Kisah Buya Hamka Jadi Guru Ngaji untuk Menantu Pram

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Suatu hari rumah Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang biasa dikenal Hamka kedatangan dua orang tamu. Satu adalah seorang perempuan Jawa dengan nama Astuti dan seorang lelaki keturunan Tionghoa bernama Daniel Setiawan.

Saat Astuti memperkenalkan diri, maka terperanjatlah Hamka. Ternyata gadis manis yang berdiri di hadapannya adalah putri sulung Pramoedya Ananta Toer.

Yang lebih mencengangkan, Astuti memohon kepada Hamka agar membimbing calon suaminya yang beragama Kristen untuk masuk Islam. Ia mengatakan bahwa ayahnya tak setuju jika memiliki menantu yang berbeda iman.

Tanpa sedikit keraguan, Hamka langsung mengabulkan permohonan sang tamu. Ia membimbing Daniel Setiawan membacakan dua kalimat syahadat. Hamka lantas menganjurkan Daniel untuk segera berkhitan dan menjadwalkan untuk mempelajari Islam dengannya.

Sepanjang pertemuannya dengan putri sulung Pram tersebut, Hamka tak sekalipun menyinggung persoalannya dengan Pram di masa lampau. Demikian diungkapkan oleh putra Hamka, Buya Hamka dalam buku ‘Ayah: Kisah Buya Hamka’ yang diterbitkan pada 2013.

Asal tahu saja, Hamka dan Pram memiliki sudut pandang ideologi yang berseberangan. Pram menganut komunis, sementara Hamka adalah pengikut Masyumi yang anti Komunis. Namun soal urusan iman, Pram tetap mengakui Hamka sebagai sosok ulama besar di Indonesia.

Hal tersebut diungkapkan oleh Pram sendiri kepada Dr. Hoedaifah Koeddah, dokter yang pernah mengobatinya.

“Saya tidak rela anak saya kawin dengan orang yang secara kultur dan agama berbeda,” ujarnya dalam sebuah wawancara dengan majalah Horison pada 2006.

Kemudian saat ditanyakan apa alasan Pramoedya mengirim anak dan calon suaminya ke Buya Hamka, Pram mengatakan, dalam belajar tauhid, Hamka dianggap sebagai orang yang paling tepat.

“Pertama-tama karena saya tidak mendidik anak saya. Justru ibunya yang mendidik dia menjadi seorang muslimah yang baik. Kedua, karena saya harus menghormati ibunya dan keluarga ibunya, keluarga besar Muhammad Husni Thamrin. Masalah perbedaan pandangan politik dengan Hamka tetap. Tapi dalam hal ceramah agama di TVRI, Buya Hamka lah di Indonesia yang paling mantap membahas tauhid. Belajar Islam ya belajar tauhid,” katanya menirukan perkataan Pram.

Hal senada juga diungkapkan dalam buku ‘Ayah: Kisah Buya Hamka’ yang diterbitkan pada 2013.

“Masalah paham kami tetap berbeda, (tapi) saya ingin putri saya yang muslimah harus bersuami dengan laki-laki seiman. Saya lebih mantap mengirim calon menantu saya belajar agama Islam dan masuk Islam kepada Hamka,” demikian penuturan Pram dalam buku Ayah: Kisah Buya Hamka, karya Irfan Hamka.

Sementara dalam pengantar buku tersebut, penyair Taufiq Ismail menuliskan, Hamka sudah memaafkan semua yang terlibat dalam penghancuran nama baiknya, termasuk Pram. Termasuk orang yang pernah memenjarakan dirinya atas tuduhan subversif merencanakan pembunuhan Presiden Soekarno.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pilkada Kota Jogja Mulai Disorot, Heroe Poerwadi Akhirnya Diusung PAN, Budi Waljiman Dikawal Gerindra

Mata Indonesia, Yogyakarta - Persiapan untuk Pilkada pada pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Jogja mulai memanas. Beberapa figur telah muncul sebagai calon potensial dari berbagai partai politik, di antaranya adalah Heroe Poerwadi dan Budi Waljiman.
- Advertisement -

Baca berita yang ini