Semangat 17-an di Tengah Pandemi

Baca Juga

MATA INDONESIA, – 17 Agustus kali ini memang jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Ada beberapa tempat (daerah) yang tidak mengadakan lomba sama sekali. Namun, ada pula daerah yang seakan tidak ikhlas untuk melewatkan satu kali saja di tahun ini untuk tidak merayakan hari jadi bangsa Indonesia.

Di daerah rumahku misalnya. Ada beberapa tempat yang menyelenggarakan berbagai kegiatan lomba. Namun, keasyikan dan kesenangan yang larut selama beberapa jam, membuat mereka abai akan protokol kesehatan, seperti memakai masker dan menjaga jarak.

Aku pun tak ingin ketinggalan momen setahun sekali ini. Sebab, banyak tetanggaku yang beranggapan bahwa lomba 17 Agustus yang paling seru dan meriah ialah lomba yang diselenggarakan di daerah kami. Tetapi, aku tidak ingin seperti mereka. Aku selalu ingat akan pesan kedua orang tua dan guru-guruku, bahwa ‘Kita harus mematuhi protokol kesehatan di manapun berada, karena mencegah lebih baik dari mengobati, apalagi jika sudah terserang virus mematikan itu (COVID-19). Maka, saat aku menyaksikan perlombaan itu, aku tidak peduli dengan omongan orang, yang seakan nyinyir dan memandang sinis ke arahku, sebab memakai masker seorang diri, dan tidak berkerumun (melihat dari jarak yang cukup jauh). Justru mereka menyepelekan protokol kesehatan, yang sebenarnya sebagai jembatan untuk bersama melewati pandemi ini.

Aku pun tidak berlama-lama di tempat perlombaan tersebut. Setelah lomba yang ku tunggu-tunggu selesai (Balap karung, mengambil uang koin di buah pepaya, dan menceburkan kepala di baskom tuk mencari uang koin), aku pun bergegas pulang ke rumah, tak lupa untuk segera mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

Tidak mungkin rasanya kalau aku harus melewati hari kemerdekaan ini dengan berdiam diri saja di rumah. Karena setiap tahun, aku selalu menyertakan diri di lebih dari dua kategori lomba. Akhirnya, aku memutuskan untuk mengundang beberapa temanku untuk mengadakan lomba bersama. Eiiitss, jangan salah dulu. Lomba yang ku maksud ialah lomba secara virtual (daring), melalui aplikasi online.

Beruntungnya, teman-temanku pun memiliki keinginan yang sama denganku, mereka lebih memilih ‘Lomba di Rumah Saja’ dari pada ‘Lomba di Daerah Sekitar Rumah’. Akhirnya, kami pun memulai perlombaan dengan riang, seru, ceria. Kami pun telah sepakat dengan tema perlombaan, yaitu ‘Semangat 17-an di Tengah Pandemi’.

Lomba yang kami susun agak berbeda dengan lomba 17-an seperti biasanya. Kami mengadakan lomba membuat dan membaca puisi bertema kemerdekaan, menyanyi lagu 17 Agustus menggunakan alat musik apapun, membaca teks proklamasi dengan semangat yang berkobar (seperti Ir. Soekarno), menggambar dengan tema kemerdekaan, dan satu-satunya lomba yang tetap ada dalam susunan acara yang sudah kami buat adalah Lomba Makan Kerupuk. Karena selain sesuai dengan isi dompet kami (hanya bisa membeli beberapa kerupuk), dan juga tidak membutuhkan banyak lahan, jadi kami tdak perlu keluar rumah.

Lomba yang kami jalani secara daring ini berjalan dengan lancar, seru, dan Alhamdulillah nya, kuota internet kami cukup hingga acara perlombaan berakhir. Sore harinya, pengumuman pemenang tiap kategori lomba pun dibacakan oleh temanku yang menjadi juri. Alhamdulillah, aku bersyukur. Aku mendapat juara satu lomba menggambar dengan tema kemerdekaan, aku pun mendapat hadiah berupa piala, kue donat dan buku tulis. Ada temanku pula yang saking girangnya menjadi juara satu lomba menyanyi lagu 17 Agustus sampai tersengal-sengal napasnya, sebab ia loncat-loncat tak karuan, senang menjadi juara satu dan mendapat piala, kue lapis dan buku tulis. Aku tertawa pula bersama temanku yang lain, sebab dia memang satu-satunya peserta yang ikut lomba kategori itu, karena tidak ada lagi temanku yang mau ikut lomba menyanyi.

Penyerahan hadiah dibagikan di rumah temanku (juri lomba), dan kami pun tidak lupa untuk memakai masker dan menjaga jarak. Kami pun tertawa bahagia dan berfoto bersama serta menunjukkan hadiah dan piala-pialaan kami, sebagai kenang-kenangan jika kami sudah dewasa nanti, bahwa saat kami remaja, kami pernah mengadakan lomba 17-an secara daring. Kami pun bangga sebab hadiah yang kami dapatkan semua berasal dari kami sendiri, dari tabungan kami, tanpa harus meminta kepada kedua orang tua.

Tak sampai di situ. Keseruan lomba daringku dan teman-teman meski sudah berakhir namun, masih ingin berkreasi.
Alhamdulillah Guru Seni Rupa di sekolahku memilihku untuk ikut serta dalam membuat kriya di ajang FLS2N. Jadi, aku mulai membuat karya yang menurutku cukup menarik. Yaitu, aku membuat topi dengan bahan utamanya adalah bambu. Aku pun mengerjakannya dengan teliti. Tugasku kini berdoa dan berusaha membuat kriya terbaik semampuku.

Keesokan harinya, aku bercerita kepada teman-teman ku lewat grup chat kami. Aku menjelaskan panjang lebar kepada mereka, “Tanpa harus keluar rumah, kita bisa tetap merayakan hari kemerdekaan negara kita dengan meriah, dengan perkembangan teknologi yang sudah ada saat ini, kita pun bisa mendapat keseruan lewat aplikasi online dan bergembira bersama lewat lomba secara daring yang kita adakan kemarin. Selain itu, kita akan menjadi warga negara yang patuh, sebab mengikuti anjuran pemerintah untuk tetap berada di rumah dan kita ikut serta dalam menyelamatkan NKRI dari virus mematikan itu. Oke teman-teman?”. Serempak temanku menjawab “Okee, calon ibu negara, hahaha”. Kami pun tersenyum bersama lewat stiker yang kami kirimkan.

Penulis: Dahlia
Ig: @ldln1212

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pilkada Damai Membutuhkan Keterlibatan Semua Pihak

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) adalah salah satu momen krusial dalam agenda demokrasi Indonesia yang membutuhkan keterlibatan aktif dari semua...
- Advertisement -

Baca berita yang ini