Waduh, Belum Bayar Listrik, Kabul Terancam Kedinginan

Baca Juga

MATA INDONESIA, KABUL – Ibu kota Afghanistan, Kabul, terancam gelap gulita saat musim dingin tiba. Hal ini dikarenakan sang penguasa baru, Taliban, belum membayar tagihan impor listrik dari para pemasok di Asia Tengah.

Situasi ini jelas akan menjadi bencana kemanusiaan baru, kata Daud Noorzai yang mengundurkan diri sebagai Chief Executive Office (CEO) of Da Afghanistan Breshna Sherkat (DABS), perusahaan monopoli energi Afghanistan, dua pekan setelah Taliban mengambil alih Afghanistan pada 15 Agustus 2021.

“Konsekuensinya akan berlaku di seluruh negeri, tetapi terutama di Kabul. Akan ada pemadaman dan itu akan membawa Afghanistan kembali ke Abad Kegelapan dalam hal listrik dan telekomunikasi. Ini akan menjadi situasi yang sangat berbahaya,” kata Noorzai, melansir Fox News, Senin, 4 Oktober 2021.

Impor listrik dari tiga negara Asia Tengah, seperti Uzbekistan, Tajikistan, dan Turkmenistan menyumbang setengah dari konsumsi listrik Afghanistan secara nasional, dengan Iran menyediakan pasokan tambahan ke barat negara itu.

Produksi listri dalam negeri Afghanistan – sebagian besar di pembangkit listrik tenaga air, telah terpengaruh oleh kekeringan tahun ini. Sebagaimana diketahui bahwa negara itu tidak memiliki jaringan listrik nasional dan Kabul hampir sepenuhnya bergantung pada listrik impor dari sejumlah negara Asia Tengah.

Saat ini, pasokan listrik di ibu kota Afghanistan masih berlimpah, peningkatan yang jarang terjadi sejak pengambilalihan Taliban. Sebagian, itu karena Taliban tidak lagi menyerang jalur transmisi dari negara tetangga.

 Alasan lain adalah bahwa, dengan industri yang terhenti dan fasilitas militer dan pemerintah sebagian besar menganggur, bagian yang jauh lebih besar dari catu daya berakhir dengan konsumen perumahan, menghilangkan pemadaman bergilir yang dulu biasa terjadi.

Akan tetapi, hal itu bisa saja berakhir secara tiba-tiba jika para pemasok dari kawasan Asia Tengah—khususnya Tajikistan, yang hubungannya dengan Taliban memburuk dengan cepat, memutuskan untuk menghentikan DABS karena belum membayar.

Tajikistan, negara yang beribukota di Dushanbe itu telah memberikan perlindungan kepada para pemimpin perlawanan anti-Taliban, seperti mantan Wakil Presiden Amrullah Saleh.

Dan belum lama ini, negara tersebut mengerahkan pasukan tambahan ke perbatasannya dengan Afghanistan, memaksa Rusia untuk menyerukan kedua negara mengurangi ketegangan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Putusan MK Mengikat dan Final, Semua Pihak Harus Terima Lapang Dada

Mahkamah Konstitusi (MK) telah menyelesaikan sidang sengketa hasil pemilihan presiden dan wakil presiden 2024. Keputusan yang diambil oleh Mahkamah...
- Advertisement -

Baca berita yang ini