Jangan Salah! Ini Fakta Terkait Isu-Isu Miring Vaksin Covid-19.

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Vaksinasi merupakan salah satu upaya dalam menghentikan laju penyebaran Covid-19. Di Indonesia, program vaksinasi secara resmi diberlakukan mulai tanggal 13 Januari 2021.

Seiring dengan hal tersebut, muncul isu-isu berkaitan dengan vaksin Covid-19, salah satunya tentang kehalalan dari vaksin itu sendiri. Tak sedikit masyarakat yang meragukan kandungan serta bahan-bahan apa saja yang dipakai.

Survei yang dilakukan oleh Kementrian Kesehatan, menunjukan sekitar 30 – 40 persen masyarakat Indonesia ragu dengan vaksin Covid-19. Menurut Dr Siti Nadia Tarmizi, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19, salah satu alasan yang menjadi keraguan masyarakat ialah tentang kehalalan.

Vaksin buatan Sinovac Biotech Ltd asal Tiongkok dipilih oleh pemerintah Indonesia. Sebelum diresmikan, berbagai isu miring pun muncul terkait vaksin bernama CoronaVac tersebut.

Sebelumnya, sebuah pesan yang meragukan kehalalan vaksin Sinovac beredar melalui pesan WhatsApp. Pesan itu mengatakan jika vaksin Sinovac dibuat dari jaringan kera hijau Afrika.

Kabar itu pun dibantah oleh Bambang Herianto, Senior Manager Bio Farma. Ia menjelaskan bahwa vaskin Sinovac dibuat dari virus Covid-19 yang telah diinaktivasi. Namun, sebelum digunakan sebagai bahan baku, virus tersebut akan diperbanyak dalam media yang disebut sel vero. Sel vero ialah sel yang diambil dari ginjal kera hijau Afrika pada tahun 1960-an.

“Sel vero tidak akan ikut atau terbawa sampai proses akhir pembuatan. Dengan demikian, pada produk akhir vaksin tidak akan mengandung sel vero” katanya.

Saat ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa bahwa vaskin buatan Sinovac suci dan halal. Hal itu disampaikan oleh Ketua MUI Bidang Fatwa, Asrorun Niam.

Isu lain yang merebak di masyarakat ialah tentang keamanan vaksin itu sendiri. Salah satu akun facebook bernama Juliana Humaita Ummu Syifa mengklaim jika vaksin Sinocav mengandung bahan berbahaya seperti boraks, formalin dan merkuri.

Postingan yang dinggah pada 4 Januari 2021 itu menuliskan juga jika warga Indonesia yang disuntik merupakan kelinci percobaan, karena dalam kemasan vaksin tersebut bertuliskan “Hanya untuk Uji Coba Klinis”.

“Perhatikan ‘Composition and Description’ yaitu berasal dari vero cell atau jaringan kera hijau Afrika (jelas tidak halal). Kemudian, mengandung virus yang dilemahkan dan mengandung bahan dasar berbahaya (boraks, formalin, aluminium, merkuri, dll). Belum lagi yang tidak tertulis pada kemasan yaitu tidak ada jaminan tidak tertular penyakit serelag divaksin dan tidak ada jaminan atau kompensasi dari perusahaan Sinovac jika terjadi cedera vaksin pada korban” tulis akun tersebut.

Terkait bahan-bahan berbahaya seperti boraks, formalin, dan merkuri tidak ditemukan dalam kemasan vaksin Sinovac. Bahan-bahan yang tertera dalam kemasan, yaitu aluminium hydroxide, disodium hydrogen phosphate, sodium dihydrogen phosphate, dan sodium chloride.

Ahli Biologi Molekuler, Ahmad Rusdan Utomo, menjelaskan jika empat bahan kimia diatas digunakan sebagai tingkat penstabil keasaman vaskin.

Untuk kabar yang menyebutkan jika pemberian vaksin di Indonesia merupakan percobaan kelinci merupakan hal yang keliru. Di lansir dari laman alodokter, penggunaan vaskin Sinovac telah memperoleh izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Selain itu, pemberian vaksin kali ini bukan lah untuk uji klinis.

Selain Indonesia, beberapa negara yang menggunakan vaksin Sinovac antara lain Tiongkok, Turki, dan Brasil.

Reporter: Diani Ratna Utami

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Danrem 072/Pamungkas Hadiri Rapat Koordinasi Lintas Sektoral Pengamanan Mudik Idul Fitri 1445 H

Mata Indonesia, Magelang - Danrem 072/Pamungkas Brigjen TNI Zainul Bahar, S.H., M.Si hadiri Rapat Koordinasi Lintas Sektoral dalam rangka Pengamanan Hari Raya Idul Fitri 1445 H bertempat di Semanggi Ballroom Hotel Artos, Jl. Mayjen Bambang Soegeng No.1, Kedungdowo, Mertoyudan, Magelang, Jawa tengah. Jumat, (29/3/2024).
- Advertisement -

Baca berita yang ini