Tragedi Mineirazo, Kala Brasil Dilumat Jerman 7-1 di PD 2014

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – 8 Juli 2014, enam tahun silam jadi memori kelam bagi dunia sepak bola Brasil. Negara yang banyak melahirkan bintang-bintang sepak bola ini dilumat Jerman tak bersisa dalam laga semifinal Piala Dunia (PD) 2014.

Pertandingan yang dihelat di Mineirão di kota Belo Horizonte ini memberikan keunggulan bagi Tim Paser 7-1 atas Selecao. Peristiwa ini lantas dikenal sebagai Mineirazo alias penderitaan di Mineirao.

Sebelum pertandingan dimulai para fans Brasil sudah pesimis tim kesayangannya untuk menang. Maklum sang kapten Thiago Silva tak bisa tampil karena akumulasi kartu kuning, meskipun sudah diusahakan naik banding oleh Konfederasi Sepak Bola Brasil. Pun sang ujung tombak, Neymar harus menepi atas cedera retak tulang belakang yang dideritanya.

Tak hanya melihat Brasil menelan kekalahan di kandang, Gawang Julio Sesar pun kebobolan tujuh kali sepanjang laga. Peristiwa ini lantas menjadi kekalahan terbesar Brasil pasca 62 pertandingan internasional atau hampir 39 tahun. Peru jadi tim terakhir yang mengalahkan Brasil dalam semifinal Copa America 1975, yang berakhir mereka juarai.

Tujuh gol yang bersarang ke gawang Cesar jadi jumlah kebobolan terbanyak Brasil dalam laga internasional dan skor 1-7 jadi marjin terburuk setara dengan kekalahan 0-6 melawan Uruguay dalam Copa America 1920 di Chile.

Sementara untuk Jerman, kemenangan ini jadi kemenangan terbesar Jerman selama mengikuti babak semifinal Piala Dunia FIFA. Tak hanya itu, Jerman ikut menggeser Brasil sebagai tim pencetak gol terbanyak Piala Dunia. Di mana, Miroslav Klose mencetak golnya yang ke-16 sepanjang kariernya di Piala Dunia, melampaui Ronaldo sebagai pencetak gol terbanyak Piala Dunia.

Jerman juga menjadi tim pertama yang delapan kali mencapai babak final, sekaligus menyudahi puasa gelar Piala dunia dalam kurun 24 tahun terakhir.

Saat laga digulir, kedua tim mulai bermain menyerang. Tembakan Marcelo di menit ke-3 masih melebar dan tendangan Sami Khedira di menit ketujuh tanpa sengaja terpental teman satu timnya, Toni Kroos.

Akhirnya di menit ke-11 menjadi pembuka petaka bagi Brasil. Jerman mencetak gol dari tendangan sudut pertamanya. Thomas Müller lolos dari kawalan David Luiz di kotak penalti, dan tendangan sudut Toni Kroos diterimanya dengan leluasa untuk ditembakkan ke dalam gawang.

Di menit ke-23, Jerman kembali mengoyak gawang Brasil. Kali ini yang mencetak gol adalah Klose, usai menyambar bola hasil tendangan Müller yang sempat ditepis Julio Sesar.

Pesta Tim panser pun berlanjut. Di menit ke-24, Kroos mencetak gol dengan kaki kiri dari tepi kotak penalti menyambar muntahan umpan lambung Lahm. Kemudian, di menit ke-26, Kroos mencuri bola dari Fernandinho di lapangannya sendiri dan bermain satu-dua dengan Khedira untuk mencetak gol lagi.

Ia lantas dinobatkan sebagai pemain terbaik, dengan tiga tembakan, dua gol, ketepatan umpan 93 persen, satu assist dan dua peluang.

Khedira sendiri mencetak gol di menit ke-29 setelah bertukar umpan dengan Mesut Özil. Kelima gol jerman di babak pertama dicetak dalam setengah jam pertama, empat di antaranya dalam rentang enam menit.

Sementara Brasil tak pernah melahirkan tembakan yang tepat sasaran di babak pertama. Banyak suporter Brasil yang terkejut dan menangis. Perkelahian yang terjadi di tribun Mineirão memaksa Polisi Militer mengirimkan pasukan khusus ke dalam stadion.

Usai turun minum, Brasil melakukan perombakan pemain. Paulinho masuk menggantikan Fernandinho dan Ramires menggantikan Hulk, namun tak cukup merubah keadaan. Alih-alih menggempur pertahanan Jerman lewat aksi Oscar, Paulinho dan Fred, Brasil malah kebobolan lagi di menit ke-69.

Umpan silang mendatar Lahm mendarat di kaki pemain pengganti André Schürrle, yang menyepaknya dengan santai ke dalam gawang dari jarak dekat. 10 menit kemudian, Sang supersub kembali mencatatkan namanya di papan score. Ia berlari menyambut umpan silang Müller dari kiri dan melepaskan tembakan keras ke dalam tiang dekat Julis Sesar.

Sementara Brasil cuma mendapat gol hiburan dari Oscae menjelang akhir pertandingan. Ia menerima umpan panjang dan mencetak gol sehingga pertandingan berakhir 7–1.

Pemain Brasil pun meninggalkan lapangan sambil menangis diiringi cemoohan penonton. Selepas turnamen, sang pelatih Luiz Felipe Scolari langsung mundur dari tenor kedua jabatannya.

Brasil baru bisa sedikit menghapuskan dampak trauma Mineirazo 5 tahun kemudian, usai mencukur Argentina 2-0 di stadion yang sama pada laga semifinal Copa America 2019, sebelum menjuarai turnamen Amerika Latin tersebut.

Meskipun begitu, laiknya Maracanazo, Mineirazo tetap jadi nokta hitam dalam rangkaian prestasi Brasil dalam sejarah sepak bola dunia. Kekalahan ini tentu akan selalu diingat setiap warga Brasil, baik yang menyaksikan langsung di stadion maupun dari layar kaca.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pilkada Damai Membutuhkan Keterlibatan Semua Pihak

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) adalah salah satu momen krusial dalam agenda demokrasi Indonesia yang membutuhkan keterlibatan aktif dari semua...
- Advertisement -

Baca berita yang ini