Mengenal Omar Khayyam, Cendikiawan Muslim yang Berarti Pembuat Tenda

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Umar Khayyam atau sering ditulis Omar Khayyam dikenal sebagai penyair besar, filsuf, ahli astronomi bahkan ahli matematika Persia, sekarang bernama Iran. Namun arti nama itu tidak mencerminkan suatu tingkat intelektual, karena dalam bahasa Indonesia, Khayyam berarti pembuat tenda.

Pemilik nama asli Ghiyātsuddin Abulfatah ‘Umar bin Ibrahim Khayyāmi Nisyābūri memang lahir dari keluarga pembuat tenda di Iran.

Lahir di Nishapur, salah satu wilayah Khurasan bagian dari Iran pada tahun 439 H atau 1048 M, Omar Khayyam hidup di masa Dinasti Saljuk berkuasa tepatnya pada abad ke 11 M.

Namun, masa kecilnya dihabiskan di kota Balkh (sekarang utara Afghanistan). Masa kanak-kanaknya dihabis menuntut ilmu dengan Syekh Muhammad Mansuri.

Selain itu, Omar Khayyam juga menimba ilmu pada seorang guru terkemuka di Nishapur Khurasan yang bernama Imam Mowaffaq. Dia juga pernah belajar kepada matematikawan Zoroastrian, Abu Hassan Bahmanyar bin Marzban.

Berkat membuat tenda, orangtua Omar tergolong kalangan kelas atas sehingga bisa mengirim Khayyam kecil belajar dengan guru terhebat yang hanya menerima siswa dari keluarga terkemuka.

Ada kemungkinan bahwa Khayyam mempelajari ajaran Zoroastrian/Zorvanist dari Abu Hassan. Meski begitu, ayah Khayyam mantan seorang Zoroaster yang kemudian masuk Islam.

Setelah mempelajari sains, filsafat, matematika dan astronomi di Nishapur. Pada tahun 1068 Omar melakukan perjalanan ke provinsi Bukhara, tujuannya perpustakaan Tabut yang terkenal.

Lalu sekitar tahun 1070 ia pindah ke Samarkand. Saat itu mulai menulis tentang aljabar. Di bawah perlindungan Abu Tahir Abd al-Rahman ibn ʿAlaq, Omar Khayyam diterima dengan baik oleh penguasa Karakhanid Syams al-Mulk Nasr.

Pada tahun 1074 M, Omar bersama ahli astronomi lainnya membangun sebuah observatorium di Isfahan. Empat tahun kemudian, atas perintah Sultan Maliksyah, bersama ‘Abd al-Mughaffar Asfani dan Maimun bin Najib Wasita, menyempurnakan kalender Jalali (kalender dalam bahasa Persia yang diciptakan oleh Jalaluddin Abu Al’Fath) yang sampai sekarang masih dipergunakan di kawasan tersebut.

Setelah kematian Malik-Shah dan wazirnya (yang diperkirakan dibunuh atas perintah Assassin Ismailiyah), Umar tak lagi disukai di Istana Sultan Maliksyah.

Lalu ia segera berangkat haji ke Mekkah. Sepulang dari haji, ia diundang Sultan Sanjar yang baru ke Marv, bekerja sebagai peramal istana.

Setelah itu, ia diizinkan kembali ke Nishapur karena kesehatannya menurun. Sekembalinya ke kota kelahirannya, ia menjalani kehidupan menjadi seorang pertapa.

Omar Khayyam meninggal dunia di tanah kelahirannya Nishapur 4 Desember 1131 pada usia 83 tahun.

Salah satu muridnya, Nizami Aruzi, menceritakan Khayyam saat berada di Balkh bersama
Al-Isfizari (salah satu ilmuwan yang pernah bekerja sama dengannya dalam kalender Jalali) pernah mengungkapkan soal kematiannya.

Ketika ia mengungkapkan bahwa, “makam saya akan berada di tempat di mana angin utara mungkin menyebarkan mawar di atasnya.”

Setelah empat tahun kematian Omar, Aruzi menemukan makam itu di daerah Nishapur. Seperti telah diramalkan Khayyam, Aruzi menemukan makam yang terletak di kaki tembok taman di mana pohon pir dan pohon persik telah menjulurkan kepala dan menjatuhkan bunganya sehingga batu makamnya tersembunyi di bawah mereka.

Omar Khayyam merupakan orang pertama yang mengklasifikasikan persamaan linear. Selain itu, pemecahan persamaan pangkat tiga secara ilmiah.

Selain itu, dia memperkenalkan sebuah persaman parsial untuk ilmu aljabar dan geometri. Ia membuktikan suatu masalah geometri tertentu dapat diselesaikan dengan fungsi aljabar.

Sebagai seorang muslim, Khayyam termasuk kelompok moderat. Saat itu, dia memiliki pandangan berbeda dengan muslim kebanyakan.

Dengan kemampuannya sastranya, ia menulis sebuah puisi yang menggambarkan kisah hidupnya. Puisi itu terdapat di sebuah buku berjudul Rubaiyat. Kini, karya sastra Khayyam telah banyak diterjemahkan dalam bahasa Inggris, antara lain oleh Fitzgerald pada tahun 1839.

Karya peninggalan Umar Khayyam sangat berharga terutama Matematika, Astronomi, dan Syair. Karya-karyanya banyak diterjemahkan oleh orang Asia dan Eropa. Kisah hidupnya telah difilmkan dengan judul Omar Khayyam (1957), digambarkan juga dalam film The Kepper: The Legend of Omar Khayyam. (Azizah Putri Octavina)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Putusan MK Mengikat dan Final, Semua Pihak Harus Terima Lapang Dada

Mahkamah Konstitusi (MK) telah menyelesaikan sidang sengketa hasil pemilihan presiden dan wakil presiden 2024. Keputusan yang diambil oleh Mahkamah...
- Advertisement -

Baca berita yang ini