MATA INDONESIA, JAKARTA – Dalam kajian terbaru para ilmuwan, disebutkan bahwa matahari sebagai pusat tata surya akan mengalami masa-masa ‘lockdown’.
Mengutip The Sun, baru-baru ini, para ilmuwan menyebut aktivitas permukaan matahari sedang turun drastis karena berada dalam solar minimum. Dampaknya, diprediksi bakal terjadi gempa bumi, kelaparan hingga cuaca beku ekstrem di bumi.
Astronom Dr Tony Phillips mengatakan, sinar matahari akan mengalami penurunan drastis, bersama dengan tanda-tanda menghilangnya bintik matahari yang paling buruk dalam satu abad terakhir.
“Solar minimum sedang berlangsung, dan ini parah,” ujar Tony Phillips.
Selain itu, efek dari lockdown matahari ini, medan magnet akan menjadi lemah. Sinar kosmik ekstra akan memancar di tata surya, yang berakibat bahaya kesehatan dan perubahan udara di kutub bumi.
Para ilmuwan NASA mengkhawatirkan ini bisa memicu kembali terjadinya Dalton Minimum yang pernah terjadi antara tahun 1790 dan 1830. Saat itu, suhu menjadi sangat dingin, munculnya letusan besar gunung berapi, gagal panen dan timbulnya kelaparan.
Suhu bumi turun drastis hingga 2 derajat celcius selama 20 tahun. Salah satu yang tercatat dalam sejarah sebagai efek dari lockdown matahari adalah letusan Gunung Tambora di Indonesia pada 10 April 1815, yang menewaskan sedikitnya 71.000 orang juga dianggap sebagai bagian dari efek Dalton Minimum.
Tahun ini, matahari telah mengalami kekosongan tanpa bintik sebesar 76 persen. Tahun 2019 matahari sempat mengalami kekosongan sebesar 77 persen. Dua tahun berturut-turut sedikit bintik membuat minimum matahari semakin parah.
Apakah ini tanda-tanda kiamat? Bersiaplah penduduk bumi!
