Polycephaly, Hewan Berkepala Banyak yang Dimitoskan

Baca Juga

MATA INDONESIA, ATHENA – Sebuah pemandangan yang mengerikan. Makhluk mirip ular berkepala banyak, Lernaean Hydra, menyerang Herkules, putra dewa Yunani, Zeus. Herkules memang sudah menunggunya. Sadar Hydra punya kekuatan super —jika kepalanya dipenggal selalu tumbuh lagi—, maka Herkules menyusun rencana lain. Ia meminta bantuan keponakannya, Iolaus.

Begitu Hydra menyarang, Herkules memenggal kepalanya. Lalu Iolaus membakar pangkal leher yang terpenggal itu dengan obor. Hydra pun menggeliat dan mendesis, darah dan nafasnya yang beracun mengancam Herkules. Namun dalam pertarungan maut itu, Herkules keluar sebagai pemenang. Ia mampu membabat kepala terakhir monster itu.

Makhluk dengan banyak kepala dengan bagian dalam yang beracun dan mampu menumbuhkan lagi bagian tubuhnya — tentu ini adalah sebuah imajinasi yang hebat. Hanya ada dalam dunia mitos Yunani. Namun, pertanyaannya darimana datangnya inspirasi tentang makhluk Hydra yang digambarkan memiliki 50 kepala.

Masalahnya, di dunia nyata belum ada makhluk multikepala dengan darah serta nafas yang beracun. Jelas si penulis cerita memiliki ide yang luar biasa. Apakah benar di alam ini ada ular yang kepalanya tidak cuma satu?

Ilmuwan sudah mendokumentasikan kasus-kasus aneh, spesimen berkepala dua selama bertahun-tahun. Seorang L E Cable, pada 1940an menulis tentang embrio ikan pipefish berkepala dua. Dia menyebutnya ‘monster kecil.’

Arkhat Abzhanov di Imperoal College, London, ahli perkembangan biologi itu melihat banyak contoh makhluk berkepala dua di labnya. Dia mengamati mutasi dan pemindahan sel yang memungkinkan fenomena ini terjadi. Jadi inilah yang mungkin mengilhami para penulis mitos kuno.

Dengan bantuan pemahaman modern akan genetika, dia mengamati mutasi dan pemindahan sel yang bisa memungkinkan fenomena ini terjadi. Beberapa kasus mungkin bisa menginspirasi penulis mitos kuno.

”Saya sangat yakin bahwa mereka menyadari munculnya hal-hal abnormal ini di sekitar mereka dan berusaha menjelaskannya lewat sebuah cara atau memasukkannya dalam budaya mereka,” kata Abzhanov. Memang benar pula dari waktu ke waktu ditemukan hewan berkepala dua —bahkan berkepala tiga— di alam liar maupun penangkaran.

Menariknya, fenomena yang dikenal sebaga polycephaly ini tak terbatas pada satu kelas hewan semata. Mula-mula ditemukan ikan berkepala dua. Kemudian pada 2013, ditemukan hiu banteng berkepala dua di Teluk Meksiko.

Hiu Berkepala Dua yang ditemukan di Teluk Meksiko
Hiu Berkepala Dua yang ditemukan di Teluk Meksiko

Tahun berikutnya ditemukan keunikan ini pada mamalia laut, yaitu lumba-lumba berkepala dua yang terdampar di pantai Turki. Diperkirakan kasus ini mirip dengan kembar siam, hasil dari pembuahan satu telur yang tak terpisah secara sempurna setelah pembuahan. Ini juga biasa terjadi pada manusia. Kadang hasil pembuahan itu tak hanya punya dua kepala, tetapi juga sepasang organ dalam dan tubuh yang sempurna.

Lumba-lumba Berkepala Dua
Lumba-lumba Berkepala Dua

Sebetulnya, temuan hewan berkepala itu memiliki daftar yang panjang. Termasuk pada kura-kura, ular, bahkan anak kucing. Kita juga tahu ini bukan fenomena baru, sebab ahli paleontologi sudah menemukan embrio fosil dua kepala dari jutaan tahun lalu.

Ahli biologi memang menginsiparsi mitos, namun jika berpendapat sebaliknya bahwa mitos menginspirasi biologi, ini juga benar. Sebab beberapa fitur Hydra telah menginspirasikan penamaan sekelompok hewan laut kecil pada 1758 yang dinamai oleh ahli botani dan zoologi Swedia, Carl Linnaeus. Makhluk-makhluk ini menarik sebab mereka memiliki kemampuan mirip ular dan bisa melakukan regenerasi dirinya sendiri – seperti saat Hydra menghadapi Herakles.

Namun inspirasi orang Yunani menggambarkan Hydra tentu bisa dari suduh pandang berbeda. Abzhanov menyebutkan bahwa ular punya kebiasaan berkumpul saat musim kawin – dan membentuk bola pasangan. ”Anda bisa membayangkan melihat satu ‘badan’ dan beberapa kepala,” katanya.

Polycephaly tentu tak biasa, dan manusia secara psikologis juga cemas terhadap hal-hal yang mereka anggap abnormal. Beberapa reaksi itu bisa menjelaskan bagaimana kelainan bentuk digunakan untuk membuat mitos Hydra menjadi makhluk yang mengerikan.

Seperti halnya dengan temuan-temuan makhluk berkepala dua di alam ini yang tak hanya pada satu spesies saja. Begitu juga tergambar dalam mitologi Yunani. Hydra bukan satu-satunya monster dalam mitologi manusia yang memiliki lebih dari satu kepala. Monster lain yang dihadapi Herakles, adalah berhadapan dengan anjing dengan banyak kepala, Cerberus.

Namun tak hanya Yunani, mitologi Jepang kuno juga mengisahkan Yamata no Orochi — ular berkepala delapan. Dan ada mitos Slavik tentang Zmey Gorynych – naga berkepala tiga.

Yamata no Orochi, mitos ular berkepala delapan di Jepang
Yamata no Orochi, mitos ular berkepala delapan di Jepang

Masih banyak yang bisa diungkap tentang polycephaly pada hewan, namun mengingat rendahnya tingkat kehidupan dari organisme berkepala dua, baik dalam penangkaran maupun di alam liar, tak ada alasan untuk menyatakan bahwa hal ini akan menjadi lebih dari sekadar keanehan di dunia nyata.

Kita hanya bisa menebak-nebak dari mana sumber inspirasi para penulis mitos klasik. Mungkin juga bahwa seseorang, pada zaman dulu, bertemu dengan makhluk banyak kepala dan menceritakan kisah yang berlebihan tentang mereka. Dan pada akhirnya, ini menjadi legenda yang banyak kita dengar sekarang.

Reporter : Mala Komala

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini