Home Kisah From Zero to Hero, Rekam Jejak Adi Sulistyowati hingga Menjadi Direktur BNI

From Zero to Hero, Rekam Jejak Adi Sulistyowati hingga Menjadi Direktur BNI

0
1628
Direktur Layanan dan Jaringan Adi Sulistyowati (sindonews)

MATA INDONESIA, JAKARTA – Rapat Umum Pemegangan Saham Tahunan (RUPST) PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) pada Kamis 20 Februari 2020, memutuskan merombak total susunan dewan komisaris maupun dewan direksi.

Namun, ada satu nama lama yang tetap berada dalam jajaran direksi yaitu Adi Sulistyowati.
Sosok yang karib disapa Susi ini sebelumnya menjabat sebagai Direktur Hubungan Kelembagaan.

Pada pergantian susunan pengurus yang baru ini, ia kembali dipercayakan untuk menjadi Direktur Layanan dan Jaringan yang pernah diembannya beberapa tahun lalu.

Awalnya Pingin Jadi Pramugari
Sebenarnya untuk mencapai posisi sekarang, wanita berdarah Jawa ini memulai dari nol. Dalam wawancara dengan sindoweekly.com medio April 2016, Susi tak pernah menduga bisa menduduki jabatan prestisius di bank plat merah tersebut.

Maklumlah, dia hanya pegawai yang selalu berupaya melakukan yang terbaik buat perusahaannya. “Mimpi pun tidak jadi direktur,” katanya.

Bahkan, Susi tak pernah bercita-cita menjadi seorang bankir. Awalnya, dia ingin menjadi pramugari atau sekretaris karena dianggapnya simpel.

Namun, nasib berkata lain. Sebelum bergabung ke BNI, dia mencoba melamar pekerjaan yang didapatkan dari sebuah iklan lowongan di koran yang tak mencantumkan jenis perusahaan. “Tahu-tahu saya diterima di BII,” ujarnya.

Memulai Segalanya dari Bawah
Karier yang diraih Susi saat ini bukan tanpa perjuangan. Memang ia bukan wajah baru di BNI. Namun, dirinya memulainya dari bawah sebagai asisten pemasaran di BNI Cabang Menteng, Jakarta Pusat, pada 1988.

Waktu itu, tugas yang diembannya tergolong berat lantaran harus bekerja door to door di kawasan elite tersebut. Pekerjaannya kian berat ketika dia harus melakoninya dengan berjalan kaki. “Waktu itu belum ada fasilitas seperti sekarang, mobil misalnya,“ katanya mengenang.

Bahkan, pernah suatu kali dia mendatangi sebuah rumah, lalu yang keluar bukan penghuninya, tetapi malah seekor anjing galak. “Agar lolos dari kejaran anjing, saya minta tukang bajaj mengejar saya kalau dikejar anjing,” ujarnya.

Karirnya Perlahan Naik
Semua itu tetap dijalani penuh keyakinan dan dengan upaya terbaiknya. Dia juga bekerja dengan hati sehingga merasa tak terbebani. Alhasil, Susi berhasil memasarkan tabungan haji sebanyak 600 lebih. Padahal, sebelumnya tak ada satupun nasabah untuk produk BNI tersebut.

Lalu pada 2010–2012, Susi dipercaya memegang posisi pimpinan wilayah Jakarta Senayan.
“Kebetulan di wilayah Senayan itu saya perempuan pertama sebagai pemimpin wilayah. Selama ini kantor itu selalu didominasi kaum adam yang sudah senior,” katanya.

Tahun 2015, Jadi Wanita Pertama yang Masuk Jajaran Direksi
Kemudian, pada pertengahan Maret 2015, Susi akhirnya menjadi pegawai perempuan pertama BNI yang memegang jabatan direktur. “Direksi perempuan yang lain kan dari luar,” katanya bangga.

Kesuksesan Susi juga tak lepas dari disiplinnya dalam menunaikan segala jenis pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Disiplin sudah menjadi bagian dari karakternya lantaran orang tuanya memang menerapkan sikap itu sejak kanak-kanak. “Ayah saya militer, jadi didikannya itu disiplin dan keras. Itu tempaan buat saya,” ujarnya.

Jadi Wanita Karir: Pilihan yang tak Mudah, Untung Suaminya Pengertian
Salah satunya adalah kehilangan banyak waktu bersama keluarga. Pernah dia merasa sedih karena tak pernah bisa bertatap muka dengan kedua buah hatinya lantaran jarak kantor dan rumah yang jauh dan macet pula. “Saya berangkat mereka masih tidur, saya pulang mereka sudah tidur,” ujarnya.

Untuk menyiasatinya, Susi menyewa tempat tinggal yang dekat dengan kantor. Jadi, dia bisa mengantar anak-anaknya ke sekolah sebelum bekerja. Dia juga menyempatkan pulang kalau ada kegiatan setelah jam kantor.

Ketika anak-anaknya beranjak besar, Susi selalu menyempatkan untuk menjalin komunikasi. “Yang penting ketika mereka butuh saya selalu ada, walaupun tak bisa bertemu,” kata alumnus Universitas Krisnadwipayana itu.

Di waktu senggang, Sabtu atau Minggu, Susi selalu meluangkan waktu buat keluarga. Entah itu makan bersama, menonton bioskop, ataupun liburan. “Yang penting itu kualitas, bukan kuantitas,” ujarnya.

Ia juga bersyukur karena memiliki suami yang mengerti dan memahami pekerjaannya. Sang suami pun memberikan izin dan dukungan sehingga dia bisa merasa seperti sekarang. “Tanpa dukungan dan izinnya, saya tak mungkin berhasil,” kata perempuan kelahiran 1967 itu.

Memimpin Layaknya Seorang Ibu
Selain itu, menjadi salah satu pemimpin tertinggi di BNI tak lantas membuatnya menjadi besar kepala. Dalam memimpin, dia memakai hati layaknya seorang ibu. Jadi, kalau ada karyawan yang ditegur atau dimarahi tak ubahnya merupakan wujud kasih sayang atasan kepada bawahan.

Kepada anak-anaknya, Susi juga kerap membuat mereka tak memiliki waktu kosong untuk hal yang tak penting. Berbagai kursus diberikan kepada mereka, mulai dari pelajaran akademik sampai pengembangan bakat seperti kursus musik.

Sebagai seorang perempuan pemimpin, Susi amat menekankan, khususnya kepada pekerja perempuan, untuk terus meningkatkan profesionalisme, kompetensi, kapabilitas, dan juga loyalitasnya. Dengan itu semua, Susi yakin mereka akan berhasil. “Perempuan sekarang bisa. Kesempatan itu ada dan terbukti,” katanya.

Selamat bertugas Bu Susi, Semoga amanah!

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here