Euforia Kemerdekaan di Tengah Pandemi

Baca Juga

MATA INDONESIA, Euforia Kemerdekaan di Tengah Pandemi – Euforia kemerdekaan tahun 2020 ini akan terasa berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Wajar saja, biasanya warga +62 kerap disibukkan dengan segudang aktifitas perlombaan 17-an, mulai dari yang tradisional hingga modern.

Seperti yang kita tahu juga, setiap perhelatan pesta kemerdekaan pastilah ada upacara bendera. Pertanyaannya, apakah tahun ini ada pengibaran? Atau ditiadakan? Jika pun ada, seperti apa ya kira-kira kegiatannya?

Ya, sudah pasti banyak hal yang berbeda di pesta kemerdekaan Indonesia tahun 2020 ini. Seperti apa perbedaannya? Apakah mungkin kita tetap bisa merasakan euforia yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya? Yuk mari diulas satu persatu, mudah-mudahan tulisan saya ini bisa menjadi inspirasi kegiatan anda dan keluarga saat #17anDirumahAja.

Makna Kemerdekaan
Kemerdekaan, asal kata dari merdeka, dalam bahasa Sansekerta maharddika yang berarti kaya, sejahtera, dan kuat. Sedangkan dalam bahasa Melayu dan Indonesia bermakna bebas atau tidak tergantung, dengan kata lain independen. Kemerdekaan berarti saat dimana suatu negara meraih hak kendali penuh atas seluruh wilayah bagian negaranya.
Itu mengapa kemerdekaan diperingati setiap tahunnya dengan tujuan mengenang kembali perjuangan para pahlawan dalam membebaskan negaranya dari penjajahan.

Apa Kata Mereka Tentang Kemerdekaan?
“Bagi saya makna merdeka ada dua. Merdeka sebagai wanita menikah yaitu berekspresi (verbal/nonverbal) yang tidak manyalahi kodrat. Juga merdeka sebagai wanita bekerja yaitu mampu mengembangkan diri secara positif, menginspirasi, memberi manfaat, menjadi agen perubahan, dan menjadi pribadi yang unik bersahaja,” cuit  @meemameniq, Dosen Konstruksi Bangunan dan Menggambar Teknik, Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan.

“Mewujudkan cita-cita kemerdekaan. Indonesia yang makmur (sejahtera) menyebarkan kemakmurannya, tidak menumpuk die lit yang membuat lengannya kemerdekaan seperti sekarang ini. Dalam konteks Lapangan Merdeka Medan, nyata terlihat dan dirasakan kalau Lapangan Merdeka telah ingin tertutup. Sudah saatnya Lapangan Merdeka difungsikan kembali sebagai taman kota,” Miduk Hutabarat, Pegiat Koalisi Masyarakat Peduli Lapangan Merdeka.

“Bagi kakak, kemerdekaan itu bukan hanya sebuah kata. Kemerdekaan bagi kakak adalah kesempatan dan kebebasan dalam arti positif. Kesempatan untuk bermimpi hingga menjadi nyata. Kebebasan untuk bisa terus berkarya dan berkreativitas tanpa batas.” @new_icharissahrp, influencer.

“Kemerdekaan itu adalah menghargai. Menghargai masa kini tanpa melukai masa lalu. Menghargai masa kini sebagai pondasi masa depan,” @dedsa, Pegiat Heritage, Founder Saujana Riau.

“Bebas dari segala hal yang bersifat negatif, di sisi lain bebas melakukan hal yang bersifat positif,” kata @agoezperdana.

Makna kemerdekaan bagi aku adalah aku merdeka dan sadar jalani peran kehidupan baik sebagai hamba Allah, istri, dan ibu” @nufaz3e, Mom Blogger.

Rutinitas 17-an di Indonesia
Kemerdekaan Indonesia tidak sah rasanya tanpa pergelaran upacara bendera dan ragam perlombaan 17-an. Sudah pasti dua kegiatan ini selalu ditunggu-tunggu oleh seluruh masyarakat Indonesia. Karena perlombaan saat 17-an tidak akan kita temukan pada hari-hari biasanya. Itulah alasan mengapa euforia kemerdekaan lebih terasa.

Berikut ragam perlombaan saat 17-an yang sudah menjadi tradisi :
1. Balap karung
2. Makan kerupuk
3. Tarik tambang
4. Panjat pinang
5. Balap kelereng

Ketujuh perlombaan yang sudah menjadi tradisi ini pastilah memiliki makna di setiap permainannya. Banyak artikel menuliskan permainan ini dilombakan dengan tujuan untuk membangkitkan kembali semangat nasionalisme kita, seperti sportifitas, kerja sama, kekompakan, dan menumbuhkan sikap gotong royong.

Apakah kita pernah terdetak dari mana asal muasal tradisi perlombaan 17-an ini? Sekarang saya ulas sedikit agar menjadi pengetahuan baru untuk kita bersama. Dalam sebuah artikel yang saya temukan di lini masa www.komunitashistoria.com, bertajuk, “Kenapa Harus Panjat Pinang?”

Secara gamblang dijelaskan bahwa tradisi ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Mereka menggelar perlombaan 17-an dengan tujuan mencari hiburan dari para kaum pribumi. Mereka merasa terhibur ketika melihat para kaum pribumi saling berlomba merebut hadiah yang dipajang, dimana hadiah-hadiah tersebut sebenarnya hanya memiliki nilai harga sangat rendah.

