Pratiwi Sudarmono, Sosok Srikandi Astronaut Wanita Pertama Indonesia

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTARaden Adjeng kartini menjadi pendobrak dimana era emansipasi wanita di Indonesia mulai diakui di tengah dominasi kaum pria kala itu.

Berkaca dari RA. Kartini, Indonesia nyatanya berhasil mencetak wanita yang terbukti mampu menggantikan peran pria, salah satu contoh di dunia keantariksaan.

Di dunia antariksa, ada sosok wanita asal Indonesia yang hampir berhasil mewujudkan mimpi bangsa Indonesia. Ia adalah Pratiwi Sudarmono sebagai calon astronaut wanita pertama Indonesia.

Jika tidak ada tragedi memilukan puluhan tahun lalu, nama Pratiwi bisa disandingkan dengan Peggy Whitson, dan Christina Koch sebagai astronaut yang mencatatkan rekor telah tinggal hampir 11 bulan di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

Pratiwi Pujilestari Sudarmono merupakan astronaut wanita Indonesia yang lahir di Bandung, Jawa Barat, pada 31 Juli 1952.

Ia adalah anak pertama dari enam bersaudara. Sejak kecil, Pratiwi sudah tertarik dengan hal-hal yang berhubungan dengan tata surya, antariksa, dan luar angkasa. Saat ditanya cita-citanya kala duduk di kelas dua SD, Pratiwi dengan mantap menjawab, ia ingin menjadi bagian dari Indonesian Space Experiment (INSPEX).

Setelah lulus SD dan SMP di Bandung, Pratiwi melanjutkan SMA di Jakarta dan menamatkan sekolahnya pada 1970. Dikutip dari Ensiklopedia Jakarta, Pratiwi mengambil jurusan kedokteran saat kuliah di Universitas Indonesia (UI) hingga akhirnya menerima predikat master pada 1977. Setelah itu, ia menjadi staf pengajar dan peneliti di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran UI.

Pratiwi kemudian melanjutkan studi ke Jepang, tepatnya di Research Institutefor Microbial Diseases, Osaka University, dan meraih gelar doktor pada 1984. Ia adalah perempuan Indonesia pertama yang mendapatkan gelar doktor dalam bidang kedokteran dari perguruan tinggi di Jepang.

Meskipun lahir di tanah Sunda, Pratiwi Sudarmono sejatinya orang Jawa, bahkan ia berasal dari kalangan bangsawan. Kakeknya termasuk golongan ningrat dari Kesultanan Surakarta Hadiningrat.

“Saya orang Jawa, dari kalangan aristokrat. Bahkan dalam keluarga saya sendiri, feodalisme saya rasakan di kehidupan sehari-hari,” ungkap Pratiwi suatu kali, dikutip dari Indonesian Destinies (2009) karya Theodore Friend. “

Fase awal ia mendapat predikat astronaut pada 1985 setelah pemerintah Indonesia menjalin kerja sama dengan Badan Antariksa Amerika (NASA). Kemitraan ini dalam rangka misi Space Shuttle yang direncanakan pada 24 Juni 1986.

Misi Space Shuttle dibuat untuk membawa tiga satelit komersial, yaitu Skynet 4A, Palapa B3, dan Westar 6S. Palapa B3 yang diberangkatkan dalam misi STS-61-H sendiri merupakan satelit milik Indonesia dan saat itu pemerintah merasa perlu melibatkan astronaut Tanah Air.

Lalu mereka memilih Pratiwi sebagai wakil Indonesia. Ia berhasil menyingkirkan 207 kandidat dan dipercaya untuk berperan sebagai Spesialis Muatan pesawat ulang-alik Columbia.

Kendati demikian, Pratiwi gagal untuk mengorbit di luar angkasa. Pemicunya terjadi insiden pada 28 Januari 1986 saat pesawat ulang-alik Challenger milik Amerika Serikat yang menjalankan misi STS-51-L, meledak di udara 73 detik setelah diluncurkan pada ketinggian 16 kilometer.

Alhasil NASA membatalkan beberapa penerbangan ke luar angkasa selanjutnya, termasuk penerbangan yang bakal membawa Pratiwi lima bulan kemudian.

Di balik semua itu ternyata ada hikmahnya. Pratiwi kembali menekuni aktivitasnya pengajar di kampusnya. Ia sempat diangkat sebagai Guru Besar Kehormatan Ilmu Mikrobiologi Fakultas Kedokteran UI pada Februari 2008. Sosoknya sebagai astronaut pertama asal Indonesia pun akan selalu dikenang.

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pilkada Damai Membutuhkan Keterlibatan Semua Pihak

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) adalah salah satu momen krusial dalam agenda demokrasi Indonesia yang membutuhkan keterlibatan aktif dari semua...
- Advertisement -

Baca berita yang ini