Bagaimana Kaisar Hirohito Lolos dari Hukuman Perang Dunia II?

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Meski di Jepang dianggap sebagai keturunan Amaterasu Omikami atau Dewi Matahari. Kaisar Hirohito dianggap sebagai penjahat perang bagi masyarakat Tiongkok, Filipina, Korea, Rusia, Australia dan Indonesia.

Bagian besar bangsa Eropa, terutama Belanda dan Inggris pun berpendapat demikian. Bahkan, Presiden Amerika Serikat, Harry S Truman menganggap Hirohito sebagai war criminal yang harus ikut digantung bersama-sama dengan para penjahat perang lainnya.

Di masa kepemimpinan Hirohito, tercatat Jepang telah terlibat dalam berbagai perang seperti Insiden Manchuria (1931), Insiden Nanking (1937), dan Perang Dunia II dengan melancarkan serangan atas Pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat, Pearl Harbour pada 9 Desember 1941.

Pada masa kepemimpinannya pula dijatuhkan bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki. Kejadiaan ini sangat memporakporandakan Jepang kala itu.

Saat itu, Hirohito sempat dituntut sebagai orang yang bertanggung jawab atas insiden tersebut. Namun, kedudukannya sebagai manusia setengah dewa membuat Hirohito terbebas dari hukuman yang ada.

Bahkan, ia tetap dihormati masyarakatnya hingga meninggal dunia pada tangga 7 Januari 1989 akibat duodenum, kanker usus dua belas jari yang dideritanya.

Pada masa itu, tidak ada seorang pun yang memiliki kuasa atas Jepang. Hanya Jenderal MacArthur, Komandan Sekutu Perang Dunia II, yang mampu menentukan nasib Jepang kedepan nya.

Bagaimana MacArthur bisa mengambil keputusan untuk tidak menghukum Hirohito? Dipastikan, seseorang telah memberitahu pemikiran kepada komandan itu bahwa rakyat Jepang akan mendengarkan apa pun suara kaisar. Karena, bagi mereka kaisar dianggap sebagai dewa.

Sehingga, menggantung kaisar hanya akan menyebabkan ketidakstabilan dan menimbulkan pemberontakan di berbagai tempat.

Hal lainnya yang mendasari tidak diadilinya Hirohito ialah memang pada dasarnya hubungan Jepang – Amerika Serikat saat itu berjalan dengan harmonis.

Memang, awalnya Amerika Serikat tidak ikut dalam Perang Dunia II. Negara Paman Sam itu baru ikut campur setelah kejadian di Pearl Harbour. Setelah Jepang menyerah, sebetulnya terdapat wacana untuk membagi wilayah Jepang kepada empat negara, yakni Amerika Serikat, Uni Soviet, Inggris, dan China.

Namun, hal tersebut tak pernah terlaksanakan. Hingga, diadakan sebuah perundingan atas tanah Jepang yang mengatakan Cina sebagai pihak yang menerima paling banyak karena negara dengan sebutan Tirai Bambu itu paling lama dalam berperang melawan Jepang.

Selain karena perebutan tanah Jepang, Amerika Serikat sengat membutuhkan negara tersebut sebagai batu loncatan dalam melawan Komunis yang sudah menguasai Rusia dan mulai mengambil alih China. Sehingga, kaisar masih dibutuhkan untuk membangun Jepang yang baru.

Walau bertanggung jawab atas peristiwa kunci Perang Dunia II, Kyodo News menyebutkan bahwa Kaisar Hirohito pada masa Perang Dunia II memperingatkan negerinya untuk tidak berperang melawan Amerika Serikat. Pernyataan ini tercantum dalam buku sejarah resmi kekaisaran.

Dalam buku ini tertulis, tidak lama setelah Jepang menyerang Pearl Harbour, Pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat pada tahun 1941. Hirohito memperingatkan komandan militer untuk tidak melakukan “perang yang sembrono” yang akan menyerang diri sendiri.

Buku ini pun menunjukan bagaimana Hirohito telah menentang kecenderungan militer Jepang untuk perang mulai tahun 1939 ketika para pemimpin militer mulai mengambil langkah dalam membentuk persekutuan dengan Nazi Jerman.

Reporter: Diani Ratna Utami

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini