Gitaris Jazz Terbaik Indonesia, Dewa Budjana dan Tohpati

Baca Juga

MATAINDONESIA, JAKARTA – Siapa yang tak mengenal Tohpati dan Dewa Budjana, dua maestro gitar di musik Indonesia. Nama mereka sering kali hadir di dalam lagu – lagu populer Indonesia, entah sebagai gitaris atau pun sebagai penulis lagu. Pada 2019 mereka berdua merilis sebuah album yang diberi nama ‘Janapati’. Album ini menyuguhkan atraksi gitar yang bernuansa jazz.

Kedua gitaris ini memang akhirnya dikenal sebagai musisi jazz. Meski Dewa Budjana adalah gitaris band rock, Gigi, namun publik mengenalnya sebagai gitaris jazz. Demikian juga dengan Tohpati.

Gitaris bernama lengkap Tohpati Ario Hutomo ini lahir di Jakarta, 25 Juli 1971. Selain gitaris, ia sebenarnya dikenal sebagai penulis lagu Indonesia. Tohpati juga laku menjadi pengiring musik sejumlah penyanyi terkenal Indonesia seperti Krisdayanti, Glenn Fredly, Rossa, Chrisye, dan lain-lain. Kelebihan Tohpati karena karya-karyanya memadukan elemen kebudayaan tradisional sejalan dengan usahanya untuk memadukan unsur modern dan unsur tradisional Indonesia dalam musik-musiknya. Aliran musik jazz-nya dipengaruhi oleh banyak gitaris jazz dunia, tapi yang paling besar dalah pengaruh dari gaya permainan Pat Metheny.

Sejak masih remaja Tohpati sudah sering tampil di panggung-panggung Jakarta. Bahkan ia pernah menyabet gelar Gitaris Terbaik pada Festival Band se-DKI pada tahun 1985 saat usianya baru 14 tahun. Kemudian tahun 1989 juga terpilih menjadi Gitaris Terbaik festival Band se-Jawa. Pada tahun itu juga ia menyabet gelar Gitaris Terbaik pada Yamaha Band Explosion tingkat Nasional.

Tahun 1993, ia kemudian tergabung dalam grup “Simak Dialog” yang beranggotakan Riza Arshad, Arie Ayunir, dan Indro Hardjodikoro. Bersama “Simak Dialog” Tohpati telah merilis tiga album: Lukisan, Baur, dan Trance/Mission.

Tahun 1998, Tohpati merilis album solo perdananya. Dalam album ini ia menampilkan beberapa penyanyi seperti Shakila dan Glenn Fredly. Untuk memopulerkan albumnya, Tohpati merilis video clip lagu berjudul Lukisan Pagi yang dibawakan bersama Shakila. Lagu tersebut sangat populer.

Album keduanya, Serampang Samba, lebih banyak menyajikan hits-hits instrumental. Berbeda dengan album sebelumnya, kali ini Tohpati hanya merilis video clip lagu Jejak Langkah Yang Kau Tinggal yang dibawakan Glenn Fredly. Serampang Samba juga memuat lebih banyak musik-musik tradisional Indonesia dengan saratnya permainan gitar akustik dan elemen-elemen musik Bali. .

Berbeda dengan Tohpati yang sering mengiringi penyanyi Pop, Dewa Budjana justru dikenal karena ia adalah gitaris Gigi, sebiah Band rock yang dibentuk bersama Armand Maulana.

Gitaris yang punya nama lengkap I Dewa Gede Budjana ini lahir di Sumba Barat, 30 Agustus 1963. Ketertarikan dan bakat Dewa Budjana pada musik, khususnya gitar terlihat sejak ia masih duduk di bangku Sekolah Dasar di Klungkung Bali. Budjana menjadi lebih bergairah dalam hal bermusik terlihat ketika dia pindah ke Surabaya, Jawa Timur di mana ia mengambil kursus musik klasik dan bergabung dengan sebuah band yang banyak berpartisipasi dalam pertunjukan musik. Setelah lulus Sekolah Menengah Atas Budjana memutuskan hijrah ke Jakarta.

Pada tahun 1976 ketika menginjak usianya yang ke tiga belas, nama Budjana mulai terdengar di dunia musik di Surabaya. Kemudian, pada tahun 1981 dia membeli sebuah gitar listrik ( Aria Pro II) dan mulai bermain musik dengan banyak orang yang berbeda. Perlahan-lahan gaya musiknya mulai berubah dari rock, pop ke jazz. Saat itu ia mulai terpengaruh oleh John McLaughlin dari Mahavishnu Orchestra, Chick Corea, Gentle Giant, Kansas, Tangerine Dream, American Garage, Pat Metheny dan Allan Holdsworth.

Pada tahun 1980 Budjana mulai bergabung bersama Squirrel, band jazz pertama di sekolahnya di Surabaya. Squirrel sering ikut berpartisipasi dalam sejumlah acara musik nasional, termasuk Light Music Contest pada tahun 1984 di Teater Terbuka, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Meskipun banyak kontestan turut serta dalam ajang lomba tersebut namun Budjana sanggup mengungguli kompetisi tersebut dan terpilih menjadi pemain gitar terbaik. Satu tahun setelah itu, Budjana memutuskan untuk terbang ke Jakarta untuk mengembangkan karier musiknya. Perjalanan ini membawanya ke Jack Lesmana yang memperkenalkannya kepada musisi profesional lainnya.

