Berbeda dari Aslinya, Inilah Kisah Pinocchio yang Disembunyikan oleh Disney

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Pinocchio adalah kartun keluarga karya Disney yang dirilis pada tahun 1940. Kartun ini menceritakan tentang boneka kayu hidup bernama Pinocchio yang terkenal nakal dan suka berbohong. Pada akhir cerita, Pinocchio dikisahkan bertobat dan berubah menjadi anak manusia sesungguhnya. Namun cerita tersebut tenyata berbeda dari kisah aslinya yang telah terlebih dahulu terbit pada tahun 1880-an.

Mengutip dari The Vintage News, dalam buku berjudul The Adventures of Pinocchio yang ditulis oleh Carlo Collodi, Pinocchio sebenarnya adalah sebuah boneka hidup yang sangat nakal, tidak tahu berterima kasih, dan akan celaka pada akhirnya. Sudah terlihat jelas bahwa akhir kisah ini berbanding terbalik dengan apa yang ditampilkan Disney.

Jika Disney ingin mengajarkan bagaimana cara menjadi anak laki-laki sejati lewat karakter Pinocchio, Collodi justru ingin menunjukkan betapa sulit dan tidak praktisnya menjadi orang tua yang memiliki anak nakal.

Sebuah faka mengungkapkan bahwa penulis asal Itali ini sebenarnya tidak pernah mempunyai anak. Itulah sebabnya mengapa ia tidak memberikan sebuah kisah yang indah dalam tulisannya.

Dalam pandangan Collodi, kisah Pinnochio adalah cerminan dari filosofi cara membesarkan anak yang dijelaskan oleh Jean Jacques Rousseau, filsuf abad ke-18.

Bagi Rousseau, cara mendidik anak yang baik adalah dengan membiarkan mereka mempelajari sendiri konsekuensi yang terjadi apabila melakukan tindakan yang salah. Rousseau berpendapat bahwa seorang anak harus belajar dari alam dan mengeksplorasi caranya sendiri.

Rousseau pun mengatakan terkadang anak juga harus belajar dari orang lain. Itulah sebabnya ia menyarankan orang tua untuk membiarkan anaknya belajar dari pengalaman yang terdapat pada buku yang mereka baca.

Hal tersebutlah yang menggerakan hati Collodi untuk membuat sebuah buku yang memberikan nilai pembelajaran sesuai dengan apa yang disampaikan Rousseau.

Pinocchio pun akhirnya digambarkan sebagai boneka kayu hidup yang sangat durhaka kepada  pemiliknya, Gapetto. Ia selalu bolos sekolah, melarikan diri dari rumah, bahkan ia pernah menciptakan pertengkaran antara Gapetto dengan pemilik tanah mereka.

Pinocchio bahkan diceritakan sering membangkang dan tidak pernah mendengarkan perkataan Gapetto. Ia selalu meremehkan Gapetto yang lebih tua dan lebih banyak tahu tentang kehidupan daripada dia.

Atas ulahnya tersebutlah Pinocchio terkena dampak dari perbuatannya seperti berkali-kali dirampok, diculik, ditusuk, diikat, dicambuk, dipukuli, dan bahkan ia pernah  hampir mati karena kelaparan. Dalam cerita asli, Pinocchio juga pernah ingin digantung oleh kucing dan serigala di atas pohon ek atau pohon oak.

Tak hanya itu, kaki Pinocchio bahkan pernah terbakar satu kali. Terlepas dari semua yang pernah ia lakukan, Geppetto pun berbesar hati untuk memberikannya kaki baru agar bisa berjalan lagi.

Namun kembali lagi kepada karakter awal yang ingin dikembangkan oleh Collodi. Pinocchio pun akhirnya tetap bersikeras tidak mau berterima kasih dan tetap menjadi anak yang nakal dan durhaka kepada Gapetto. Pinocchio pun tentunya akan menanggung akibat dari apa yang ia perbuat.

Jadi, bukanlah pembelajaran untuk mencintai orang tua yang ingin disampaikan oleh Collodi. Buku tersebut justru lebih menekankan pada rasa perhatian dan rasa cinta orang tua yang sering terlupakan dan terabaikan oleh sang anak.

Dalam pandangan Disney, kisah tentang seorang karakter anak yang tidak sopan dan kemudian disiksa hingga hampir mati karena ketidaktahuannya sama sekali tidak cocok untuk anak-anak.

Untuk menjual ceritanya, mereka pun merombak ulang isi cerita agar jauh lebih bagus dan dapat lebih diterima oleh masyarakat.

Ia mengubah karakter Pinocchio yang keras kepala menjadi Pinocchio yang tak berdaya, bodoh, dan naif. Meski Pinocchio nakal, pada akhirnya dia bertobat dan menjadi manusia. Kisah tersebut dirasa akan jauh lebih menjual daripada kisah sebelumnya. (Marizke)

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini