Hindari Tidur Lagi Setelah Sahur Jika Tak Mau Alami Hal Ini

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA-Umat muslim di dunia beberapa hari lagi bakal menjalani ibadah puasa. Nah, makan sahur menjadi awal mereka berpuasa dan akan terasa berat sekali saat pertama kali.

Bahkan, kebanyakan dari mereka tidak melakukannya, bahkan sehabis sahur langsung tidur lagi karena rasa kantuk yang melanda. Namun, hal itu sebaiknya ditunda dulu.

Menurut dr Irsyal Rusad SpPD, tidur kembali setelah sahur boleh saja, namun sebaiknya dihindari. Soalnya, tidur lagi setelah sahur bisa memicu berbagai masalah kesehatan, salah satunya kekambuhan gastroesophageal reflux disease (GERD).

Saat setelah sahur, menurut Irsyal, makanan belum dicerna dan diserap sempurna. Perut yang masih penuh ini pada waktu tidur akan memberi tekanan lebih besar pada otot katup sfingter esofagus, sehingga isi makanan, termasuk asam lambung mudah naik ke esofagea.

“Untuk mencegah GERD kambuh, jangan langsung tidur setelah makan sahur,” ujarnya.

Lalu, kapan waktu terbaik untuk tidur lagi? Dokter spesialis penyakit dalam Primaya Hospital Bekasi Timur, Jawa Barat itu merekomendasikan, paling tidak tiga jam setelah makan baru tidur.

Selain masalah GERD, tidur langsung setelah sahur juga mengakibatnya masalah kenaikan berat badan. Dari penelitian yang pernah Irsyal baca, kejadian obesitas yang lebih tinggi pada kelompok mereka yang bangun lebih siang dibandingkan dengan yang bangun lebih pagi.

Bagaimana penjelasannya? Belajar dari alam, ayam yang berkokok pagi hari lebih sehat dan bergerak lebih awal. Burung yang mengepakkan sayapnya lebih dini juga begitu.

“Mereka yang bangun lebih pagi juga seperti itu, lebih ceria, optimis, lebih bergairah, lebih rajin untuk olahraga, punya pola makan lebih sehat, dan lebih bijak mengelola stres,” katanya.

Sebaliknya terjadi pada mereka yang mempunyai kebiasaan bangun lebih siang. Irsyal menyebut, kelompok ini cendrung malas, termasuk olahraga, kehilangan waktu olahraga terbaik pada pagi hari, sering stres, gairah dan semangat kurang, serta pola makan tidak sehat.

“Semua ini meningkatkan risko obesitas, stres, obesitas, pola makan tidak sehat, ditambah aktivitas fisik yang kurang atau tidak berolahraga cukup dan teratur akan meningkat risiko hipertensi atau tekanan darah tinggi,” ujarnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Upaya Berantas Paham Radikalisme dan Terorisme, Aparat Keamanan Berhasil Tangkap 7 Teroris di Sulteng

Aparat keamanan Republik Indonesia (RI) terus berupaya untuk memberantas penyebaran paham radikalisme dan terorisme di Tanah Air. Upaya tersebut...
- Advertisement -

Baca berita yang ini