French Kiss, Ciuman Bergairah yang Mulai Populer Sejak PD I

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Bahasa Inggris menyerap banyak istilah dari bahasa “Prancis”, seperti misalnya french fries, french manicures, french brides, french toast, dan french kiss.

Semua itu memiliki latar belakangnya sendiri dan pertanyaan mengenai asal-usul french kiss adalah suatu hal yang menarik. Mengapa kita menyebut ciuman mulut terbuka semacam ini sebagai french kiss? Apakah gaya berciuman ini dimulai di Prancis?

Referensi untuk berciuman dengan mulut terbuka dan berciuman dengan lidah dilaporkan berasal dari ribuan tahun yang lalu di berbagai belahan dunia. Asosiasi dengan Prancis adalah fenomena yang lebih modern.

Penjelasan yang paling populer mengenai sejarah dari gaya berciuman ini adalah bahwa prajurit Amerika dan Inggris di Prancis selama Perang Dunia I dikejutkan oleh cara ciuman yang lebih bergairah dari para perempuan Prancis. Ketika para prajurit ini kembali ke negara mereka, mereka memperkenalkan french kiss kepada rekan-rekannya.

Yang lain percaya bahwa istilah itu muncul karena reputasi umum orang Prancis untuk praktik seksual mereka yang penuh petualangan dan nafsu. Sebagaimana diketahui bahwa Paris telah lama dikenal sebagai City of Love.

Dalam bukunya, “The Science of Kissing: What Our Lips Are Telling Us,” penulis Sheril Kirshenbaum berpendapat bahwa istilah french kiss memasuki bahasa Inggris sekitar tahun 1923 (tahun yang dicatat dalam Oxford English Dictionary).

“Alasan tepatnya kami menggunakan istilah ini tidak diketahui, tetapi ada kemungkinan bahwa french kiss diadopsi karena pelancong Amerika yang terkesan dengan sifat penuh kasih sayang para perempuan Prancis, yang lebih nyaman dengan ciuman mulut terbuka daripada rekan-rekan mereka,” tulis Sheril Kirshenbaum dalam bukunya.

Menurut antropolog Vaughn Bryant, ini mengarah pada pepatah populer: “While in France get the girls to kiss you,” yang kemudian berubah menjadi “get a french kiss”

Jadi, para prajurit pada masa perang itu bukanlah satu-satunya yang menciptakan istilah tersebut, Kirshenbaum percaya bahwa mereka membantu mempopulerkan praktik ciuman ini setelah pulang dari Eropa. Akibatnya, french kiss menjadi lebih umum setelah Perang Dunia II.

Ditemukan juga sumber lain, yaitu sebuah surat tahun 1918 dari “Private Lindner’s Letters: Censored and Uncensored” yang diterbitkan tahun 1939 dan berbunyi:

“Mampu membaca bahasa Prancis dengan lancar dan mengucapkannya dengan buruk, dan berbicara bahasa Jerman secara hubung tetapi tidak membacanya sama sekali, saya mengambil Luxemburg, yang merupakan perpaduan luar biasa dari keduanya, semacam laison [sic] antara bahasa. (Jangan bingung dengan “french kiss”.)”

Tapi kemudian, french kiss tidak menjadi hal yang populer sampai beberapa dekade selanjutnya. Kirshenbaum menulis dalam bukunya bahwa “faktor sosial tampaknya mempengaruhi” apakah orang Amerika berciuman dengan lidah mereka pada pertengahan abad ke-20 atau tidak.

Dalam laporan Alfred Kinsey tahun 1948 “Sexuality in the Human Male”, misalnya, gaya berciuman ditemukan berkorelasi dengan tingkat pendidikan seseorang. Sebanyak 70 persen pria berpendidikan tinggi mengaku melakukan french kiss, sementara hanya 40 persen dari mereka yang putus sekolah yang melakukannya.

Ketika Kinsey melakukan penelitian terhadap kaum perempuan lima tahun kemudian, dia menemukan fakta bahwa mereka yang pernah mengalami seks pranikah memiliki insiden french kiss yang lebih besar daripada mereka yang tidak.

Seharusnya tidak mengherankan bahwa orang Prancis tidak menyebut gaya berciuman ini sebagai french kiss. Tetapi orang Prancis bahkan tidak memiliki istilah resmi mereka sendiri untuk gaya ciuman ini hingga 2013, ketika bahasa gaul “galocher,” yang berarti “mencium dengan lidah,” pertama kali muncul di kamus Petit Robert.

Reporter: Sheila Permatasari

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Upayakan Berantas Penumpukan Sampah Liar, Pemkab Bantul Optimalisasi 15 TPS3R

Mata Indonesia, Bantul - Pemkab Bantul terus mencari solusi terhadap sampah yang belum terkondisi di beberapa titik. Tak jarang masyarakat hingga pelaku usaha cukup kesulitan harus membuang kemana sampah mereka.
- Advertisement -

Baca berita yang ini