana disepakati pada KTT Riyadh 2020, Indonesia akan menjadi Presidensi G20 pada 2022, dengan tongkat estafet yang diserahkan dari Italia pada KTT Roma di 30-31 Oktober 2021 lalu.

Presidensi G20 di Indonesia secara resmi telah dimulai pada 1 Desember 2021. Presiden RI Joko Widodo menyampaikan, penyelenggaraan Presidensi G20 Indonesia ini diharapkan tidak hanya bersifat serimonial saja tetapi juga dapat memberikan hasil yang nyata dan melahirkan terobosan besar untuk pemulihan ekonomi nasional dan dunia.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, turut membeberkan manfaat yang Indonesia rasakan sebagai tuan rumah dari penyelenggaraan Presidensi G20 tahun 2022 mendatang. Salah satunya yaitu menciptakan lapangan kerja dengan jumlah yang besar mengingat lebih dari 157 pertemuan yang akan diadakan.

Manfaat lain yang tak kalah penting disampaikan Sri Mulyani adalah Indonesia sebagai negara emerging dan negara terbesar di ASEAN dinilai sebagai negara yang memiliki perekonomian dan sistem politik yang stabil, sehingga mampu menjadi pemimpin dan membentuk kebijakan-kebijakan yang memiliki pengaruh besar ke seluruh dunia.

Misalnya, pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral yang membahas mengenai desain kebijakan ekonomi seperti apa yang akan dilakukan setiap negara untuk bisa memulihkan perekonomian mereka akibat dari pandemi Covid-19 yang masih terus berlangsung.

Sri Mulyani mencontohkan, perekonomian Cina yang saat ini berada pada posisi menurun harus melakukan restruckturing atau redesigning dari strategi pembangunannya. Hal yang sama juga dirasakan oleh Amerika Serikat, dimana inflasi tinggi terjadi sehingga negara harus melakukan penyesuaian kebijakan untuk memulihkannya.

“Ini pengaruhnya ke seluruh dunia luar biasa besar. Seperti, katakanlah kebijakan moneter maupun fiskalnya yang kemudian menimbulkan apa yang disebut efek spillover atau rambatan. Kalau ekonomi dunia tumbuh tinggi, berarti ekspor kita tumbuh tinggi,” ujar Sri Mulyani.

Naiknya harga komoditas yang terus terjadi dan kemudian mendorong kinerja ekspor akan memberikan pengaruh positif pada penerimaan negara.

“Penerimaan yang tumbuh itu karena komoditas naik, ekspor kuat. Itu karena perekonomian dunia sedang tumbuh, pulih. Jadi dampaknya ya kepada ekonomi Indonesia dalam bentuk ekonominya kita juga ikut meningkat atau tumbuh dari sisi kegiatan ekspor, harga komoditas meningkat, dan itu pengaruhnya kepada para pelaku ekonomi dan masyarakat,” katanya.

Sri Mulyani juga menyampaikan bahwa Presidensi G20 Indonesia akan membahas kebijakan yang sangat penting, terutama dalam hal mengatasi permasalahan dunia saat ini, yaitu Covid-19.

“Kita sekarang sedang membahas bagaimana menteri keuangan dan menteri kesehatan bisa mencegah agar dunia lebih siap jika terjadi pandemi lagi,” tambahnya.

Seperti yang disampaikan Sri Mulyani, hal ini merupakan fokus utama dunia. Biaya penanganan Covid-19 secara global diketahui telah mencapai lebih dari US$12 triliun pada segi fisikal dan US$11 triliun pada segi moneter. Menurutnya, dunia seharusnya dapat belajar mengatasi permasalahan ini jika pandemi kembali datang di masa depan.

Reporter: Sheila Permatasari

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Upayakan Berantas Penumpukan Sampah Liar, Pemkab Bantul Optimalisasi 15 TPS3R

Mata Indonesia, Bantul - Pemkab Bantul terus mencari solusi terhadap sampah yang belum terkondisi di beberapa titik. Tak jarang masyarakat hingga pelaku usaha cukup kesulitan harus membuang kemana sampah mereka.
- Advertisement -

Baca berita yang ini