Tega, Ribuan Lumba-lumba di Denmark Dibantai dengan Brutal

Baca Juga

MATA INDONESIA, FAROE – Hampir 1,500 lumba-lumba sisi putih dibunuh selama musim perburuan di Kepulauan Faroe, Denmark. Bukan hanya mencetak rekor pembunuhan tertinggi, pembantaian tersebut juga memicu kemarahan aktivis hak-hak binatang.

Perburuan, yang dikenal sebagai ‘grindadráp’, diadakan selama akhir pekan dengan pemburu paus lokal yang menargetkan sekelompok besar lumba-lumba sisi putih.

Kepulauan Faroe yang merupakan daerah otonom Denmark adalah satu-satunya wilayah di Eropa yang masih mengizinkan perburuan mamalia laut tersebut. Alasannya, grindadráp dianggap sebagai contoh perburuan tradisional lumba-lumba.

Selama grindadráp, lumba-lumba digiring oleh perahu motor menuju pantai di mana pemburu paus melibatkan hewan dalam jarak dekat yang brutal. Lumba-lumba itu kemudian disembelih dengan tombak, berbagai macam pisau, dan bahkan alat-alat listrik.

Menurut media setempat, total 1.428 lumba-lumba tewas selama perburuan. Cuplikan dari adegan yang beredar secara online menunjukkan beberapa perahu menggiring lumba-lumba menuju kematian mereka, dengan air pasang yang memerah karena darah.

Melansir Russia Today, sebuah video lain menunjukkan puluhan mayat lumba-lumba berbaris di sepanjang pantai setelah perburuan. Banyak mayat memiliki luka menganga yang besar.

Hingga Senin (13/9) malam waktu setempat, mayat lumba-lumba terlihat berkumpul di tumpukan besar di pantai sebelum diduga diangkut ke pabrik pengolahan atau dibuang.

Tradisi ‘grindadráp’ terbaru telah memicu kemarahan para aktivis hak-hak hewan, yang menganjurkan larangan global terhadap praktik perburuan paus yang brutal. Kelompok Blue Planet Society, misalnya, mendesak Uni Eropa, serta pihak berwenang Denmark untuk membuat wilayah otonomi itu menghentikan praktik kejamnya.

“Tidak ada dalam catatan grindadráp baru-baru ini yang cocok dengan ini. Yang paling dekat yang bisa kami temukan adalah 430 lumba-lumba sisi putih yang dibantai pada 13-08-2013 di Hvalba,” kata kelompok itu.

Kelompok tersebut menambahkan bahwa perburuan itu mungkin yang terbesar yang pernah tercatat. Catatan grindadráp yang ada berasal dari abad ke-16, sedangkan perburuan itu sendiri berabad-abad lebih tua.

Sementara mamalia laut diduga diburu untuk dimakan. Kepulauan Faroe, yang hanya menampung sekitar 53.000 jiwa, tidak mungkin memproses bahkan sebagian kecil dari tangkapan lumba-lumba dalam jumlah besar, bantah Blue Planet Society.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Seluruh Pihak Harus Terima Hasil Putusan Sidang MK

Mahkamah Konstitusi (MK) mengumumkan hasil sidang putusan perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Pilpres 2024 di ruang sidang lantai...
- Advertisement -

Baca berita yang ini