Sungguh sebuah sejarah kelam yang merendahkan marwah kita sebagai bangsa Indonesia. Seharusnya pesta kemerdekaan itu dirayakan dengan mengenang jasa-jasa para pahlawan yang sudah berjuang, bertumpah darah satu dalam membebaskan Negara Indonesia dari kecaman para penjajah. Bisa dengan memperkenalkan para pahlawan ataupun adat budaya dan tradisi Indonesia lainnya, pastinya yang memiliki nilai edukasi dalam pengembangan mental anak bangsa, sehingga semboyan Bhineka Tunggal Ika dapat diresapi dalam jiwa mereka.

#17anDirumahAja
Beberapa pertanyaan timbul dari teman-teman komunitas saya :
“Kak, 17 tahun ini Medan Heritage buat kegiatan apa?”
“Kak, memungkinkan enggak kita buat kegiatan offline lagi pandemi gini?”
“Kak, kek mana kalau kita buat kegiatan online untuk 17an ini?”

Akhirnya saya memutar otak dalam merespons semua pertanyaan ini. Hati saya pun terdetak, “Iya ya, ini lagi masa pandemi. Tapi apa mungkin buat 17-an juga? Tapi masa iya gara-gara pandemi harus mengorbankan euforia 17-an? Apa ya yang bisa dibuat? Harus buat sesuatu nih!”

Tanpa pikir panjang lagi, tangan saya meraih telepon genggam yang berada di samping kursi dan menyebarluaskan pertanyaan di beberapa chat group.

“Assalamualaikum konkawan, tanya dong, kegiatan konkawan pas 17-an nanti apa ya di masa pandemi begini?”

Ragam respons pun saya dapatkan. Mulai dari memilih tidak berkegiatan, alias di rumah saja. Ada juga yang tetap bekerja, namun upacara di kantor ditiadakan. Namun, ada juga yang tetap upacara menerapkan metode pengibaran virtual. Dan hampir rata-rata tidak menggelar perlombaan 17-an di daerah rumah tinggalnya.

Bahkan tahun ini di kota saya, Medan, upacara tingkat provinsi tidak digelar di Lapangan Merdeka, melainkan hanya di kantor Gubernur Sumatera Utara. Info yang saya dapat di chat group Purna Paskibraka, anggota pengibaran hanya melibatkan 9 personel yang diambil dari angkatan sebelumnya. Itu berarti tahun ini seleksi Paskibraka juga ditiadakan dan tidak ada Paskibraka angkatan 2020.

Sungguh miris rasanya euforia 17-an tahun 2020 ini, sedikit hambar. Tapi saya tak patah arang ketika mendapatkan respons salah satu senior di chatgroup alumni. “Makan Ky. Review-review gitulah. Tunggu aja tanggal mainnya,” katanya, membuat saya semakin penasaran dan memutuskan untuk menghubunginya melalui jalur pribadi.

Tanya jawab dari jalur pribadi akhirnya berhujung jadi sebuah ide yang bisa dieksekusi. “Alhamdulillah akhirnya bisa juga menyemarakkan euforia 17-an nanti sama teman-teman Medan Heritage,” gumam saya lagi, menyemangati diri ini.

#LidahMerdeka adalah sebuah tema kegiatan daring yang kami pilih untuk memperingati #17anDirumahAja. Tema ini mengusung pentingnya cerdas dalam bermedia sosial. “Karena semakin ke sini, netizen Indonesia semakin mudah termakan berita hoax,” celetuk Asri, Public Relation komunitas Pojok Baca Medan.

Penulis: Rizky Syahfitri Nasution 

Ig: @nasutionrizky
Twitter: @nasutionrizky
FB: @Nasution Rizky
Youtube: Nasution Rizky
http://nasutionrizky.id

4 KOMENTAR

  1. MERDEKA !!!
    Euforia Kemerdekaan RI masih tetap bisa dilaksanakan dgn penuh Suka Cita di masa Pandemi Covid-19 ini dengan mengutamakan PROTOKOL KESEHATAN yg di keluarkan WHO…

  2. oya, saya miduk hutabarat, karena waktu ditanya nulis chat nya cepat2, jadi tidak saya periksa lagi yg saya tulis. Ijin saya koreksi ya:

    Mewujudkan Cita2 Kemerdekaan lndonesia ….Terwujudnya indonesia yg makmur (sejahtera) yg menyebar kemakmurannya, tidak menumpuk di elit yg membuat pengabnya kemerdekaan seperti sekarang ini.…

    Dalam konteks LAPMER, nyata terlihat dan dirasakan. LM telah pengap karena tertutup. Trembesi sudah kering & gersang dan bahkan sudah puluhan trembesi tumbang,dan yang ada sekarang pun sudah tidak rimbun lagi

    Jika hujan deras datang, setengah jam kemudian sisi Timurnya langsung banjir ( tergenang)… dan lintasan lari didalamnya pun terdapat genangan2 air yg membuat pengguna tidak nyaman ketika jalan/lari di sana

    Luasnya di ke empat sisi sudah di OKUPASI oleh aktivitas non utamanya dia…

    Karena itu, kalau tidak kita, siapa lagi. Kalau bukan sekarang, kapan lagi. Kita harus menyngsingkan lengan untuk :meMerdekakan Lapangan Merdeka.

    Itu ungkapan aku sebagai warga negara ri penduduk Medan.…

    kalau boleh, mohon di edit ama Kak Rizky
    MERDEKA !!!
    (MH)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pilkada Damai Membutuhkan Keterlibatan Semua Pihak

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) adalah salah satu momen krusial dalam agenda demokrasi Indonesia yang membutuhkan keterlibatan aktif dari semua...
- Advertisement -

Baca berita yang ini