Warning, Pasar Ekspor Minyak Sawit Indonesia Masih Tergerus Sentimen Regulasi

Baca Juga

MINEWS, JAKARTA – Kabar kurang mengenakkan datang dari pasar eskpor minya sawit Indonesia. Dampak dari sejumlah regulasi ketat di beberapa negara telah membuat pasar ekspor minya sawit Indonesia tergerus.

Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Mukti Sardjono berkaya, salah satu negara yang mengeluarkan regulasi ketat adalah India, yang menaikkan tarif bea masuk minyak sawit sampai pada batas maksimum hingga 54 persen.

Menanggapi bahaya tersebut, tak hanya Indonesia, Malaysia juga sebagai penghasil minyak sawit terbesar kedua ikut mengambil langkah sigap.

Mereka memanfaatkan perjanjian dagang berupa Comprehensive Economic Cooperation Agreement (CECA) yang telah ditandatangani sejak tahun 2011 dengan perundingan lanjutan di Free Trade Agreement, yang akhirnya menghasilkan diskon bea masuk impor yang lebih rendah dibandingkan bea masuk yang dikenakan kepada Indonesia.

Adapun tarif impor Malaysia ke India sebesar 45 persen dari tarif berlaku 54 persen. Alhasil pasar minyak sawit Indonesia ke India kian tergerus.

Menyikapi hal ini, pemerintah Indonesia diharapkan dapat segera mengakselerasi kerja sama ekonomi dengan India untuk pemberlakuan tarif impor yang sama, sehingga Indonesia dapat berkompetensi memeriahkan pasar India.

Berikutnya adalah Uni Eropa, sejak diadopsinya Delegated Act RED II Maret lalu, tidak dapat dipungkiri telah ikut membangun sentimen negatif pasar minyak sawit Indonesia di Eropa.

GAPKI mencatatkan ekspor CPO dan turunannya ke Benua Biru ini terus tergerus. Pada April 2019 ekspor CPO dan turunannya dari Indonesia tercatat menurun 37 persen dibandingkan Maret lalu yang sebesar 498,24 ribu ton.

Kemudian pada Mei kembali melorot 4% menjadi 302,16 ribu ton dibandingan April yang sebesar 315,24 ribu ton.

Pasar utama ekspor lain yang juga mengalami dinamika adalah Cina. Pada April membukukan kenaikan impor sebesar 41 persen dibandingkan Maret. Atau naik dari 353,46 ribu ton menjadi 499,57 ribu ton. Kemudian pada Mei kembali melorot 18 persen menjadi 410,56 ribu ton.

Merujuk catatan GAPKI, pada April 2019 ekspor minyak sawit Indonesia secara total (CPO dan turunan, olechemical dan biodiesel) mengalami penurunan 18 persen dibandingkan total ekspor pada Maret lalu. Atau turun dari 2,96 juta ton menjadi 2,44 juta ton.

Meski pada bulan Mei kemarin, kinerjanya mulai merangkak naik tetapi masih dibawah ekspektasi. Pada Mei 2019 total ekspor minyak sawit Indonesia mencapai 2,79 juta ton atau naik 14 persen dibandingkan dengan total ekspor pada bulan sebelumnya.

Sementara itu total ekspor khusus CPO dan turunannya (tidak termasuk oleochemical dan biodiesel) pada April 2019 juga ikut turun 27 persen. Dari 2,76 juta ton di Maret 2019 menjadi 2,01 juta ton di April 2019.

Lalu pada bulan Mei total ekspor tercatat mencapai 2,40 juta ton atau kembali meningkat 18 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya (Krisantus de Rosari Binsasi)

Berita Terbaru

Pilkada Damai Membutuhkan Keterlibatan Semua Pihak

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) adalah salah satu momen krusial dalam agenda demokrasi Indonesia yang membutuhkan keterlibatan aktif dari semua...
- Advertisement -

Baca berita yang ini