Usia Masih 30-an Tapi Layak Jadi Panutan! Ini 5 Ilmuwan Muda Indonesia yang Mendunia

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Indonesia patut berbangga, di HUT ke-75 ini semakin banyak generasi muda Indonesia yang menorehkan prestasi gemilang. Bahkan sampai ke level internasional sehingga mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia.

Di antara generasi muda berprestasi itu adalah lima ilmuwan muda berikut ini yang kiprahnya sudah malang melintang di luar negeri. Usia kelimanya masih berkisar 30-an gaes, namun sudah layak jadi panutan. Siapa saja mereka? Berikut ulasannya.

1. Hutomo Suryo Wasisto

Hutomo Suryo Wasisto dilahirkan di Yogyakarta pada 1987. Dia meraih gelar sarjana Teknik Elektro dari Universitas Gadjah Mada pada 2008 dengan predikat cumlaude.

Usai lulus dari Asia University, Hutomo melanjutkan gelar doktoral di Universität Braunschweig (TU Braunschweig), Jerman dan berhasil meraih gelar DoktorIngenieur (Dr .-Ing.) dalam bidang Electrical Engineering.

Capaian istimewanya ditorehkan pada 2015 hingga 2016. Dia menjadi peneliti postdoctoral di School of Electrical and Computer Engineering (ECE), Georgia Institute of Technology, Atlanta, Amerika Serikat.

Dia menjabat Head of Optoelectromechanical Integrated Nanosystems for Sensing (OptoSense) Group di Laboratory for Emerging Nanometrology (LENA), Braunschweig, Jerman pada 2016.

2. Keni Vidilaseris

Lahir di Cilacap, Jawa Tengah, 1985, Keni Vidilaseris mengangkat nama Indonesia di kancah kimia. Keni merupakan peneliti posdoktoral di departemen Biokimia, Universitas Helsinki, Finlandia. Dia juga dikenal sebagai pendiri laman sains populer, Sainspop.

Dia meneliti struktur protein dengan metode sinar-x. Dalam penelitiannya, dia mencoba mendesain senyawa yang secara spesifik bisa menghambat protein membran pirofosfatase dari bakteri termofilik dan parasit penyebab malaria, toksoplasma, dan penyakit tidur di Afrika.

Penelitian ini mendapat pembiayaan dari Academy of Finland sampai 2020. Dia peraih penghargaan, di antaranya Best poster presentation, MFPL Scientific Advisory Board meeting 2013, Vienna, Austria dan Best Oral Presentation Award pada CFC3013 Conference 2013.

3. Wildan Abdussalam

Tahun 2012 menjadi masa spesial bagi Wildan Abdulsalam. Pria kelahiran Bandung, Jawa Barat, 1986, ini mendapat kesempatan Marie Curie Ph.D di Institut Max Planck untuk bidang Fisika dan Sistem Kompleks, Desden, Jerman.

Lima tahun berselang, dia menyelesaikan gelar Ph.D dan bekerja di Helmholtz Zentrum Dresden Rossendorf sebagai peneliti pascadoktoral.

Dia merupakan lulusan program studi Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Padjajaran, pada 2007. Dia meneliti pencegahan kanker melalui terapi proton dan studi proses pemulihan sel pada luka di paru-paru manusia.

4. Agustian Taufiq Asyhari

Pria ini kenal sebagai pengajar senior internet of things di Conventry University, Inggris. Bahkan, dia termasuk dalam Anggota Akademi Pendidikan Tinggi Inggris dan Anggota Masyarakat Teori Informasi.

Agustian merupakan pria kelahiran Temanggung, Jawa Tengah, 1986. Dia telah melanglang buana ke sejumlah negara untuk berbicara mengenai big data dan smart city.

Area penelitian Taufiq seputar teori informasi dengan aplikasi ke internet of things, 5G dan komunikasi nirkabel, mesin statistik biologis, jaringan dan intelegensia.

5. Bramasta Nugraha

Bramasta Nugraha dikenal menjadi pemilik paten penelitian teknik biologi, cleavable cellulosic sponge development for 3 dimensional cell culture and spheroids retrieval di Singapura (2012) dan Amerika Serikat (2014). Bramasta lahir di Jakarta, 1985. Dia merupakan Group Leader di Institute for Regenerative Medicine University of Zurich, Swiss.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Upaya Berantas Paham Radikalisme dan Terorisme, Aparat Keamanan Berhasil Tangkap 7 Teroris di Sulteng

Aparat keamanan Republik Indonesia (RI) terus berupaya untuk memberantas penyebaran paham radikalisme dan terorisme di Tanah Air. Upaya tersebut...
- Advertisement -

Baca berita yang ini