Fakta Aeshina Azzahra, Aktivis Muda yang Surati Dubes hingga Buat Petisi Penolakan Sampah Impor

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Sosok aktivis muda Aeshina Azzahra Aqilani baru-baru ini viral di media sosial. Ia diketahui mengirim surat kepada para duta besar luar negeri yang mengimpor sampah negaranya ke Indonesia. Alih-alih sampah kertas yang diberikan tapi nyatanya juga terselip sampah plastik.

Sampah memang menjadi biang permasalahan di Indonesia, apalagi sekarang negeri tanah surga ini bertengger pada urutan kedua penyumbang sampah terbesar di dunia setelah China. Sekitar 32 ton setiap tahunnya sampah dari Indonesia mengambang di laut.

Ada beberapa fakta tentang gadis yang biasa disapa Nina ini hingga membuat aksinya viral di mesia sosial. Apa saja? Yuk kepoin.

1. Mendapat dukungan dari orang tua

Sikap yang diambil oleh Nina tidak ujug-ujug atas kemauannya sendiri, tetapi juga dukungan dari orang tuanya Prigi Arisandi dan Daru Rini yang juga aktif menjadi aktivis lingkungan.

“Pertama itu orang tua sih yang ngajakin saya kayak gitu (menjadi aktivis lingkungan) yang pertama kali dukung, yang menyuruh. Jadi saya juga suka, lama-lama sudah biasa bersih-bersihin sungai, pantai, biasanya diajak orang tua,” ujar Nina.

2. Baru berusia 12 tahun

Siapa sangka kalau aksinya yang berani dan menyorot perhatian orang banyak, masih berusia 12 tahun yang saat ini duduk di kelas dua bangku sekolah menengah pertama (SMP) daerah Gresik, Jawa Timur.

3. Mengirim surat karena prihatin

Berawal dari rasa prihatin melihat banyaknya tumpukan sampah dari luar negeri yang menyelipkan sampah plastik dan dengan seenaknya membuang sampah-sampah tersebut ke Indonesia. Dari situlah ia mulai geram dan bertekad mengirimkan surat kepada para pemimpin negara yang bertanggung jawab atas kejadian tersebut, seperti Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Kanselir Jerman Angela Merkel, dan Perdana Menteri Australia.

“Saya tulis cerita dari mulai menemukan tumpukan sampah, penyakit yang ditimbulkan gara-gara sampah plastik, hingga permohonan untuk tidak lagi mengirim sampah plastik ke Indonesia,” katanya.

4. Bertemu Dubes Jerman dan Australia

Perjuangan gadis berumur 12 tahun itu tidak sia-sia, pada tanggal 22 Januari 2020 ia berkesempatan menemui Duta Besar Asutralia Gary Quinlan dan sehari sebelumnya ia berkesempatan juga bertemu dengan Duta Besar Jerman Peter Schoof.

“Puas, menyampaikan segala unek-unek. Terutama tentang kiriman ribuan ton sampah dari mereka,” kata Nina.

5. Membuat petisi

Nina memang aktif menjadi aktivis lingkungan, ia juga pernah membuat petisi kepada teman-temanya untuk mendukung dan menandatangani aksinya membuat surat kepada dubes, yang berisi penolakan adanya sampah impor datang lagi ke Indonesia.

“Saya tidak mau orang luar negeri, negara-negara maju menyelipkan sampah plastiknya lagi,” ujar Nina. (Anita Rahim)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Produksi Sampah Capai 65 Ton selama Lebaran, WALHI Jogja Ingatkan Penanganan Jangan hanya Menumpuk

Mata Indonesia, Yogyakarta - Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) DIY mencatat peningkatan sebanyak 65 ton sampah di Kota Yogyakarta, Sleman, dan Bantul selama periode 8-15 April 2024 atau masa lebaran. Persoalan sampah di DIY ini juga diingatkan oleh WALHI agar Pemda mencari penanganan lanjutan ke depan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini