Covid-19 Sebabkan Angka Kematian TBC dan AIDS di Negara-negara Miskin Meningkat

Baca Juga

MATA INDONESIA, JENEWA – Ratusan ribu orang diprediksi akan kehilangan nyawanya akibat tuberculosis atau TBC dan AIDS. Pasalnya, sistem perawatan kesehatan di negara-negara miskin saat ini tengah fokus pada pandemi Covid-19.

Di beberapa negara termiskin di dunia, kelebihan kematian akibat TBC dan AIDS bahkan bisa melebihi kematian akibat Covid-19 itu sendiri, kata kepala badan bantuan yang berbasis di Jenewa, Global Fund.

Laporan tahunan IMF untuk tahun 2020, yang dirilis pada hari Rabu (8/9), menunjukkan bahwa jumlah orang yang dirawat karena TBC yang resistan terhadap obat di negara-negara tempat ia beroperasi turun 19 persen. Penurunan sebesar 11 persen dilaporkan dalam program dan layanan pencegahan HIV.

“Pada dasarnya, sekitar satu juta orang lebih sedikit yang dirawat karena TBC tahun 2020 dibandingkan pada tahun 2019 dan saya khawatir itu berarti bahwa ratusan ribu orang akan meninggal,” Direktur Eksekutif Peter Sands mengatakan kepada Reuters.

Sementara jumlah kematian yang tepat belum diketahui, Sands mengatakan bahwa di beberapa negara miskin, kematian akibat TBC dan AIDS berpotensi lebih tinggi ketimbang mereka yang meninggal akibat terinfeksi Covid-19.

Menurut Sands, fakta tersebut karena fasilitas medis yang memprioritaskan pasien Covid-19 membuat  pengidap TBC dan AIDS sulit mendapat perawatan dan bahkan pertolongan.

Global Fund yang merupakan aliansi pemerintah, masyarakat sipil, dan mitra sektor swasta yang menginvestasikan lebih dari 4 miliar USD per tahun untuk memerangi TBC, malaria, dan AIDS. Dan Amerika Serikat dilaporkan sebagai pendonor utama.

Sands menambahkan bahwa layanan medis juga terpengaruh oleh penguncian akibat Covid-19. Sementara klinik, staf, dan diagnostik yang biasanya digunakan untuk TBC malah dikerahkan untuk Covid-19 di negara-negara seperti India dan di seluruh Afrika.

Ia juga memperkirakan gangguan lebih lanjut terjadi pada tahun ini akibat varian Delta yang menyebar secara masif. Penurunan pengobatan untuk penyakit lain, katanya, menggarisbawahi perlunya melihat dampak total Covid-19.

“Dan mengukur keberhasilan dalam memeranginya tidak hanya dengan pengurangan kematian akibat Covid-19 itu sendiri, melainkan juga dampak yang ditimbulkan,” sambung Sands.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini