Israel Sediakan Mitra Seks Bagi Para Serdadu yang Cedera

Baca Juga

MATA INDONESIA, TEL AVIV – Kebanyakan negara menyediakan fasilitas kesehatan bagi para prajuritnya yang mengalami sakit atau cedera. Namun ada hal yang tidak biasa dilakukan oleh negara seperti Israel. Selain fasilitas kesehatan, mereka mempekerjakan beberapa wanita terapis untuk urusan seks bagi para serdadu yang mengalami cedera.

Hal itu dinilai sangat kontrovesial dan bertentangan oleh beberapa pihak. Namun di Israel fasilitas itu dapat diterima, bahkan pemerintah rela membayar mahal. Diketahui biayanya itu bila dihitung selama tiga bulan sebesar USD 5.400 (Rp 78,5 juta). Para wanita penghibur yang dipekerjakan yaitu dari tempat terapi milik seorang bernama Ronit Aloni.

Dikutip dari BBC, Tempat pijat ini memiliki ruang konsultasi yang berada di Tel Aviv. Ronit Aloni mengatakan bahwa ruangannya itu layaknya sebuah rumah yang dilengkapi sofa kecil, ranjang, hingga kamar mandi. “Ruangan itu tidak terlihat seperti hotel, tapi lebih mirip sebuah rumah yang lengkap dengan isinya,”kata Ronit Aloni.

Ronit Aloni
Ronit Aloni

Meski banyak mendapat tanggapan negatif dari beberapa pihak,  Ronit Aloni meresponnya dengan cuek. “Manusia perlu memuaskan orang lain dan manusia juga perlu mendapatkan kepuasan. Lagipula, 85 persen dari seluruh sesi mengenai keintiman, menyentuh, memberi dan menerima. Ini mengajarkan kita untuk berhubungan dengan orang lain. Ketika seseorang bisa berhubungan seksual, itulah akhir dari proses,” kata Ronit Aloni.

Ada satu cerita menarik dari seorang serdadu yang hanya ingin disebut sebagai A. Dia salah satu tentara yang dibiayai oleh Kementrian Pertahanan untuk menerima pelayanan dari wanita penghibur mitra seks ini. Awalnya ia mengalami lumpuh karena jatuh dari ketinggian. Dari situlah ia menikmati terapi kontrovesial itu.

Setelah kejadian itu ia bercerita kepada istri dan anaknya. Tentu hal itu tidak nyaman didengar oleh istri dan anaknya. A mengatakan awal mula dari sesi terapi tersebut. “Saya mulai dari sentuhan atas dan bawah. Dari situ tahap demi tahap saya lakukan hingga titik saya mencapai orgasme,”kata A.

Baginya hal itu merupakan hal yang wajar untuk didapatkan sebagai serdadu Israel. “Mendapatkan mitra seks bukanlah tujuan hidup saya. Saya cedera dan perlu rehabilitas untuk kesembuhan. Tenang saja saya tidak jatuh cinta dengan mitra seks itu. Saya memandangnya sebagai hal yang logis untuk dilakukan,” kata A.

Ia mengatakan bahwa pandangan miring orang Barat soal terapi mitra seks itu salah. “Seks adalah bagian dari hidup saya. Itu adalah kepuasan dalam hidup. Bukan berarti saya menjadi playboy,” kata A.

Selain itu ada cerita dari seorang mantan tentara cadangan Israel yang bernama David. Ia berusia 40 tahun dan memiliki badan yang tinggi. Hidupnya hancur akibat Perang Lebanon pada tahun 2006. Ia mengalami cedera pada kaki dan kepalanya. Selama tiga tahun dia habiskan waktunya di rumah sakit. Tentu hal itu sangat melelahkan.

Akhirnya ia menjalani terapi dengan mitra seks. David merasa tubuhnya menjadi lebih kuat. Ia mengatakan harapan untuk hidup datang kembali. “Terapi itu memberikan saya kekuatan dan harapan lebih untuk hidup,”kata David.  Sejak saat itu orang terdekatnya melihat perubahan yang signifikan dari David. Dia mampu bersosialiasi dengan orang banyak.

Yang terakhir ada cerita dari seorang perempuan yang bernama Seraphina. Ia bekerja di tempat Ronit Aloni selama 10 tahun. Seraphina memiliki badan yang langsing dan berambut pendek. Banyak klien yang suka denganya karena sikap hangatnya tersebut.

Baginya, bekerja sebagai pelayan seksual itu menjadi tantangan yang menarik. Beruntung orang orang terdekatnya bisa menerima pekerjaanya. “Saya tidak masalah menggunakan tubuh saya sebagai sentuhan seksualitas. Ini menarik buat saya,”kata Seraphina. Selama ini ia memiliki klien sebanyak 40 orang.

Diketahui Seraphina merupakan pelayan bagi David yang saat itu mengalami cedera parah. Dengan mantan tentara Israel itu ia belajar bagaimana menolong seseorang. Dirinya mengatakan bahwa kasus yang dialami David memaksanya untuk lebih bersabar. “David adalah kasus yang paling ekstrem. Saya harus bersabar karena dia sama sekali tidak bisa bergerak,”kata Seraphina.

Salah satu momentum yang sulit baginya, ketika ia harus berpisah dengan kliennya tersebut. Namun ada kalanya ia senang bisa menolong seseorang. Seraphina mengatakan bahwa perpisahan itu terkadang memiliki tujuan yang baik. “Perpisahan dengan klien adalah hal yang paling menyenangkan bagi siapapun. Kadang kala saya bisa menangis, tapi pada saat bersamaan saya bisa sangat bahagia,”kata Seraphina.

Reporter : R Al Redho Radja S

 

 

 

 

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pilkada Damai Membutuhkan Keterlibatan Semua Pihak

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) adalah salah satu momen krusial dalam agenda demokrasi Indonesia yang membutuhkan keterlibatan aktif dari semua...
- Advertisement -

Baca berita yang ini