India Tunda Ekspor Vaksin, Pandemi COVID-19 Kian Panjang

Baca Juga

MATA INDONESIA, NEW DELHI – Larangan ekspor India terhadap vaksinasi COVID-19 memicu pertempuran melawan pandemi ke titik awal. Kecuali apabila negara-nergara kaya siap menyumbangkan vaksin mereka dalam skema vaksin global COVAX.

Untuk diketahui bahwa COVAX merupakan skema pengembangan virus yang digalang oleh Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk diberikan kepada 92 negara miskin di dunia.

COVAX, dijalankan bersama oleh WHO dan aliansi vaksin GAVI, sangat bergantung pada suntikan AstraZeneca, yang menyumbang sebagian besar vaksin yang dialokasikan untuk peluncuran awal karena berupaya menyediakan 2 miliar dosis tahun ini.

Sementara COVAX mengandalkan vaksin buatan AstraZeneca yang diproduksi oleh Serum Institute of India (SII) –pembuat vaksin terbesar di dunia, untuk memerangi gelombang infeksi kedua virus corona yang masif.

Negara-negara kaya dengan stok vaksin COVID-19 yang melimpah saat ini diminta untuk menyumbang dalam skala besar, kata para ahli global. Jika tidak, maka periode pandemi virus corona berpotensi kian panjang karena dunia sedang berjuang untuk menahan virus yang terus menyebar dan bermutasi.

“Ini adalah masalah yang serius,” kata Anna Marriott, Manajer Kebijakan Kesehatan di Badan Amal Global Oxfam. Dia dan yang lainnya mengatakan sangat penting bahwa negara kaya memanfaatkan retorika mereka dan berbagi kelebihan vaksin sekarang.

“Pendekatan saat ini yang bergantung pada beberapa monopoli farmasi dan aliran amal melalui COVAX gagal – dan orang-orang sekarat sebagai akibatnya,” sambungnya, melansir Reuters, Jumat, 21 Mei 2021.

Pada Selasa (18/5), India melaporkan tidak dapat melanjutkan ekspor utama vaksin COVID-19 setidaknya hingga Oktober. Karena dosis vaksin COVID-19 dialihkan untuk kebutuhan domestik.

“Ketergantungan COVAX yang besar pada Serum Institute membuatnya rentan. Dan perpanjangan larangan ekspor India membuatnya semakin penting bagi negara-negara kaya untuk berbagi dosis melalui skema tersebut. Tidak dalam waktu enam bulan, tidak dalam waktu satu bulan, tetapi sekarang,” Manajer Kebijakan Global untuk Kepercayaan Kesehatan Global Wellcome, Will Hall mengatakan.

“Kami tidak dapat mengalahkan virus ini kecuali kami berpikir dan bertindak secara global. Kita semua harus prihatin tentang ini – semakin banyak virus terus menyebar, maka semakin besar risikonya bermutasi ke tahap di mana vaksin dan perawatan kita tidak lagi berfungsi. Jika itu terjadi, maka kita kembali ke titik awal,” tuntasnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Survei Warga Jogja Hadapi Pilkada 2024: Politik Uang Banyak Ditolak Lebih Pilih Calon Bermisi Visi Jelas

Mata Indonesia, Yogyakarta - Muda Bicara ID kembali menyelenggarakan survei terkait Pilkada Kota Jogja 2024, kali ini dengan fokus pada politik uang dan faktor-faktor yang memengaruhi pilihan warga dalam memilih wali kota dan wakil wali kota.
- Advertisement -

Baca berita yang ini