Asik Banget, Kelas 1 dan 2 SD di Negara Ini Tidak Ada Ujian dan PR!

Baca Juga

MATA INDONESIA, BEIJING – Cina resmi melarang ujian tertulis untuk anak-anak berusia 6 dan 7 tahun atau untuk siswa yang duduk di kelas 1 dan 2 Sekolah Dasar (SD). Kebijakan ini merupakan bagian dari reformasi pendidikan dan bertujuan untuk meringankan beban siswa dan orang tua.

Kementerian Pendidikan Cina pada Senin (30/8) merilis pemberitahuan yang menetapkan siswa kelas 1 dan 2 SD tidak akan lagi mengikuti ujian tertulis. Sementara siswa dari kelas lain hanya akan memiliki satu ujian akhir setiap semester.

Sekolah Menengah Pertama (SMP) akan tetap menjalani satu ujian tengah semester mata pelajaran yang berbeda berdasarkan kemajuan siswa.

Kebijakan ini merupakan upaya terbaru yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi tekanan pada siswa dan orang tua dalam sistem pendidikan di Negeri Bambu yang terbilang sangat kompetitif.

Pada Juli, Beijing melarang perusahaan bimbingan belajar swasta yang beroperasi di negara itu untuk mengendalikan mereka dari menghasilkan keuntungan dan menerima investasi asing dalam reformasi kebijakan.

“Ujian adalah bagian penting dari pendidikan sekolah …. (tetapi) beberapa sekolah memiliki masalah seperti ujian yang berlebihan, yang menyebabkan beban berlebihan pada siswa … ini harus diperbaiki,” demikian pernyataan Kementerian Pendidikan Cina, melansir The Independent.

Siswa sebelumnya biasa mengikuti ujian dari tahun pertama SD sampai ujian masuk universitas pada usia 18 tahun, yang dikenal sebagai gaokao, yakni ujian tunggal yang diperlukan untuk masuk di institusi yang lebih tinggi.

“Ujian yang terlalu sering dapat menyebabkan siswa menjadi terbebani dan di bawah tekanan ujian yang besar,” sambung pernyataan tersebut.

“Siswa SMP yang tidak lulus juga tidak diperbolehkan menyelenggarakan ulangan mingguan, ulangan satuan, ulangan bulanan dll. Ujian yang disamarkan dengan berbagai nama seperti penelitian akademik juga tidak diperbolehkan,” kata kementerian.

Kebijakan ini juga melarang sesi les setelah kelas sekolah, dengan mengatakan bahwa sekolah tidak dapat memperpanjang atau menyesuaikan waktu kelas atau jadwal pengajaran sesuka hati.

Tetapi kegiatan ekstrakurikuler untuk memperkaya siswa sepulang sekolah tetap diizinkan. Para guru serta pensiunan guru dan sukarelawan didorong untuk menyelenggarakan kelas semacam itu.

Pedoman baru ini merupakan bagian dari reformasi yang lebih luas di sektor pendidikan yang sangat kompetitif di Cina di mana ketidaksetaraan pendidikan tersebar luas dengan keluarga yang lebih kaya bersedia menghabiskan ribuan dolar untuk les anak-anak mereka.

Selain itu, sekolah dilarang memberikan pekerjaan rumah atau PR kepada siswa kelas 1 dan diminta untuk membatasi pekerjaan rumah bagi siswa sekolah menengah pertama hingga batas 1,5 jam semalam.

Pemerintah juga telah membatasi semua perusahaan les swasta, memerintahkan mereka untuk berubah menjadi nirlaba dan membatasi investasi asing di industri pendidikan. Akibatnya industri ini merugi senilai 120 miliar USD.

Aplikasi buatan Amerika Serikat, Duolingo, yakni aplikasi pembelajaran bahasa global, kini tidak lagi tersedia di toko aplikasi Cina setelah pengumuman tersebut, melansir South China Morning Post.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Peningkatan Infrastruktur di Bali Bukti Komitmen Indonesia Siap Selenggarakan WWF 2024

World Water Forum Ke-10 di Bali pada 18-24 Mei 2024 diharapkan akan menghasilkan berbagai solusi masalah air termasuk sanitasi...
- Advertisement -

Baca berita yang ini