Soal PUBG Haram, Peneliti: Game Bukan Penyebab Utama Kekerasan

Baca Juga

MINEWS, JAKARTA-Game online PlayerUnknown’s Battlegrounds (PUBG), memang tengah menjadi sorotan. Pasalnya, game yang saat ini sedang hits dikalangan anak-anak dan dewasa ini akan dilarang oleh Kominfo, namun masih menunggu kajian dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Bahkan di India, game PUBG sudah dilarang pada awal Maret. Pelarangan ini ditujukan untuk mencegah kekerasan dilakukan oleh anak-anak yang bermain game tersebut.

“Karena permainan ini, pendidikan anak-anak dan remaja terpengaruh. Game ini juga mempengaruhi perilaku, tata krama, ucapan dan perkembangan anak-anak,” demikian pernyataan dalam surat perintah polisi negara bagian Gujarat, tertanggal 6 Maret.

Psikologi Jerman dengan fokus Human Factors dan molecular psychology, Sarah Mayr dalam tulisannya Vom Gamer zum Täter-Erhöhen Videospiele die Gewaltbereitschaft unter Jugendlichen? (Dari Gamer ke Pelaku Kriminal – Apakah video game meningkatkan tindak kekerasan pada anak muda?) mempertanyakan apakah menjadikan game sebagai masalah dan penyebab tindak kekerasan bisa dibenarkan dari sudut pandang ilmiah?

Untuk membuktikan klaim tersebut, maka diperlukan penelitian ilmiah. Ilmuwan AS Whitney DeCamp dan Christopher J. Ferguson telah melakukan riset pada 9000 anak-anak kelas 8 dan 11 yang berasal dari berbagai lapisan masyarakat di AS untuk menguji faktor yang menyebabkan seorang anak menjadi kasar.

Para peneliti merekam intensitas mereka bermain video game brutal, kualitas hubungan dengan orang tua, kekerasan dalam keluarga dan informasi demografik seperti gender, tingkat ekonomi keluarga dan etnisitas.

Penelitian DeCamp dan Ferguson menyimpulkan bahwa kekerasan dalam video game bukan merupakan penyebab utama kekerasan remaja dan, bahwa keluarga serta lingkungan sosial adalah faktor yang lebih berpengaruh dalam membuat seseorang berkelakuan kasar dan brutal.

Mengutip penelitian Adachi dan Willoughby yang berjudul “The Link Between Playing Video Games and Positive Youth Outcomes: Child Development Perspectives”, Mayr menuliskan, beberapa studi bahkan menunjukkan bahwa video game juga memiliki sisi baik: ada game yang melatih pemecahan masalah dan ada pula yang menggalakkan kerja sama di antara remaja dari berbagai kelompok sosial.

Setelah satu dekade lebih para ilmuwan menyibukkan diri pada riset efek negatif video game, Mayr berpendapat bahwa mungkin kini saatnya, mereka memfokuskan riset pada apakah dan bagaimana video game dapat berkontribusi positif pada perkembangan anak-anak.

Berita Terbaru

Putusan MK Mengikat dan Final, Semua Pihak Harus Terima Lapang Dada

Mahkamah Konstitusi (MK) telah menyelesaikan sidang sengketa hasil pemilihan presiden dan wakil presiden 2024. Keputusan yang diambil oleh Mahkamah...
- Advertisement -

Baca berita yang ini