Lepas Landas, Juga Dialami Sriwijaya Air SJ-182, Saat Genting Sebuah Penerbangan

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 jurusan Jakarta-Pontianak dipastikan jatuh di perairan Kepulauan Seribu beberapa saat setelah lepas landas untuk meningkatkan ketinggian dari 11 ribu ke 13 ribu kaki.

Dalam dunia penerbangan, take off dan landing disebut sebagai masalah krusial bagi sebuah pesawat.

Statistik Worldwide Commercial Jet Fleet terbitan Boeing yang pernah dimuat Majalah Forbes menunjukkan kecelakaan pesawat saat lepas landas adalah waktu kecelakaan nomor dua paling sering terjadi di dunia penerbangan. Nomor satunya adalah saat pesawat mulai menurunkan kecepatan sampai mendarat.

Pensiunan pilot Angkatan Udara AS Tom Farrier seperti pernah dilaporkan Forbes menyebutkan saat pesawat lepas landas hingga mencapai ketinggian jelajah maksimal merupakan periode krusial dalam penerbangan,

Pada masa itu, pilot harus cakap mengendalikan kecepatan pesawat. Jika terlalu rendah pesawat akan kehilangan daya angkat sehingga bisa jatuh.

Hal itu juga dibenarkan pakar penerbangan dari Delft University of Technology, Yogi Ahmad Erlangga.

Dalam artikelnya di detikcom, Yogi menjelaskan pesawat terbang biasanya dirancang optimal pada kondisi jelajah, karena 95 persen operasional pesawat dilakukan pada fase jelajah.

Sebagai konsekuensi, geometri normal sebuah pesawat hanya optimal pada fase tersebut, tetapi tidak optimal pada fase take-off dan landing (lepas landas dan mendarat).

Dalam kondisi jelajah mesin pesawat bekerja hanya pada 70-80 persen kemampuan maksimalnya. Namun, ketika lepas landas mesin harus diset bekerja 100 persen atau lebih dari kemampuan maksimal. Akibatnya sangat rentan terhadap kegagalan.

Pesawat penumpang bermesin jet, sayapnya didesain optimal untuk penerbangan pada kecepatan jelajah Mach 0.78 (sekitar 750 km/jam) pada ketinggian jelajah 30.000-36.000 kaki. Saat lepas landas atau mendarat, kecepatan pesawat turun menjadi sekitar 120-200 Knot (220-360 km/jam).

Karena pesawat dalam kondisi tidak optimal pada kecepatan tersebut, teknik khusus harus digunakan agar pesawat bisa lepas landas dan mendarat dengan baik dan aman.

Teknik khusus tersebut yakni dengan menggunakan flap, spoiler, juga maximum thrust (dalam kondisi direct atau reversed) untuk lepas landas dan mendarat.

Flap dipakai untuk menaikkan gaya angkat pada kecepatan rendah saat lepas landas dan mendarat. Spoiler digunakan untuk membantu pengereman saat mendarat.

Demikian krusialnya lepas landas dan mendarat, sehingga sebuah pesawat dituntut selalu dalam kondisi prima dan wajib mematuhi persyaratannya, misalnya tidak boleh kelebihan beban. Beban yang teregister, harus sesuai dengan yang masuk ke pesawat.

Di samping itu mesin jet sangat rentan oleh intrusi benda asing. Beberapa pesawat mengalami kegagalan mesin karena mesin dimasuki benda asing yang mungkin bertebaran di sekitar landasan, atau melayang pada ketinggian rendah. Benda itu bisa apa saja, termasuk burung yang terhisap mesin pesawat dan peristiwa tersebut paling sering terjadi.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Putusan MK Mengikat dan Final, Semua Pihak Harus Terima Lapang Dada

Mahkamah Konstitusi (MK) telah menyelesaikan sidang sengketa hasil pemilihan presiden dan wakil presiden 2024. Keputusan yang diambil oleh Mahkamah...
- Advertisement -

Baca berita yang ini