Tren Gaun Pengantin Berwarna Putih Dipopulerkan oleh Ratu Victoria

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Sebelum abad ke-19, sudah menjadi kebiasaan bagi seorang pengantin perempuan untuk mengenakan gaun terbaiknya pada hari pernikahan mereka. Terlepas dari warna pakaian apa pun yang mereka pilih, mereka diizinkan untuk mengenakan apa yang mereka anggap cocok. Warna yang berbeda digunakan oleh berbagai pengantin, tergantung pada preferensi mereka.

Mitos yang terkait dengan gaun pengantin putih

Sejarah gaun pengantin putih cukup menarik karena berbagai mitos terkait dengannya. Setelah menjadi mode populer pada pertengahan abad ke-19, tren gaun putih menjadi lebih lazim digunakan pada pertengahan abad ke-20.

Di sebagian besar masyarakat barat, warna putih selalu dikaitkan dengan kesucian. Inilah sebabnya mengapa banyak pengantin memilih untuk mengenakan gaun putih. Namun, bertentangan dengan opini publik bahwa putih menandakan kesucian, ini tidak selalu terjadi karena biru lebih terkait dengan kesetiaan, kesucian, dan kesalehan. Dipercaya juga bahwa mencocokkan warna putih pada kesucian hanyalah sentimental dan tradisional.

Terlepas dari kesucian dan nilai-nilai tradisional, putih adalah warna yang paling tidak disukai oleh banyak pengantin karena tidak mudah dirawat atau dibersihkan dan tidak ideal untuk diperbarui.

Awal dari tren gaun pengantin putih

Dalam sejarah, gaun pengantin putih pertama dikenakan oleh Philippa dari Inggris tahun 1406 ketika dia menikah dengan Eric dari Pomerania.

Namun, tradisi gaun pengantin putih tidak menjadi begitu modis atau mendapatkan popularitas sampai tahun 1840 ketika Ratu Victoria dari Inggris menikah dengan Pangeran Albert. Ini adalah pernikahan yang dipublikasikan dan sangat menarik perhatian pers.

Ratu Victoria mengenakan korset delapan potong dengan garis leher terbuka. Lengan dan garis leher dipangkas dengan baik, gaunnya off-shoulder dengan lengan pendek yang mengembang. Gaun itu juga memiliki garis pinggang berbentuk V yang dalam.  Gaun satinnya memiliki rok panjang menjuntai sampai ke lantai. Gaun itu dibawa oleh sekitar 12 petugas saat dia berjalan menyusuri pelaminan.

“Saya mengenakan gaun satin putih dengan lipatan renda Honiton yang sangat dalam, meniru gaya lama. Saya mengenakan kalung dan anting-anting berlian Turki, dan bros safir Albert yang indah,” kata Ratu Victoria.

Sang ratu sangat menyukai tudungan dan rendanya sehingga dia terus memakainya ke acara-acara khusus selama hidupnya. Dia juga mengubah gaun pengantinnya sedemikian rupa sehingga pada 56 tahun kemudian, gaun itu juga digunakan untuk yubileum berliannya.

Gaun pengantin putih Ratu Victoria berkontribusi besar terhadap transisi dan popularitas besar gaun pengantin putih. Dia mematahkan status quo dengan tetap berpegang pada gaun putih berenda.

Gaya dan pilihan Ratu Victoria diikuti secara besar-besaran di beberapa benua oleh perempuan yang menyukai penampilannya dan memiliki cita-cita untuk dapat terlihat seperti sang ratu.

Saat itu di Inggris, sedang tumbuh kelas menengah yang memiliki keinginan untuk memamerkan kekayaan mereka dan mereka mengikuti tren, terutama tren dari ratu mereka seperti yang terlihat pada foto-fotonya yang terpampang di berbagai majalah.

Diyakini bahwa pilihan gaun pengantin putih Ratu Victoria didasarkan pada dua alasan, yakni; dia hanya ingin memakai bahan-bahan buatan Inggris dan juga berusaha mendukung industri renda di Bevon, yang saat itu sedang mengalami penurunan.

Ada juga alasan bahwa dia memilih untuk mengenakan gaun pengantin putih karena mencerminkan kepolosan, kemurnian, dan akal sehat. Baginya, warna putih paling disukai untuk memamerkan seni pembuat renda.

Setelah Ratu Victoria membuat penggunaan gaun pengantin putih menjadi populer, putri-putrinya dan menantunya, Alexandra, juga melakukan hal yang sama di pernikahan mereka.

Gaun pengantin putih adalah simbol status

Pada awal abad ke-20, gaun pengantin putih dianggap sebagai simbol status karena berbicara banyak tentang kekayaan pengantin perempuan. Beberapa orang kaya dari Amerika dan Eropa mengadopsi tren gaun pengantin putih dengan cepat, namun hal itu hanya menjadi populer di kalangan kelas menengah, terutama setelah Perang Dunia II.

Selama periode ini, ada sedikit peningkatan dalam produksi bahan sintetis. Kemakmuran ekonomi yang datang pasca Perang Dunia II juga memudahkan produksi nilon dan rayon yang cukup untuk membuat gaun pengantin yang melimpah, yang nantinya akan digunakan oleh lebih banyak pengantin.

Evolusi dan tren

Meskipun berbagai tren dan gaya pernikahan terus berkembang, gaun pengantin putih tetap konsisten. Penggunaan gaun pengantin putih terus menjadi hal yang lazim di antara para pengantin. Sebuah perusahaan pernikahan populer melaporkan, sekitar 85 persen pengantin masih memilih untuk mengenakan gaun pengantin putih karena dalam gaya khasnya, tetap stabil selama bertahun-tahun.

Selama bertahun-tahun, busana pengantin telah berkembang begitu banyak secara spektakuler. Namun, gaun pengantin putih tetap menjadi gaya yang bertahan dari zaman yang berbeda karena penemuan dan perubahan yang konstan.

“Alasan gaun pengantin putih bertahan adalah karena dapat berkembang dan tetap modis – tetap bertahan karena dapat diciptakan kembali,” demikian pernyataan Korporasi Penyiaran Inggris

 

Reporter: Sheila Permatasari

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Putusan MK Mengikat dan Final, Semua Pihak Harus Terima Lapang Dada

Mahkamah Konstitusi (MK) telah menyelesaikan sidang sengketa hasil pemilihan presiden dan wakil presiden 2024. Keputusan yang diambil oleh Mahkamah...
- Advertisement -

Baca berita yang ini