MATA INDONESIA, JAKARTA – Indonesia disebut akan memasuki periode supercycle di masa pandemi Covid-19 ini.
Menteri Perdagangan M Lutfi berkata, pada periode supercycle, harga beberapa komoditas akan meroket secara signifikan.
“Indonesia akan memasuki periode supercycle, di mana harga beberapa komoditas akan naik secara signifikan, terutama komoditas dasar, yang diakibatkan pertumbuhan ekonomi baru dari permintaan yang terjadi di masa pandemi dan setelah pandemi,” kata Mendag Lutfi, Selasa 6 April 2021.
Ia menyebut, komoditas yang harganya akan meningkat pada periode supercycle ini di antaranya seperti gas alam cair, bijih besi, tembaga hingga minyak bumi.
“Ini bukan kali pertama Indonesia menghadapi periode supercycle. Beberapa tahun lalu, Indonesia telah mengalaminya dan seperti periode sebelumnya, periode supercycle kali ini diharapkan juga akan membawa keberuntungan dan dampak positif bagi perekonomian Indonesia,” ujar Mendag.
Mendag juga menjelaskan beberapa hal lain yang diprediksi menjadi tren perdagangan dan berpengaruh pada kinerja perekonomian nasional ke depannya.
Tren pertama adalah munculnya investasi yang terjadi karena adanya pasar yang besar. Hal itu dapat dilihat melalui sektor otomotif, dimana pada sektor tersebut banyak muncul investasi yang disebabkan besarnya pasar otomotif di Indonesia.
Kedua, yakni komoditas dasar Indonesia memberi keunggulan komparatif yang baik karena mampu menghasilkan barang dan jasa dengan biaya yang sangat bersaing. Kondisi ini sudah dapat dilihat dari produksi baja stainless steel yang membuat Indonesia menjadi produsen terbesar kedua di dunia.
Selanjutnya, tren ketiga Indonesia mempunyai keunggulan komparatif yang tinggi, seperti perhiasan yang merupakan komoditas unggulan ekspor nonmigas Indonesia. Dengan sumber daya alam dan manusia yang saling mendukung, Indonesia mampu menghasilkan produk perhiasan berdaya saing di pasar dunia.
Dengan berbagai kelebihan yang dimiliki tersebut, diharapkan nantinya akan banyak negara yang menjadi mitra dagang khusus Indonesia. Terutama Jepang, Amerika Serikat, dan Cina.
