MATA INDONESIA, JAKARTA – Kondisi ekonomi Indonesia masih memperlihatkan tren membaik tahun 2020 ini, meski hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal II -5,32 persen. Menurut Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) tren tersebut tampak di Bulan Juli 2020 ini.
“Sehingga diharapkan tren positif itu dapat terjaga hingga kuartal III,” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani yang juga menjabat koordinator KSSK, Rabu 5 Agustus 2020.
Maka dia memastikan otoritas fiskal dan moneter akan berkoordinasi membuat formulasi dan mendesain kebijakan agar dampak Covid19 terhadap kegiatan ekonomi dan sektor keuangan bisa diminimalkan.
Sementara itu, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso yang juga anggota KSSK menilai sektor jasa keuangan masih dalam kondisi baik dan terkendali dalam kondisi pertumbuhan ekonomi minus. Salah satunya adalah indikator permodalan likuiditas serta profil risiko yang terjaga.
Wimboh merinci rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan kuartal II 2020 masih cukup tinggi yaitu 22,59 persen atau meningkat dari triwulan I 2020 sebesar 21,72 persen.
Begitu juga kecukupan likuiditas terjaga baik yang tercermin dari rasio Aset Likuid terhadap Non Core Deposit (AL/NCD) per 28 Juli 2020 yang menguat ke level 130,53 persen. Sementara pada triwulan I 2020 sebesar 112,9 persen.
Selain itu, rasio Aset Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) kuartal II 2020 masih di level 27,74 persen atau naik dari triwulan I 2020 yaitu 24,16 persen.
Hal yang menggembirakan adalah pertumbuhan kredit pada kuartal II 2020 bahkan masih mampu tumbuh positif yaitu 1,49 persen dengan non-performing loan (NPL) gross hanya 3,11 persen atau naik 2,77 persen dari triwulan I 2020.
Menurut Wimboh, kuartal III merupakan momentum yang tepat untuk mendorong industri jasa keuangan agar dapat berkontribusi dalam pemulihan ekonomi nasional.