Meskipun Jack Lesmana memberikan Budjana banyak kesempatan dan peluang dalam karier bermusik di Indonesia namun Indralah yang pertama kali membujuknya untuk menjadi seorang session player. Setelah menjalani hidup di Jakarta Budjana akhirnya mulai beradaptasi dan banyak bergaul dengan musisi-musisi lokal yang baru ia kenal, bermain musik di kafe juga salah satu kegiatan rutinnya. Beruntung tidak berapa lama setelah itu Budjana mulai banyak mendapatkan tawaran untuk mengisi rekaman-rekaman kaset seperti pada album solo Indra Lesmana, Catatan si Boy II, Andre Hehanussa, Heidy Yunus, Memes, Chrisye, Mayangsari, Dewi Gita, Desy Ratnasari, Potret, Trakebah, Caesar (Deddy Dores), Key Williams, Nike Ardila dan lain-lain.

Beberapa tahun kemudian Budjana bergabung dengan Spirit band dan sempat merilis dua album bersama grup musik tersebut. Beberapa tahun setelah itu Budjana memutuskan untuk keluar dari Spirit band dan bergabung dengan Java Jazz (Indra Lesmana). Ia juga sempat bermain dengan banyak band seperti Jimmy Manopo Band, Erwin Gutawa Orkestra, Elfa’s Big Band dan Twilite Orchestra.

Di antara tahun 1989 – 1993 Budjana juga pernah membantu Indra Lesmana untuk mengajar di sekolah miliknya. Di sela-sela waktu mengajar itu kadang sering dipergunakan oleh Budjana untuk berlatih gitar secara trio atau jam session dengan siapapun di sekolah tersebut. Pada tahun 1993 Budjana bergabung dengan Indra Lesmana “Java Jazz” bersama Cendy Luntungan (drum) dan Jefrey Tahalele (bass akustik) dan sempat merilis satu album berjudul “Moon in Asia” atau “Bulan di Asia” dengan genre jazz yang agak progressive dicampur dengan sentuhan musik New Age.[1] Bersama Java Jazz Budjana juga sering ikut berpartisipasi dalam banyak festival Jazz seperti North Sea Jazz Festival, World Jazz Convention di Den Haag, Belanda, Jak Jazz, Java Jazz festival dan banyak lagi.

Bersamaan dengan band Gigi, Budjana mencoba meneruskan cita-citanya yang dulu yaitu membuat album solo jazz. Sejak saat itu Budjana telah merilis sebanyak 4 album solo yang berjudul: Nusa Damai, Gitarku, Samsara dan Home.

Home adalah sebuah album penghormatan kepada korban bencana tsunami yang terjadi pada bulan Desember tahun 2004. Di album “Samsara”, Budjana juga mulai melibatkan musisi luar seperti Peter Erskine (pemain drum dari grup musik Weather Report). Pada bulan Desember tahun 2007 Budjana menggelar konser solonya untuk yang pertama kali dengan tema “Gitarku, “Hidupku”; “Kekasihku”. Ditemani antara lain oleh: Adi Darmawan (bass), Sandy Winarta (Drum), Irsa Destiwi (Keyboard), Jalu D. Pratidina (Kendang) dan Saat pada (suling). Kemudian pada tahun 2010 Budjana menggelar lagi konser tunggalnya untuk yang ke dua kalinya dengan dibantu musisi-musisi antara lain: Sandy Winarta (drum), Shadu Shah Chaidar (bass), Irsa Destiwi (piano), Dandy Lasahido (keyboards), Saat (suling) dan Jalu Pratidina pada (perkusi).

Kedua gitaris ini kemudian bersatu dalam satu kelompok musik jazz bernama ‘Trisum’ yang didirikan pada 2004. Kelompok musik ini dikategorikan sebagai jam session band yang memiliki konsep dimana terdapat dua gitaris yaitu mereka berdua dan ditambah dengan satu bintang tamu. I Wayan Balawan adalah gitaris asal bali yang menjadi bintang tamu pertama dalam kelompok musik ini dan mereka tampil di festival musik seperti Java Jazz 2006 dan Jak Jazz 2007.

Pada 2007 Trisum meluncurkan album pertamanya yang bernama ‘Album 1st Edition’. Selain Budjana, Tohpati dan Balawan pada album ini terdapat musisi – musisi lain yang ikut mengisi alunan musik lagu – lagu album tersebut. Diantaranya yaitu Indro Hardjodikoro (Bass), Sandy Winarta (Drum), Eugene Bounty (Clarinet), Saat (Seruling), dan Jalu Pratidina (Kendang).

Empat tahun setelah peluncuran album pertama. Pada 2011 mereka meluncurkan album kedua yang diberi nama ‘Album Five in One’. Pada album ini mereka mulai menemukan format personel yang mereka anggap solid. Selain 3 gitaris dan pemain bass tetap seperti formasi pada album pertama mereka menggaet Echa Soemantri untuk mengisi sesi drum.

Saat ini Budjana dan Tohpati masih aktif di dunia musik Indonesia. Bahkan kita dapat melihat permainan cantik gitar mereka di channel Youtube pribadi mereka. Youtube mereka juga memiliki jumlah subcribers yang cukup banyak. Dewa Budjana memiliki 70,8 ribu subscribers, sedangkan Tohpati memiliki 27,8 ribu subcribers.

Reporter: Teuku Khanif Miftaputra

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pilkada Damai Membutuhkan Keterlibatan Semua Pihak

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) adalah salah satu momen krusial dalam agenda demokrasi Indonesia yang membutuhkan keterlibatan aktif dari semua...
- Advertisement -

Baca berita yang ini