Raja Philip IV Bubarkan dan Membantai Pasukan Templar

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Templar awalnya beranggotakan para kesatria yang bertugas melindungi peziarah dalam perjalanan ke Yerusalem. Kelompok ini sempat menyicipi ketenaran, kekayaan, dan kekuasaan yang luar biasa selama dua abad lamanya. Namun, kekuatan dan kekayaan ini menjadi penyebab kehancuran Templar.

Selama bertahun-tahun, Templar memiliki bisnis yang menyebar ke Eropa. Mereka menjalankan bisnis dibidang perbankan. Selain hasil dari bank, kekayaan Templar meningkat karena mereka terbebas membayar pajak. Dalam menjalankan tugasnya, Tempar hanya bertanggung jawab kepada Paus. Ini menjadikan kekuasaan Tempar menjadi tak terbatas.

Kekayaan dan kekuasaan yang dimiliki Templar rupanya telah menggoda para musuh untuk merebutnya. Tak terkecuali Raja Philip IV dari Prancis.

Raja Phillip IV.

Raja Philip IV kerap dipanggil “Wabah Prancis” oleh rakyatnya. Ini disebabkan semenjak kekuasannya, Prancis bangkrut karena perang yang dilakukan Philip. Perang ini dinilai sia-sia dan hanya merugikan negara. Hutang Prancis pun sangat besar dan tersebar dimana-mana.

Untuk menutupi hutangnya, hal pertama yang dilakukan Philip adalah dengan mengangkat Clement V menjadi paus. Ini dilakukan setelah dua paus sebelumnya terbunuh. Clement merupakan seorang warga Prancis, sehingga memudahkan Philip untuk mendapatkan pengaruh dan kekuasaan dari gereja-gereja.

Philip juga memindahkan kepausan dari Roma ke Avigon, sebuah kota di Prancis. Ini dilakukannya untuk mendapatkan kekuasaan lebih banyak.

Tidak berhenti disitu, kaum Yahudi menjadi sasaran Philip selanjutnya. Ia menyuruh semua orang Yahudi yang berada di wilayah kerajaan ditangkap. Ini dilakukannya hanya dalam satu hari saja. Setelah menangkap orang Yahudi, Philip mengambil uang mereka serta mengusirnya dari Prancis.

Tapi hal ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang telah dia atur untuk Templar. Philip mencoba mengundang Jacques de Molay, Grand Master Templar, untuk datang ke pemakaman saudara iparnya dan memastikan bahwa dia selalu berada di dekat Jacques.

Jacques de Molay
Jacques de Molay

Pada Jumat, 13 Oktober 1307, Philip memerintahkan penangkapan pada semua kaum Templar lewat surat rahasia yang ditulisnya bersama pejabat setempat. Ia memenjarakan dan menyiksa para Templar agar mereka mengaku telah melakukan bi’dah. Bid’ah adalah perbuatan yang dikerjakan tidak menurut contoh yang sudah ditetapkan, termasuk menambah atau mengurangi ketetapan.

Sebetulnya, kejatuhan Templar dimulai sejak mereka kehilangan markas besarnya di Tanah Suci, Yerusalem. Hal ini mengharuskan para Templar pindah ke Prancis. Meski sudah mengalami kemunduran, Templar masih memiliki kekayaan yang berlimpah. Ini membuat Philip ingin memusahkan mereka serta mengambil alih kekayaannya.

Dalam upayanya menangkap para Templar, Philip melanggar dekrit Omne Datum Optimum, perintah yang membuat para Templar hanya bertanggung jawab kepada Paus. Bahkan Paus tidak bisa mencegah atau pun menghalangi penangkapan ini.

Selain terlibat dalam tindakan dan ritual yang bertentangan dengan agama, para Templar dituduh melakukan tindakan keji lainnya, seperti homoseksualitas, menolak menjalankan ritual sakral dan menyembah berhala palsu. Kesatria Templar secara resmi dibubarkan oleh Paus pada tahun 1312.

Sebagian besar Templar harus mengaku di bawah siksaan. Saat itu, Paus berusaha menyelamatkan mereka dengan cara mewawancarai Jacques dan puluhan Templar lainnya. Dalam wawancara itu, para Templar mengaku telah melakukan beberapa pelanggaran ringan. Sehingga, perbuatan mereka tidak dapat dianggap sebagai penistaan atau bid’ah.

Tapi, Philip tidak bisa menerima keputusan Paus. Ia menyatakan bahwa terdapat 54 kaum Templar yang bersalah dan memerintahkan untuk membakar mereka semua di depan publik.

Jacques menjadi salah satu diantara mereka yang dinyatakan bersalah. Pada 19 Maret 1314, Grand Master Templar terakhir ini dibawa ke Île aux Juifs di Paris untuk dibakar di tiang pancang.

Saat api berkobar membakar tubuhnya, Jacques sempat melontarkan kalimat “S’en vendra en brief temps meschie. Sus celz qui nous dampnent a tort. Diex en vengera nostre mort” yang artinya, “Kutukan akan menimpa mereka yang melancarkan fitnah. Tuhan akan membalas kematian kami”.

Pernyataan Jacques terbukti benar, Paus meninggal dunia 33 hari setelahnya akibat kanker usus. Disusul dengan kematian Philip 8 bulan kemudian karena kecelakaan.

Reporter: Diani Ratna Utami

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pilkada Damai Membutuhkan Keterlibatan Semua Pihak

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) adalah salah satu momen krusial dalam agenda demokrasi Indonesia yang membutuhkan keterlibatan aktif dari semua...
- Advertisement -

Baca berita yang ini