Yakin Kita Kembali Merdeka Jika di Rumah Saja?

Baca Juga

MATA INDONESIA, – Sudah berapa lama virus ini menyerang kita? Sudah berapa lama virus ini membuat banyak dari teman kita yang gugur? Sudah berapa lama virus ini membuat kita dirumahkan? Sudah berapa lama virus ini melumpuhkan ekonomi negara kita? Apakah kamu sadar jika kita kembali dijajah dengan makhluk yang tidak bisa kita ajak komunikasi? Lebih sulit bukan dalam menghadapinya?

Sampai kapan?

Pertanyaan itu selalu kulontarkan setiap membuka mata di pagi hari. Harapan akan kehidupan kembali normal selalu kuimpikan. Makhluk ini benar – benar gila hingga banyak dari kita yang diberhentikan kerja. Lahannya pun banyak yang ditutup karena mencapai kerugian yang tak terduga. Iya. Kejadian ini sungguh tidak kita semua duga karena itulah makna dari rencana Allah.

Hampir 4 bulan, aku sudah merasa stres. Setiap kali berkaca, aku selalu bertanya pada diri sendiri “apakah aku gila?”

Selama itu aku hanya bisa jadi penonton berita. Penonton dimana rekan medis dan yang lainnya gugur. Aku marah. Aku menangis. Aku pasrah. Sampai pada akhirnya negeri ini terlihat agak membaik. Mengapa? Karena banyak lahan usaha yang kembali dibuka. Mereka nekat. Mereka tahu makhluk ini masih menjajah bumi pertiwi, namun mereka sadar mereka butuh nasi. Mereka butuh asupan untuk melanjutkan hidup. Mereka mengajukan memulai usahanya kembali dengan menerapkan protokol kesehatan yang sudah diatur oleh pemerintah kita.

Mengenai protokol kesehatan. Apakah dari kamu ada yang merasa bosan? Jujur aku bosan. Aku benci dengan era baru ini. Aku rindu kehidupan normal tanpa masker, tanpa cek suhu, tanpa jaga jarak dan lain-lain. Akan tetapi, aku sadar, hanya itu yang bisa aku lakukan untuk membantu melawan kegilaan makhluk tersebut.

Kegiatan kembali normal dengan protokol kesehatan. Namun, banyak yang kontra dengan beberapa tempat umum yang kembali buka. Hingga tempat tersebut memilih untuk tetap bersabar dan yakin dengan masa mendatang yang cerah.

Sebentar lagi, perayaan kemerdekaan akan kita jumpai yaitu 17 Agustus. Hari itu identik dengan lomba – lomba yang menghibur, yang menghadirkan gelak tawa setiap orang yang datang. Namun, apakah bisa hal ini akan berlaku di tahun 2020? Bisa. Kita bisa merayakan momen tersebut dengan hanya di rumah saja. Kita bisa menghias rumah dengan nuansa merah putih dan mengadakan lomba bersama anggota keluarga.

Membahas anggota keluarga, banyak yang belum sempat bertemu dengan keluarganya. Meskipun transportasi sudah mulai beroperasi, mereka memilih tidak pulang. Pertama, merea masih takut akan serangan makhluk ini. Kedua, mereka memikirkan biaya tes kesehatan yang dianggap sangat mahal. Yah, meskipun saat ini sudah ada solusinya, namun, jika kita uang kita hanya cukup untuk makan, tetap tidak bisa membayar tes tersebut, kan?

Yang terakhir adalah dituduh menyebarkan virus. Sudah berapa orang yang saat pulang kampung dituduh membawa virus bahkan mereka sampai diusir dari tempat tinggalnya. Bukankah kita akan merasa sakit hati menerimanya? Lebih parah lagi, banyak kasus yang meninggal bukan karena makhluk itu, tetapi orang – orang mengatakan sebaliknya.

Lalu, apa yang terjadi? Jasad tidak dimandikan dan keluarga tidak diperbolehkan melihat untuk terakhir kalinya. Bayangkan. Aku sang penonton pun merasakan kesedihan itu. Sekali lagi, dampak makhluk ini luar biasa. Selain memecah belah perekonomian, dia juga memecah belah kepercayaan orang – orang.

Pelajar. Mereka juga merasakan dampak gilanya. Mereka dirumahkan. Tidak lagi bercanda, bermain, belajar bersama teman-teman tercinta. Mereka hanya bisa bertemu melalui panggilan udara. Semua itu tentunya harus memiliki peralatan yang memadai. Apakah semua pelajar memilikinya?

Selain peralatan, kelas online juga dinilai buruk karena jeleknya sinyal, kecurangan karena banyak dari pelajar yang tidak benar mengikuti pelajaran. Apa akibatnya? Kebodohan? Kemalasan? Bisa jadi. Kelas online juga dikeluhkan oleh para pengajar karena mereka lebih repot mempersiapkan kamera, suara yang jernih, dan lain-lain.

Sebenarnya apa? Apa tujuan makhluk ini menjajah kita semua? Jika dia bisa berbicara, mungkin kita berdiskusi dengannya dan mengajak berdamai. Sepertinya hampir 6 bulan sudah cukup. Banyak kehancuran, kegagalan, keputusasaan di tahun ini karenanya.

Akan tetapi, makhluk ini tidak bisa berbicara dan yang bisa kita lakukan adalah berdiam diri di rumah saja. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan. Seperti mencari lowongan kerja remote, membuat kanal Youtube, atau usaha online.

Kita harus yakin jika kita bisa kembali merdeka. Kita bisa kalahkan kembali penjajah ini. Hindari keluar rumah untuk hal tidak penting. Kita lawan makhluk tersebut dengan di rumah saja. Hanya itu yang bisa kita lakukan untuk membantu rekan medis dan mengenang teman – teman kita yang telah gugur sebelumnya. Jangan biarkan kegilaan ini berlanjut hingga tahun depan. Kita akhiri! Merdeka! Selamat tinggal Coronavirus!

Penulis: Xandra Junia Indriasti
Ig: @xandrajunia

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pilkada Damai Membutuhkan Keterlibatan Semua Pihak

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) adalah salah satu momen krusial dalam agenda demokrasi Indonesia yang membutuhkan keterlibatan aktif dari semua...
- Advertisement -

Baca berita yang ini